RumahCom – Sektor properti yang terpukul akibat pandemi Covid-19 sudah mulai bangkit dengan pencatatan saham sektor ini yang terus bergerak positif. Beberapa hal seperti penurunan bunga acuan hingga program Tapera telah menjadi sinyal positif untuk pasar.
Dalam situasi apapun, produk properti telah terbukti bisa bertahan dengan nilainya yang akan terus naik minimal menyamai nilai inflasi. Karena itu banyak pemilik kapital yang membeli beberapa produk properti sebagai jangkar untuk menahan nilai kekayaannya. Properti juga bisa menghasilkan yield hingga passive income bila disewakan.
Namun begitu produk properti juga memiliki beberapa kelemahan dan yang paling mendasar adalah sifatnya yang tidak likuid. Properti tidak bisa dijadikan andalan saat kita membutuhkan uang mendadakak karena perlu proses untuk menjualnya. Properti yang menganggur juga artinya biaya untuk maintenance, membayar iuran pengelolaan lingkungan, hingga pajak rutin yang harus dibayar.
Di tengah pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) ini juga industri properti merupakan salah satu sektor bisnis yang paling terpukul. Namun setelah beberapa bulan kita semua bergulat dengan situasi wabah, beberapa adaptasi dan adjustment mulai berkembang termasuk untuk sektor properti.
Di pasar bursa, emiten properti dan perusahaan konstruksi di Bursa Efek Indonesia (BEI) cukup mencatatkan kinerja saham yang relatif lebih baik setelah sebelumnya menurun akibat dampak pandemi. Dari minus hampir 35 persen pada awal tahun 2020, memasuki minggu ketiga sektor properti dan konstruksi ditutup pada level 327.
Kota mandiri memang dibangun untuk jangka panjang, tetapi berpotensi baik untuk diinvestasikan kemudian. Simak jurus investasinya di video berikut ini, ya!
Menurut Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee, saham di sektor properti masih cukup menguntungkan untuk jangka panjang karena masih akan terus bertumbuh setelah berhasil melakukan berbagai adjustment setelah terpuruk pada periode bulan April atau setelah merebaknya pandemi.
“Untuk jangka panjang sektor properti masih akan mengalami pemulihan seiring dengan kebijakan new normal sehingga saham di sektor properti masih layak untuk dikoleksi. Beberapa pilihan dari pengembang besar seperti Ciputra Group, Pakuwon Jati, maupun Bumi Serpong Damai masih tetap layak untuk dikoleksi,” ujarnya.
Lebih lanjut menurut analisis Hans, penerapan Peraturan Pemerintah (PP) No. 25 Tahun 2020 mengenai Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) bisa menjadi momentum sektor properti masuk ke zona hijau yang layak untuk dikoleksi. Pemberlakuan Tapera ini akan meningkatkan permintaan di sektor properti.
Untuk tahap awal, program Tapera akan mengutip iuran sebesar tiga persen dari gaji kalangan aparatur sipil negara (ASN). Untuk pekerja swasta akan ada transisi selama tujuh tahun setelah program ini berjalan untuk ASN, anggota TNI-Polri, pekerja BUMN, BUMD, dan BUMDes setelah itu baru pekerja swasta dan pekerja mandiri.
Faktor pendorong lainnya yang akan semakin meningkatkan minat pada sektor properti yaitu dipangkasnya suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin menjadi 4,25 persen. Ini bisa menjadi katalis untuk terus mendorong sektor properti semakin menarik dari sisi permintaan pasarnya.
“Program Tapera, penurunan bunga acuan, maupun pelonggaran kebijakan moneter yang dikeluarkan pemerintah khususnya untuk sektor properti akan membuat pasar lebih bergairah. Permintaan produk properti di pinggiran dengan range harga di bawah Rp500 juta juga sangat besar, hal-hal ini bisa mendorong properti untuk terus meningkat termasuk membuat saham-saham properti menjadi lebih menarik,” pungkas Hans.
Temukan lebih banyak pilihan rumah terlengkap di Daftar Properti dan Panduan Referensi seputar properti dari Rumah.com
Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah