RumahCom – Setiap perusahaan memiliki karakteristik masing-masing terkait permodalan maupun strategi bisnisnya. Ada perusahaan yang memiliki porsi recurring income besar dibandingkan development income-nya atau sebaliknya yang akan memengaruhi strategi bisnisnya.
Proyek properti memiliki kategori maupun segmennya masing-masing yaitu produk residensial seperti rumah dan apartemen, produk komersial seperti ruko, ruang usaha, shophouse, hingga perkantoran, maupun hospitality seperti mal, lifestyle center, hingga pusat perbelanjaan.
Produk properti yang dijual bagi perusahaan developer disebut development income (pendapatan pengembangan). Modelnya sebuah proyek dibangun kemudian dijual dan menghasilkan pendapatan. Untuk produk seperti perkantoran, mal, lifestyle center, hingga hotel setelah dibangun kemudian dikelola sendiri ataupun diserahkan operator maka perusahaan mendapatkan jasa dari sewa gedung maupun layanannya makanya disebut recurring income (pendapatan berulang).
Selama ini perusahaan pengembang nasional seperti Ciputra Group, Agung Podomoro, Intiland, Modernland, Agung Sedayu, Duta Putra, dan sebagainya dikenal karena menjual banyak produk properti yang sifatnya development income. Adapun pengembang PT Indonesian Paradise Property Tbk (INPP) masuk ke bisnis properti dengan mengembangkan hotel terlebih dulu.
“INPP masuk ke bisnis properti sejak tahun 2002 dengan bisnis pertamanya hotel sehingga 100 persen pendapatan kami dari recurring income. Kemudian kami terus bertransformasi tahun 2012-2017 merambah ke pusat perbelanjaan hingga 2017-2022 merambah lagi ke pengembangan development income yang membuat porsi hotel kami menjadi 40 persen,” ujar Anthony Prabowo Susilo, President Director & CEO INPP.
Kiprah 20 tahun INPP telah membawa perusahaan mengembangkan 13 hotel, enam proyek komersial, dan empat proyek residensial. Lokasi proyeknya pun menyebar di berbagai kota seperti Batam, Bali, Yogyakarta, Makassar, Bandung, Jakarta, dan akan terus merambah ke kota-kota lainnya.
Porsi recurring income perusahaan yang besar juga akhirnya memudahkan untuk pengembangan proyek berjalan termasuk proyek residensial yang ditujukan untuk memperbesar pendapatan development income. Dengan dana perusahaan yang kuat, berbagai strategi dan rencana bisnis lebih mudah dilakukan termasuk untuk menyusun best maupun worst scenario pengembangan proyeknya.
Co-Founder & Commissioner INPP Agoes Soelistyo menambahkan, sebagai perusahaan terus menghadirkan visi dengan penekanan pada kreativitas dan inovasi untuk menghasilkan produk yang dibutuhkan masyarakat. Mengembangkan proyek hotel pertama kali juga berlandaskan intuisi bisnis sebagai hasil pengamatan pasar yang kuat.
“Kami mengembangkan hotel pertama kali di Tuban, Bali, yang waktu itu belum ada yang kenal. Dulu traveling atau liburan hanya dilakukan kalangan atas, kami melihat kalau segmen menengah bahkan semua segmen membutuhkan traveling dan itu yang kami terapkan di Tuban dengan menghadirkan beachwalk sebuah mal dengan konsep terbuka dan hotel untuk semua segmen yang membuat kami menjadi pionir di kawasan,” jelasnya.
Sementara itu Wakil Presiden Komisaris & Komisaris Independen INPP Hadi Cahyadi mengatakan, situasi bisnis yang berubah dioptimalkan oleh INPP dengan melihat secara jeli kebutuhan pasar melalui penerapan strategi dan kebijakan untuk membawa perubahan secara bertahap.
“Di tengah situasi ekonomi global dan lokal yang lesu kami telah membuktikan tetap bisa menghadirkan produk yang diterima oleh pasar. Kami masuk ke pasar saat ekonomi global juga lesu akhir tahun 1990-an kemudian kita dihadapkan lagi pada krisis pandemi. Ada banyak proyek kami yang dilakukan saat pandemi dan semuanya bisa berjalan tanpa ada penundaan,” pungkasnya.
Cek lima langkah mudah mengurus balik nama sertifikat rumah lewat video berikut ini.
Temukan lebih banyak pilihan rumah terlengkap di Daftar Properti dan Panduan Referensi seputar properti dari Rumah.com
Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah