RumahCom – Perusahaan di wilayah Asia Pasifik bersedia membayar lebih mahal untuk ruang sewa perkantoran yang menawarkan konsep green secara berkelanjutan. Para pemilik properti maupun perusahaan juga berkomitmen untuk terus meningkatkan konsep berkelanjutan hingga penerapan zero karbon.
Mayoritas perusahaan di wilayah Asia Pasifik bersedia membayar biaya sewa lebih mahal untuk penerapan bangunan dengan sertifikasi berkelanjutan di masa mendatang. Hal ini terungkap dari survei JLL Asia Pasifik bertajuk Sustainable Real Estate: From Ambitions to Actions yang melakukan survei lebih dari 550 pemimpin Corporate Real Estat (CRE) perusahaan.
Tingkat kebersediaan untuk membayar lebih mahal tersebut mencapai porsi 70 persen. Di sisi lain, ada 40 persen pengguna yang menargetkan emisi karbon nol persen (net zero) dan 40 persen berencana melakukan hal yang sama pada tahun 2025. Upaya dekarbonisasi real estat juga mendorong 80 persen pengguna dari segmen perusahaan untuk lebih memilih lokasi yang membantu mereka mengurangi emisi karbon sementara 65 persen investor akan fokus pada investasi bangunan yang ramah lingkungan.
Menurut Chief Executive Officer APAC JLL Anthony Couse, sekitar 90 persen perusahaan di Asia Pasifik setuju kalau mengatasi emisi karbon dari sektor properti sangat penting dalam upaya mencapai target emisi karbon nol persen. Ini juga menunjukan era baru untuk portofolio sewa dan investasi di industri properti secara regional.
“Mayoritas perusahaan penyewa gedung berkonsep ramah lingkungan juga rela membayar biaya sewa 7-10 persen lebih mahal sebagai tolak ukur bagi bisnis penyewaan di masa depan. Bagi perusahaan yang beroperasi di Asia Pasifik, pengurangan penggunaan aktivitas karbon memiliki kaitan erat dengan properti,” ujarnya.
Para pengguna juga mengharapkan solusi properti yang dapat mendukung agenda keberlanjutan mereka. Pada akhirnya hal ini akan mendorong investor untuk memprioritaskan investasi hijau, hingga mengarahkan transformasi industri real estat menuju bangunan ramah lingkungan.
Survei ini juga memberikan pandangan komprehensif tentang keberlanjutan sebuah organisasi di mana hanya segelintir pengusaha atau hanya 21 persen dan investor 26 persen yang teridentifikasi sebagai kekuatan untuk menjalankan target keberlanjutan mereka. Yang berkontribusi dalam pencapaian target pengurangan emisi karbon mencatatkan lebih 70 pon dari total 100 poin.
Ini menunjukan bahwa sebagian besar organisasi perlu berbuat lebih banyak untuk merealisasikan komitmen mereka menjadi tindakan nyata. Misalnya, hanya 36 persen pengusaha yang berjanji untuk menindaklanjuti persoalan emisi yang berasal dari pemasok dan pelanggan mereka selain dari operasional mereka sendiri.
Selain dibutuhkan komitmen yang lebih kuat untuk mempercepat pencapaian target emisi karbon nol persen, perusahaan-perusahaan juga melihat sejumlah hambatan dalam mengejar target berkelanjutan di sektor properti. Sekitar 70 persen pengguna properti melaporkan kurangnya insentif pemerintah dan dukungan dari pemilik properti.
Selain itu, tiga dari empat perusahaan yang disurvei melihat infrastruktur teknologi yang kurang memadai sebagai sebuah rintangan dalam mencapai target tersebut.
Roddy Allan, Chief Research Officer, JLL Asia Pacific mengatakan, di kawasan Asia Pasifik masyarakat cenderung beralih ke bangunan ramah lingkungan dalam upaya mengatasi risiko iklim dan perusahaan-perusahaan bersedia membayar harga premium untuk memenuhi permintaan baru.
“Kalangan dunia usaha mulai memperlihatkan tanggung jawab yang lebih besar untuk mengambil tindakan nyata melalui portofolio properti mereka. Portofolio ini akan bergantung pada kemitraan antara penyewa dan investor untuk mengubah target keberlanjutan menjadi aksi nyata,” katanya.
Laporan JLL bertajuk Sustainable Real Estate: From Ambitions to Actions ini merupakan survei online terhadap 478 pengguna properti dan 76 investor dari berbagai negara di wilayah Asia Pasifik, terutama Australia, China, India, Jepang, dan Singapura. Responden menjawab pertanyaan untuk menentukan tingkat kesempurnaan mereka dalam hal pemahaman dan implementasi prinsip keberlanjutan. Setiap perusahaan kemudian diberi skor kesempurnaan antara 0 hingga 100 untuk melihat apakah mereka termasuk kategori ‘memulai’, ‘sedang berjalan’, atau ‘terdepan’.
Penting sebelum beli rumah, pahami 5 hal yang penting perlu dipertimbangkan saat membeli rumah agar tak salah pilih. Selengkapnya lihat di video berikut ini.
Temukan lebih banyak pilihan rumah terlengkap di Daftar Properti dan Panduan Referensi seputar properti dari Rumah.com
Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah