RumahCom – Beberapa hal yang harus dilakukan untuk mendorong program rumah subsidi antara lain harga lahan yang telah diplot sehingga tidak naik terlalu cepat hingga perekonomian kawasan. Rumah subsidi menjadi segmen yang tetap meningkat di saat pandemi Covid-19.
Sektor properti merupakan salah satu bisnis yang paling terpukul dengan adanya pandemi Covid-19 khususnya untuk sektor pariwisata (perhotelan), komersial (pusat belanja), perkantoran, dan residensial. Namun masih ada beberapa segmen dalam industri properti yang tidak terpengaruh dengan gonjang-ganjing perekonomian.
Segmen hunian untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) misalnya, menjadi segmen yang tetap tumbuh saat situasi pandemi karena minat masyarakat yang besar. Hal ini juga terkonfirmasi oleh Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang menyebut minat masyarakat untuk mendapatkan KPR subsidi saat pandemi ini terus meningkat.
Akhirnya penurunan untuk segmen residensial terjadi untuk produk komersial atau yang harganya di atas Rp500 juta. Di sisi lain, pelemahan ekonomi juga membuat ada pergeseran daya belu, yang tadinya pada segmen Rp500 juta menjadi turun dengan mencari produk seharga Rp300 juta, begitu juga yang segmen Rp300 juta akhirnya turun mencari produk rumah bersubsidi.
Menurut Grace Ekaputri, Direktur PT Praja Sakti Propertindo, pengembang Perumahan Kebun Kembang Asri Cikampek, Jawa Barat, segmen rumah bersubsidi dengan cicilan KPR Rp1 jutaan masih menjadi favorit kalangan MBR karena merupakan kebutuhan pokok dan produk seperti ini menjadi pembelian terbesar kalangan ini.
“Rata-rata pengembang yang membangun untuk segmen ini tidak ada kesulitan terkait pasarnya karena kebutuhannya memang besar. Karena itu pemerintah harus lebih fokus untuk mengatur segmen ini karena rumah subsidi ini bisa memberikan imbas besar juga untuk mendorong pertumbuhan perekonomian nasional,” ujarnya.
Memang beberapa tahun terakhir Kementerian PUPR terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan sistem penyaluran program subsidi maupun kualitas produksi rumahnya. Semua sistem ini perlu diterapkan selama tidak menghambat mekanisme program rumah subsidi.
Di sisi lain, Grace juga mengingatkan supaya pemerintah terus mengupayakan lembaga bank tanah (landbank) khususnya untuk program perumahan ini. Di dalam bank tanah itu seharusnya telah diplot lahan untuk pengembangan rumah subsidi sehingga tidak seperti saat ini yang lahannya diupayakan sendiri oleh pengembang.
Sementara itu kenaikan harga tanah tidak bisa dikontrol dan rata-rata kenaikannya bisa mencapai 10-20 persen per tahun. Hal ini akhirnya memberatkan pembebasan lahan untuk rumah subsidi karena harga jual yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Akan lebih baik bila lahan disediakan oleh pemerintah atau untuk pengembangan perumahan bersubsidi harga tanahnya bisa dipastikan tidak naik dengan mekanisme dari bank tanah.
Hal lainnya lagi untuk mempercepat pergerakan ekonomi nasional, pemerintah seharusnya memberikann stimulus kepada sumber-sumber industri yang terkait dengan sektor properti. Hal ini supaya ada multiplayer effect yang makin besar dan perekonomian bisa bergerak dengan lebih cepat dengan perputaran pada sektor-sektor yang terkait dengan industri properti khususnya perumahan.
“Market perumahan subsidi juga sangat tergantung dari perputaran ekonomi di kawasannya. Kalau rumah ini dikembangkan dekat dengan kawasan industri, konsumennya pasti dari kawasan industri itu, berbeda kalau rumah komersial yang konsumennya bisa dari wilayah lain yang jauh. Makanya pemerintah harus bisa memberikan stimulus juga untuk kawasan industrinya supaya ekonomi di kawasan itu bisa terus bergerak,” bebernya.
Penting sebelum beli rumah, pahami 5 hal yang penting perlu dipertimbangkan saat membeli rumah agar tak salah pilih. Selengkapnya lihat di video berikut ini.
Temukan lebih banyak pilihan rumah terlengkap di Daftar Properti dan Panduan Referensi seputar properti dari Rumah.com
Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah