RumahCom – Digital marketing menjadi andalan bagi pengembang untuk memasarkan produk propertinya saat pandemi Covid-19. Kendati belum bisa bertransaksi langsung menggunakan sistem online, keberadaan e-catalogue misalnya, membuat potensi penjualan yang terjadi mencapai lebih dari 50 persen.
Pandemi Covid-19 telah memunculkan beragam perubahan maupun lifestyle atau kerap disebut kenormalan baru (new normal). Di sektor properti, pemasaran dengan memanfaatkan marketing digital telah diterapkan oleh hampir seluruh pengembang dan salah satu penerapan dari digital marketing yaitu adanya e-catalogue.
Dengan e-catalogue masyarakat dimudahkan untuk melihat berbagai keunggulan mulai dari lokasi, fasilitas, konsep pengembangan, harga, dan hal lainnya dari produk properti yang ditawarkan. E-catalogue bisa menjadi informasi awal sebelum melihat produk maupun show unit di lokasinya langsung.
Di sisi lain, e-catalogue seperti ini untuk sektor properti belum bisa mendongkrak langsung tingkat penjualan yang bisa dibukukkan pengembang. Menurut Managing Director Strategic Business & Servicees Sinar Mas Land (SML) Alim Gunadi, perangkat marketing tools seperti e-catalogue masih membutuhkan sosialisasi dan edukasi karena berbeda dengan produk e-commerce lainnya, produk properti membutuhkan biaya yang besar sehingga tetap harus dilihat secara langsung.
“Di sisi lain keberadaan e-catalogue itu bisa men-trigger penjualan produk properti kendati tetap harus melihat barangnya secara langsung. Paling tidak e-catalogue sudah bisa mendorong orang untuk melakukan explore terkait produk yang diincarnya dan nanti tinggal di prospek oleh awak marketing untuk sales closing-nya,” ujarnya.
Kelebihan lain dari adanya e-catalogue, jelas Alim, bisa mendorong orang untuk lebih mudah melakukan eksplorasi terkait produk yang diincarnya. Gambarannya begini, orang yang tinggal di Balikpapan dan tertarik dengan produk perumahan di township BSD City, Tangerang, Banten, bisa mendapatkan informasi awal dari e-catalogue.
E-catalogue ini semacam aktivitas window shopping di mal atau pusat perbelanjaan tapi dilakukan untuk produk properti melalui e-catalogue. Sebelum ada pandemi, window shopping untuk produk properti dilakukan dengan berkeliling kawasan melihat berbagai fasilitas maupun sarana sebelum masuk ke dalam kantor marketing.
“Sekarang dengan e-catalogue ini calon konsumen sudah mendapatkan informasi yang cukup bahkan sudah mengontak awak marketing. Kami perkirakan potensi yang telah melihat produk melalui e-catalogue ini mencapai lebih dari 50 persen yang akhirnya closing atau membeli. Jadi opportunity-nya cukup besar karena sudah di atas 50 persen yang datang pasti jadi membeli,” pungkasnya.
Temukan lebih banyak pilihan rumah terlengkap di Daftar Properti dan Panduan Referensi seputar properti dari Rumah.com
Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah