RumahCom – Bisnis perhotelan Jakarta mengalami penurunan cukup drastis pada semester pertama tahun ini. Hal ini terungkap dari survei yang dilakukan STR global pada periode Juli 2013 – Juli 2014.
Menurut STR Global, penurunan tingkat hunian hotel di Jakarta turun 22% menjadi 49,8% dibanding tahun sebelumnya. Ini merupakan penurunan tertinggi di Asia-Pasifik. Penurunan juga dialami Bangkok dengan tingkat okupansi -21,1% menjadi 56,4%.
Di sisi lain, RevPAR (revenue per available room) Jakarta dan Bangkok juga mengalami penurunan paling besar di kawasan Asia-Pasifik. Jakarta turun 23,7% menjadi USD47,43; sementara Bangkok turun 22,3% menjadi USD52,05.
Kendati demikian, secara umum tingkat hunian di Asia-pasifik pada Juli 2014 naik 0,3% menjadi 70%; dimana tarif kamar harian rata-rata sedikit meningkat (0,2%) menjadi USD112,44. Sementara itu, RevPAR naik 0,5% menjadi USD78,73.
Mumbai, India dilaporkan mengalami peningkatan okupansi dua digit dalam 12 bulan terakhir, yakni naik 10,7% menjadi 64,2%. Sementara itu, kenaikan RevPAR dua digit terjadi di Osaka (naik 19,6% menjadi JPY11.244,05), Bali (naik 18,4% menjadi Rp1.310.345,40), Taipei (naik 15,4% menjadi TWD3.979,56), dan Mumbai (naik 10,3% menjadi INR4.362,32).
“Dalam 12 bulan terakhir, pasokan ruang perhotelan meningkat 3,7%. Pada saat yang sama, permintaan juga meningkat 4,8%,” kata Elizabeth Winkle, Managing Director STR Global. “Tingkat permintaan yang melampaui pasokan—dengan selisih 1,1%—membuat tingkat hunian selama 12 bulan terakhir mencapai 68,6%.
Anto Erawan
Penulis adalah editor Rumah.com. Untuk berkomunikasi dengan penulis, Anda dapat mengirim email ke:antoerawan@rumah.com atau melalui Twitter: @AntoSeorang
Foto: Anto Erawan