Kota Administrasi Jakarta Selatan tampaknya masih menjadi favorit warga Jabodetabek untuk mencari properti yang menguntungkan. Pada kuartal pertama (Q1) 2021, sebanyak 24 persen pemburu properti di Jabodetabek melalui Rumah.com cenderung mencari apartemen dan rumah tapak di Jakarta Selatan ketimbang kota-kota lainnya.

Jakarta Selatan memang punya banyak daya tarik ketimbang wilayah lain di Jabodetabek. Dengan adanya pusat-pusat bisnis seperti Sudirman Central Business District (SCBD) hingga kawasan elit di Kebayoran Baru maupun Pondok Indah, tampaknya Jakarta Selatan sudah sejak lama dikenal penuh glamor dan menarik para investor untuk menanamkan modalnya di sana.

Situasi ini pun semakin meriah karena kehadiran mal-mal mewah yang semakin menjamur di berbagai sudut Kota Jakarta Selatan. Bahkan berdasarkan pantauan Rumah.com, ada empat mal baru yang dibuka di tengah pandemi Covid-19 untuk menggelorakan kembali ekonomi Jabodetabek. 

Di antaranya, AEON Mall Southgate Tanjung Barat, Mall At District 8 di SCBD, Pondok Indah Mall (PIM) 3, dan Senayan Park at Taman Ria Senayan (SPARK).

Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) 2021 mencatat tren pencarian properti di Jakarta Selatan lewat Rumah.com mengalami peningkatan yang signifikan sepanjang pandemi Covid-19.

Saat pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia, tren pencarian properti di Jakarta Selatan melejit ke angka yang belum pernah dicapai sebelumnya. Indeks pencarian properti pada kuartal kedua (Q2) 2020 atau masa awal COVID-19 berada pada angka 170 atau naik 130 persen dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Tren pencarian properti online di Jakarta Selatan terus meningkat. Pada Q3 2020 indeks pencarian properti di Jakarta Selatan tercatat sebesar 255 atau naik 85% dibandingkan Q2 2020 (quarter-on-quarter/QoQ). Tren pencarian ini tetap stabil hingga Q1 2021, di mana indeks pencarian berada pada posisi 251.

Selain karena daya tarik Jakarta Selatan yang semakin baik, pandemi Covid-19 pun membuat para pemburu properti memilih  pencarian lewat daring seperti Rumah.com untuk mencari properti idaman sehingga bisa terhindar dari penyebaran virus berbahaya.

Rumah Tapak di Jakarta Selatan Tangguh Hadapi Pandemi COVID-19

Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) 2021 mencatat, harga rumah tapak di Jakarta Selatan mampu mempertahankan pertumbuhannya meski pandemi COVID-19 melanda Indonesia begitu hebat. 

Indonesia dihantam pandemi Covid-19 sejak kuartal kedua 2020. Namun, situasi darurat tidak membuat indeks harga rumah tapak di Jakarta Selatan anjlok. Justru kenaikan yang terjadi pada Q1 2020 sebesar 0,4 persen secara kuartalan semakin kuat sehingga pada Q2 2020 harga rumah tapak di Jakarta Selatan naik ke level 117,4 atau meningkat sebesar 3,7 persen dibanding kuartal sebelumnya.

Kenaikan indeks harga rumah tapak di Jakarta Selatan mencapai puncaknya pada kuartal keempat, ketika terjadi peningkatan sebesar 4,1 persen secara kuartalan. Menjelang tahun 2021, dinamika harga properti di Jakarta Selatan sudah tak se-bullish sebelumnya. Meski demikian, secara tahunan, indeks harga rumah tapak masih menunjukkan kenaikan sebesar 6% pada kuartal pertama 2021.

Stagnasi pasar properti pada kuartal keempat 2020 dan kuartal pertama 2021 tampaknya dipengaruhi oleh indeks suplai rumah tapak di Jakarta Selatan.

Ramainya pasar properti di Jakarta Selatan berdampak pada peningkatan indeks suplai rumah tapak yang cukup signifikan selama masa darurat pandemi Covid-19.

Dalam Rumah.com Indonesia Properti Market Index (RIPMI) 2020, indeks suplai rumah tapak di Jakarta Selatan pada kuartal kedua 2020 naik sebesar 18,6 persen ke level 139,7 secara kuartalan (QoQ).

Suplai ini terus meningkat. Hingga Q1 2021, indeks harga properti mencapai level 179,1 atau naik sebesar 15%. Tingginya suplai bisa menjadi salah satu faktor penurunan harga rumah tapak di Jakarta Selatan pada kuartal keempat 2020. Namun, stagnasi harga pada kuartal pertama 2021 menunjukkan pemulihan pasar properti di Jakarta Selatan yang sangat cepat dan harapan kenaikan indeks harga rumah tapak di kuartal selanjutnya.

Kondisi pasar rumah tapak di Jakarta Selatan yang seakan tidak terpengaruh oleh pandemi Covid-19 setidaknya dipengaruhi dua faktor, yakni keberadaan kalangan atas di Jakarta Selatan serta infrastruktur jalan yang lebih baik ketimbang wilayah lain di DKI Jakarta.

Kalangan Atas di Jakarta Selatan Tidak Terpengaruh Pandemi COVID-19

Sebagai wilayah terfavorit dengan kedekatan lokasi terhadap pusat-pusat bisnis dan perdagangan, nilai properti di Jakarta Selatan tentu sangat tinggi dan hanya dapat dijangkau oleh masyarakat kalangan atas.

Keberadaan masyarakat kalangan atas di Jakarta Selatan dapat ditunjukkan oleh pola pengeluaran yang muncul di masa pandemi COVID-19.

Menurut BPS, pola pengeluaran dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan seseorang. Semakin tinggi pengeluaran bukan makanan seseorang, semakin sejahtera pula kehidupannya. Sebaliknya, semakin tinggi pengeluaran seseorang untuk kebutuhan makanan, maka akan semakin rendah kesejahteraannya.

Selain itu, Pandemi Covid-19 juga mengakibatkan berkurangnya porsi untuk pengeluaran nonmakanan. Namun, masyarakat di Jakarta Selatan justru tetap memiliki rata-rata pengeluaran per kapita untuk kebutuhan nonmakanan yang lebih tinggi ketimbang wilayah lain, yakni di atas 60%.

Artinya, penduduk Jakarta Selatan kebanyakan sudah sangat sejahtera serta tak begitu terdampak oleh pandemi Covid-19. Selain itu, pengeluaran nonmakanan dari tahun 2019 ke tahun 2020 hanya berkurang 3 persen. Dengan begitu, permintaan hunian di Jakarta Selatan pun tidak banyak berubah ketimbang wilayah lainnya di DKI Jakarta.

Infrastruktur Jalan Memadai untuk Mobilitas Kendaraan Pribadi

Sementara itu, Jakarta Selatan pun memiliki infrastruktur jalan yang cukup dapat diandalkan ketimbang wilayah lain di DKI Jakarta.

Secara total, panjang jalan di Jakarta Selatan menjadi yang terpanjang kedua setelah Jakarta Timur. Namun jika hanya dilihat jalan raya dan jalan tol yang dikelola oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan lebih unggul daripada wilayah lain.

Panjang jalan yang dikelola oleh Pemerintah Pusat dan Pemprov DKI Jakarta di Jakarta Selatan mencapai 2.029 kilometer. Adapun luas jalan tersebut mencapai 12.643.872 meter persegi. 

Jika ditinjau dari perbandingan luas jalan dengan luas wilayah, Jakarta Selatan yang merupakan kota terluas di DKI Jakarta pun masih unggul daripada kota administrasi lainnya. Dengan luas 154,32 kilometer persegi, Jakarta Selatan memiliki persentase jalan sebesar 8,19 persen. 

Situasi ini membuat Jakarta Selatan lebih memanjakan pengguna kendaraan pribadi ketimbang wilayah lain di DKI Jakarta

Hal tersebut pun cocok dengan sifat perumahan tapak yang menyebar dan berjauhan. Rumah tapak biasanya dibangun seragam dan membentuk kluster sehingga cenderung jauh dari fasilitas publik dan pusat-pusat perdagangan.

Akibatnya, kebanyakan penghuni rumah tapak bergantung pada mobil atau motor sebagai kendaraan pribadi untuk jarak jauh. Jaringan jalan yang lebih masif membuat Jakarta Selatan sangat menarik bagi peminat rumah tapak. Apalagi posisinya sangat dekat dengan pusat bisnis dan mal-mal mewah, walaupun harus merogoh kocek cukup dalam.

Persentase jalan dibanding luas wilayah Jakarta Selatan hanya kalah oleh Jakarta Pusat. Namun, Jakarta Pusat tidaklah cocok untuk pengembangan rumah tapak karena kepadatannya sudah sangat tinggi. Selain itu, harga lahannya pun jauh lebih tidak terjangkau ketimbang Jakarta Selatan.

Dengan begitu, hanya Jakarta Selatan yang menarik minat para pemburu rumah tapak, khususnya kalangan atas yang tidak begitu terdampak pandemi COVID-19.

Jadi mau cari rumah, ruko, apartemen, atau investasi properti? Pahami potensi wilayahnya mulai dari fasilitas, infrastruktur, hingga pergerakan tren harganya lewat AreaInsider.

Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah