Tren pertumbuhan indeks harga properti per kuartalan dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan di sejumlah wilayah penyuplai besar, seperti DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Timur sebagai dampak dari pandemi COVID-19. Kebijakan Pemerintah diharapkan bisa jadi juru selamat di tengah pandemi ini.

Rumah.com Indonesia Property Market Index – Harga (RIPMI-H) pada kuartal pertama 2020 berada pada angka 112,5 atau naik tipis 0,4% dari kuartal sebelumnya.

Secara year-on-year (YoY), indeks mengalami kenaikan sebesar 6%. Kenaikan harga properti secara nasional lebih banyak didorong oleh pertumbuhan harga rumah tapak, yang mengalami kenaikan sebesar 8% (YoY).

Indeks harga rumah tapak tercatat sebesar 115,7 pada kuartal pertama 2020. Memang naik sebesar 8% secara tahunan, namun secara kuartalan relatif stagnan, naik hanya sebesar 0,4%.

Mau punya hunian di jantung ibu kota yang didukung fasilitas berlimpah dengan harga di bawah Rp1,5 M? Cek aneka pilihan huniannya di sini!

Sementara itu, indeks harga apartemen tercatat pada 116,0 atau mengalami kenaikan sebesar 1% secara kuartalan namun secara tahunan turun sebesar 0,4%. Indeks ini menunjukkan bahwa indeks harga apartemen lebih rendah secara rata-rata dalam satu tahun terakhir dibanding tahun sebelumnya.

Kebijakan Pemerintah Seperti PSBB Juga Punya Pengaruh

Kebijakan Pemerintah Seperti PSBB Juga Punya Pengaruh

Melambatnya pertumbuhan harga memang sangat terasa di masa pandemi COVID-19 ini

Tren pertumbuhan RIPMI-H kuartalan dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan di sejumlah wilayah penyuplai besar, seperti DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Timur. Sementara itu, Jawa Barat justru menunjukkan tren yang positif.

Bicara melambatnya pertumbuhan harga memang sangat terasa di masa pandemi COVID-19 ini, terutama pada DKI Jakarta yang memang paling mahal harga lahannya. Lebih spesifik lagi untuk kawasan Jakarta Pusat yang letaknya di tengah-tengah jantung ibu kota.

Berdasarkan data dari Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI), pada periode Januari hingga Maret atau Q1 2020 median harga properti di kawasan ini tercatat ada di angka Rp27.472.527 per meter persegi.

Dan di pertengahan Q2 ini di mana tengah diberlakukan kebijakan pemerintah seperti PSBB sebagai langkah pencegahan pandemi COVID-19, indeks harganya memang masih bergerak naik. Median harga Jakarta Pusat naik menjadi Rp27.631.579 per meter persegi atau naik sebanyak 0,5%. Bergerak, tapi memang sangat lambat.

Temukan lebih banyak pilihan rumah terlengkap di Daftar Properti dan beragam Panduan Referensi seputar properti dari Rumah.com

“Indikasi kebangkitan pasar properti di 2020 sebenarnya sudah terlihat pada indeks suplai kuartal keempat tahun lalu. Indeks suplai pada Q4 2019 sangat tinggi untuk ukuran suplai di kuartal genap. Bahkan hampir menyamai kuartal ketiga 2019. Ini menunjukkan pengembang optimistis memasarkan produknya di tahun 2020,” kata Marine Novita, Country Manager Rumah.com.

Pada tren kuartalan, suplai kuartal ganjil biasanya lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya. Ini karena kuartal ganjil relatif lebih ‘sepi acara’ sehingga pengembang bisa menggenjot pemasarannya.

“Tertahannya suplai pada kuartal pertama 2020 ini bisa menjadi indikasi kehati-hatian pengembang menyikapi peristiwa yang terjadi sepanjang kuartal pertama,” tambah Marine.

Kebijakan Pemerintah Terkait Pandemi Berimbas ke Roda Perekonomian

Kebijakan Pemerintah Terkait Pandemi Berimbas ke Roda Perekonomian

Turunnya indeks suplai pada kuartal pertama 2020 menjadi indikasi sikap wait-and-see dari pengembang.

Sementara itu, Rumah.com Indonesia Property Market Index – Suplai (RIPMI-S) pada kuartal pertama 2020 menunjukkan anomali terhadap siklus properti kuartalan. Indeks suplai properti yang biasanya mengalami lonjakan secara kuartalan pada kuartal pertama setiap tahunnya, justru menunjukkan penurunan.

Berada pada angka 109,0, RIPMI-S kuartal pertama 2020 ini turun sebesar 5% dibandingkan kuartal sebelumnya. Turunnya indeks suplai pada kuartal pertama 2020 menjadi indikasi sikap wait-and-see dari pengembang, salah satunya disebabkan oleh pandemi yang terjadi menjelang akhir kuartal pertama 2020.

Cari-cari hunian sewa di kawasan Jakarta Pusat? Ada banyak pilihannya dari berbagai rentang harga dan tipe huniannya. Temukan pilihannya di sini!

Dampak pandemi yang membuat kebijakan Pemerintah seperti pembatasan sosial (social distancing) mau tak mau membuat roda perekonomian melambat. Dampaknya pun terasa pada sektor properti. Kebijakan Pemerintah seperti pembatasan sosial ini juga membuat aktivitas pemasaran, yang memang lebih banyak dilakukan secara tatap muka, turut terganggu.

“Pada situasi seperti ini pengembang biasanya menawarkan begitu banyak promo, bonus, serta kemudahan-kemudahan lainnya, oleh karena itu pembeli disarankan untuk bernegosiasi dengan penjual agar bisa mendapatkan harga yang kompetitif,” ujar Marine.

Kebijakan Pemerintah Diharapkan Jadi Solusi di Tengah Pandemi

Kebijakan Pemerintah Diharapkan Jadi Solusi di Tengah Pandemi

Melalui pelonggaran LTV ini, rumah kedua dengan luas di bawah 70m2 dapat dibeli dengan uang muka hingga serendah 5%.

 

Relaksasi Loan to Value dan BI 7 Day Reverse Repo Rate

Pemerintah sudah mengeluarkan sejumlah kebijakan terkait properti pada akhir tahun lalu, di antaranya adalah relaksasi Loan to Value (LTV) untuk rumah kedua.

Melalui pelonggaran LTV ini, rumah kedua dengan luas di bawah 70m2 dapat dibeli dengan uang muka hingga serendah 5%, sementara untuk luas di atas 70m2 bisa dibeli dengan uang muka hingga serendah 10%. Relaksasi LTV ini akan membuat pasar properti, khususnya investasi, kembali bergairah.

Bank Indonesia juga mengeluarkan kebijakan penurunan suku bunga Bank Bank Indonesia 7 Day (Reverse) Repo Rate (BI 7 Day RR) menjadi 4,5%. Ini adalah penurunan yang kedua di tahun 2020 ini, setelah sebelumnya juga turun sebanyak 25bps menjadi 4,75% di bulan Februari lalu.

“Kombinasi keebijakan relaksasi LTV dan penyesuaian harga dan promo dari pengembang sesungguhnya menjadi kesempatan yang sangat bagus bagi investor untuk menambah portfolio propertinya, terutama mereka yang memiliki modal untuk investasi jangka panjang,” kata Marine.

“Sementara itu, perbankan diharapkan bisa segera menurunkan suku bunga KPR-nya menyesuaikan dengan BI Repo Rate agar hasrat masyarakat untuk membeli rumah tetap terjaga di situasi pandemi ini,” ia menegaskan.

Ingin punya rumah sendiri? Temukan aneka cerita yang menginspirasi seputar perjuangan wujudkan mimpi punya rumah sendiri hanya di Cerita Rumah.

Relaksasi cicilan dan rumah subsidi

Di sektor properti, Pemerintah juga pelonggaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) berupa restrukturisasi kredit, terutama bagi pekerja informal. Keringanan bisa berbentuk penundaan pembayaran pokok utang, bunga utang, atau keduanya sekaligus untuk beberapa bulan.

Di sektor properti untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), pemerintah mengeluarkan stimulus berupa Subsidi Selisih Bunga (SSB) dan Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM). Syarat penerima subsidi perumahan adalah seseorang dengan penghasilan tetap maksimal Rp8 juta, naik dari peraturan sebelumnya dengan batas penghasilan maksimal Rp4 juta.

Marine juga mengatakan bahwa sektor properti masih sangat membutuhkan bantuan dari Pemerintah. Terlepas dari stimulus yang sudah dikeluarkan, masih ada beberapa hal yang menurutnya bisa dilakukan Pemerintah.

Misalnya keringanan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Selama ini, pengembang baru bisa mendapatkan izin pembangunan setelah membayar PBB.

“Selama ini, jika ada promo free BPHTB, datangnya dari pengembang. Jika pemerintah memberikan diskon atau bahkan membebaskan BPHTB, maka alokasi promo subsidi BPHTB bisa digunakan untuk hal lain. Begitu juga dengan keringanan PBB, ini dapat membantu meringankan pengembang dalam menjaga cashflow mereka,” ujar Marine.

Seluruh pihak sewajarnya memberikan perhatian terhadap industri properti karena dengan berjalannya sektor properti, berjalan pula 174 sektor industri pendukung lainnya, yang mempekerjakan jutaan orang.

Jadi mau cari rumah, ruko, apartemen, atau investasi properti? Tak perlu ke mana-mana, cukup dari rumah Anda bisa mengetahui potensi wilayahnya mulai dari fasilitas, infrastruktur, hingga pergerakan tren harganya lewat Area Insider.

Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah