Si Petruk Menjamin Kualitas Rumah Subsidi
Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) di bawah Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan memastikan kualitas bangunan rumah subsidi melalui aplikasi sistem Pemantauan Konstruksi atau SiPetruk. Dengan aplikasi ini, dilansir dari Kompas, PPDPP dapat memastikan tingkat keterhunian, kualitas bangunan dari pengembang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pemerintah, serta kesiapan sarana prasarana dan lingkungan perumahan.
Konsumen rumah subsidi sering mengeluhkan belum dapat menghuni rumah karena berbagai alasan, termasuk sarana dan prasarana yang belum siap. Dengan SiPetruk, problem-problem seperti ini dapat diawasi dan ditangani oleh pemerintah. Namun penindakan pencabutan subsidi tidak akan langsung dilakukan saat pemerintah menemukan rumah yang tidak dihuni. PPDPP akan melakukan pembinaan kepada pengembang lebih dulu. Aplikasi SiPetruk masih dalam tahap pengenalan hingga Juli 2021.
“Ini adalah langkah yang sangat baik dari Pemerintah dalam mendorong kepemilikan hunian, terutama untuk melindungi hak Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Selain lokasi yang kurang strategis, kualitas bangunan menjadi salah satu hal yang membuat kalangan MBR ragu mengambil rumah subsidi. Dengan pemantauan kualitas konstruksi lewat SiPetruk, keraguan tersebut diharapkan dapat disingkirkan,” ujar Country Manager Rumah.com, Marine Novita.
Rebana akan Menyusul Bandung, Depok, Bogor dan Bekasi

Kawasan Rebana juga didukung Bandara Kertajati serta terkoneksi dengan Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) dan jalur kereta api arah Cirebon dan Surabaya.
Setelah Bogor–Depok–Bekasi alias Bodebek, dan Bandung Raya, Jawa Barat akan segera memiliki kota metropolitan ketiga, yaitu Cirebon, Subang, Majalengka atau Rebana. Dikutip dari CNN, pembentukan kota metropolitan Rebana menyusul dibangunnya Pelabuhan Internasional Patimban yang merupakan pintu masuk untuk menggerakkan ekonomi Jawa Barat.
Selain pelabuhan, kawasan Rebana juga didukung Bandara Kertajati serta terkoneksi dengan Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) dan jalur kereta api arah Cirebon dan Surabaya, membuatnya menjadi satu-satunya wilayah regional yang paling lengkap di Indonesia. Dalam 20 tahun mendatang, Rebana diprediksi akan menjadi wajah modern Jawa Barat. Pembentukan Rebana akan menciptakan 13 kota baru, yaitu Cipali West Subang, Bulum, Tukdana, Patrol, Cipali East Subang, Losarang, Cirebon, Kertajati, Cipali Indramayu, Krangkeng, Balongan, Patimban dan Jatiwangi.
Berdasarkan pantauan Rumah.com, harga rumah di Cirebon saat ini berada pada kisaran 6,5 juta rupiah hingga 9 juta rupiah per meter persegi. Sementara untuk Subang ada di kisaran 4 Juta rupiah hingga 6 juta rupiah. Harga yang lebih rendah ada di Majalengka, dengan kisaran 3 juta rupiah hingga 5 juta rupiah.
Sebagai proyek jangka panjang, memprediksi kenaikan harga properti di ketiga kawasan ini tentu masih terlalu dini. Menurut Country Manager Rumah.com, Marine Novita, kenaikan harga properti di suatu kawasan sangat bergantung pada detail pembangunan infrastrukturnya.
“Tiga hal yang mendorong harga properti adalah akses tol, proyek komersial seperti mal, serta hadirnya kawasan terpadu berskala besar seperti BSD City, Bintaro Jaya, Citraland, dan lain-lain di Jabodetabek. Namun, ketiga hal itu juga saling berkaitan. Mal lebih banyak dibangun di kawasan terpadu, sementara pengembang kawasan terpadu akan melihat keberadaan akses jalan tol sebagai pertimbangan utama,” ujar Country Manager Rumah.com, Marine Novita.
Namun, secara umum, Kota Cirebon yang sudah lebih mapan secara infrastruktur dan ekonomi di antara ketiganya akan lebih cepat merasakan dampak positif pembangunan tersebut, terutama dari sisi ekonomi.
“Pembangunan ini akan membuat Cirebon semakin maju. Saat ini, kota ini mengandalkan pelabuhan sebagai sumber ekonomi utama. Jika dilihat dari kesiapan infrastrukturnya, pusat aktivitas ekonomi Rebana kemungkinan akan berada di Cirebon,” Marine menjelaskan.
Underpass Bulak Kapal akan Mengurai Kemacetan Bekasi
Kabar baik untuk warga Bekasi dan sekitarnya. Kemacetan di Bekasi Timur diharapkan akan berkurang dengan rampungnya underpass Simpang Bulak Kapal. Arus kendaraan dari Jalan Ir Juanda, Jalan Joyo Martono, Jalan Pahlawan dan Jalan Dipenegoro arah Tambun memang sering membuat aktivitas warga tersendat di pagi dan sore hari.
Dilansir dari Suara.com, Sejak 24 September 2020, pembangunan underpass ini telah mencapai 14,6 persen dan diharapkan selesai pada Maret tahun depan. Mobilitas barang, manusia dan jasa akan semakin mudah dengan pembangunan underpass ini. Biaya pembangunan underpass bersumber dari APBN sebesar 79,3 miliar dan dikerjakan oleh kontraktor PT Modern Widya Technical. Terowongan ini akan dibuat sepanjang 590 meter, terdiri dari 2 lajur dengan lebar masing-masing 3,5 meter.
Berdasarkan data Rumah.com Property Market Index kuartal keempat 2020, properti di Bekasi Timur memang lebih lambat pertumbuhannya dibandingkan kawasan Jabodetabek lainnya. Harga rumah di Bekasi Timur saat ini berada pada kisaran Rp7 juta hingga Rp10 juta per meter persegi, dengan kenaikan sekitar 2,3% per tahun.
“Kemacetan menjadi salah satu faktor yang menghambat pertumbuhan harga properti di suatu kawasan. Pembangunan underpass ini diharapkan dapat mengatasi kemacetan di sekitar Bekasi Timur dan membuat kawasan ini menjadi lebih menarik bagi konsumen properti,” ujar Marine.
Jalur Kereta Bogor dan Bekasi Semakin Lancar

Proyek ini akan memudahkan mobilitas masyarakat Jabodetabek seiring bertambahnya jumlah kapasitas pergerakan kereta jalur Bekasi maupun Bogor.
Masyarakat Bogor dan Bekasi yang menggunakan kereta commuterline sering dipaksa menunggu beberapa waktu saat melintasi kawasan Manggarai. Hal ini disebabkan jalur yang bertumpuk untuk dilintasi kereta commuterline dan Kereta Bandara. Dilansir dari Detik.com, kini pemerintah telah menuntaskan pembangunan jalur kereta api dwi ganda atau double-double track (DDT) yang menghubungkan Manggarai-Jatinegara. Proyek ini akan memudahkan mobilitas masyarakat Jabodetabek seiring bertambahnya jumlah kapasitas pergerakan kereta jalur Bekasi maupun Bogor. Proyek ini mencakup dua jalur pekerjaan, yaitu commuter line untuk jalur Stasiun Manggarai-Matraman-Jatinegara (,44 km) serta jalur Stasiun Cikini-Manggarai-Tebet (2,22 km). Meski demikian, pemerintah belum merilis tanggal resmi penggunaannya.
Survei Rumah.com Consumer Sentiment Study semester pertama 2021 menunjukkan bahwa kedekatan properti terhadap sarana transportasi umum, seperti jalan raya menjadi faktor utama. Sebanyak 59% dari 1078 responden mencantumkan aspek ini sebagai salah satu pertimbangan dalam membeli properti.
Tingginya harga properti di Jakarta mendorong mereka yang bekerja di Jakarta harus mencari rumah di luar Jakarta (komuter). Bogor dan Bekasi adalah beberapa wilayah yang menawarkan pilihan properti yang lebih terjangkau, terutama jika dibandingkan dengan area Tangerang dan Depok.
“Jarak dari rumah ke kantor yang cukup jauh akhirnya membuat pekerja komuter ini mengandalkan KRL untuk mobilitas harian mereka. Karena itu, peningkatan kualitas KRL Bekasi dan Bogor ini akan mendorong minat konsumen terhadap properti yang berada di sepanjang kedua jalur itu, terutama konsumen komuter dari kelas menengah,” jelas Marine.
Temukan lebih banyak pilihan rumah terlengkap di Daftar Properti dan Panduan Referensi seputar properti dari Rumah.com
Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah