Perusahaan Dan Pemilik Properti Asia Pasifik Nyatakan Komitmen Penerapan Konsep Green

12 Jul 2021

RumahCom – Perusahaan di wilayah Asia Pasifik bersedia membayar lebih mahal untuk ruang sewa perkantoran yang menawarkan konsep green secara berkelanjutan. Para pemilik properti maupun perusahaan juga berkomitmen untuk terus meningkatkan konsep berkelanjutan hingga penerapan zero karbon.

Mayoritas perusahaan di wilayah Asia Pasifik bersedia membayar biaya sewa lebih mahal untuk penerapan bangunan dengan sertifikasi berkelanjutan di masa mendatang. Hal ini terungkap dari survei JLL Asia Pasifik bertajuk Sustainable Real Estate: From Ambitions to Actions yang melakukan survei lebih dari 550 pemimpin Corporate Real Estat (CRE) perusahaan.

Tingkat kebersediaan untuk membayar lebih mahal tersebut mencapai porsi 70 persen. Di sisi lain, ada 40 persen pengguna yang menargetkan emisi karbon nol persen (net zero) dan 40 persen berencana melakukan hal yang sama pada tahun 2025. Upaya dekarbonisasi real estat juga mendorong 80 persen pengguna dari segmen perusahaan untuk lebih memilih lokasi yang membantu mereka mengurangi emisi karbon sementara 65 persen investor akan fokus pada investasi bangunan yang ramah lingkungan.

Menurut Chief Executive Officer APAC JLL Anthony Couse, sekitar 90 persen perusahaan di Asia Pasifik setuju kalau mengatasi emisi karbon dari sektor properti sangat penting dalam upaya mencapai target emisi karbon nol persen. Ini juga menunjukan era baru untuk portofolio sewa dan investasi di industri properti secara regional.

“Mayoritas perusahaan penyewa gedung berkonsep ramah lingkungan juga rela membayar biaya sewa 7-10 persen lebih mahal sebagai tolak  ukur bagi bisnis penyewaan di masa depan. Bagi perusahaan yang beroperasi di Asia Pasifik, pengurangan penggunaan aktivitas karbon memiliki kaitan erat dengan properti,” ujarnya.

Para pengguna juga mengharapkan solusi properti yang dapat mendukung agenda keberlanjutan mereka. Pada akhirnya hal ini akan mendorong investor untuk memprioritaskan investasi hijau, hingga mengarahkan transformasi industri real estat menuju bangunan ramah lingkungan.

Survei ini juga memberikan pandangan komprehensif tentang keberlanjutan sebuah organisasi di mana hanya segelintir pengusaha atau hanya 21 persen dan investor 26 persen yang teridentifikasi sebagai kekuatan untuk menjalankan target keberlanjutan mereka. Yang berkontribusi dalam pencapaian target pengurangan emisi karbon mencatatkan lebih 70 pon dari total 100 poin.

Ini menunjukan bahwa sebagian besar organisasi perlu berbuat lebih banyak untuk merealisasikan komitmen mereka menjadi tindakan nyata. Misalnya, hanya 36 persen pengusaha yang berjanji untuk menindaklanjuti persoalan emisi yang berasal dari pemasok dan pelanggan mereka selain dari operasional mereka sendiri.

Selain dibutuhkan komitmen yang lebih kuat untuk mempercepat pencapaian target emisi karbon nol persen, perusahaan-perusahaan juga melihat sejumlah hambatan dalam mengejar target berkelanjutan di sektor properti. Sekitar 70 persen pengguna properti melaporkan kurangnya insentif pemerintah dan dukungan dari pemilik properti.

Selain itu, tiga dari empat perusahaan yang disurvei melihat infrastruktur teknologi yang kurang memadai sebagai sebuah rintangan dalam mencapai target tersebut.

Roddy Allan, Chief Research Officer, JLL Asia Pacific mengatakan, di kawasan Asia Pasifik masyarakat cenderung beralih ke bangunan ramah lingkungan dalam upaya mengatasi risiko iklim dan perusahaan-perusahaan bersedia membayar harga premium untuk memenuhi permintaan baru.

“Kalangan dunia usaha mulai memperlihatkan tanggung jawab yang lebih besar untuk mengambil tindakan nyata melalui portofolio properti mereka. Portofolio ini akan bergantung pada kemitraan antara penyewa dan investor untuk mengubah target keberlanjutan menjadi aksi nyata,” katanya.

Laporan JLL bertajuk Sustainable Real Estate: From Ambitions to Actions ini merupakan survei online terhadap 478 pengguna properti dan 76 investor dari berbagai negara di wilayah Asia Pasifik, terutama Australia, China, India, Jepang, dan Singapura. Responden menjawab pertanyaan untuk menentukan tingkat kesempurnaan mereka dalam hal pemahaman dan implementasi prinsip keberlanjutan. Setiap perusahaan kemudian diberi skor kesempurnaan antara 0 hingga 100 untuk melihat apakah mereka termasuk kategori ‘memulai’, ‘sedang berjalan’, atau ‘terdepan’.

Penting sebelum beli rumah, pahami 5 hal yang penting perlu dipertimbangkan saat membeli rumah agar tak salah pilih. Selengkapnya lihat di video berikut ini.

Temukan lebih banyak pilihan rumah terlengkap di Daftar Properti dan Panduan Referensi seputar properti dari Rumah.com

Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah

KIRIM KOMENTAR

Anda juga mungkin menyukai beberapa artikel ini

Modal Bank Ini Akan Diperkuat Untuk Memperbesar Penyaluran KPR

RumahCom – Bank BTN akan terus memperbesar modal kerja dengan PNM maupun penerbitan right issue. Kebutuhan pembiayaan perumahan yang besar mengharuskan permodalan bank yang fokus pada pembiayaan per

Lanjutkan membaca9 Jul 2021

Enam Perumahan Di Aceh Dapat Bantuan PSU

RumahCom – Kementerian PUPR terus mendorong program PSU di perumahan subsidi yang dibangun kalangan pengembang. Di Aceh program PSU dilaksanakan di enam perumahan dengan total 400 unit rumah sehingg

Lanjutkan membaca9 Jul 2021

Suku Anak Dalam Dapat Bantuan Perumahan

RumahCom – Pemerintah terus berupaya menyediakan hunian yang  lebih layak termasuk di daerah pelosok seperti Suku Anak Dalam di Sumatera. Masih ada suku-suku minoritas yang tinggal di hutan secara

Lanjutkan membaca12 Jul 2021

Ada PPKM Darurat, Pengembang Tambah Kemudahan Beli Rumah

RumahCom – PPKM Darurat yang diterapkan pemerintah untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19 direspon kalangan pengembang dengan menambah berbagai promo kemudahan. Dengan program promo yang menarik

Lanjutkan membaca12 Jul 2021

Reforma Agraria Akan Dorong Keadilan Pertanahan Hingga Menjaga Aset Masyrakat Tradisonal

RumahCom – Kementerian ATR/BPN akan terus mendorong program reforma agraria khususnya untuk mengatasi ketimpangan dan penguasaan kepemilikan lahan. Reforma agraria juga akan menyentuh perlindungan a

Lanjutkan membaca12 Jul 2021

Masukan