RumahCom – Harga lahan yang terus merangkak memang tidak seimbang dengan inflasi Upah Minimum Regional (UMR). Alhasil, para pengembang mencari beragam alternatif agar produk huniannya bisa tetap dijangkau kelompok milenial yang kini mendominasi konsumen properti Tanah Air.
Salah satu alternatifnya adalah mengembangkan produk hunian dengan mengusung konsep compact. Menurut definisinya, compact house adalah rumah terpadu berukuran kecil yang dibangun di atas lahan terbatas. Kendati luas tanahnya minim, namun rancangan ruang dalam rumah didesain maksimal agar mampu mengakomodir seluruh aktivitas penghuni.
Compact house dewasa ini lekat dengan gaya hidup minimalis kaum urban. Atas dasar itu, PT Jaya Andar Perkasa menghadirkan produk compact house di Lagoosi Village sebagai jawaban atas keterbatasan lahan dengan kebutuhan hunian yang cukup kompleks.
Lagoosi Village terletak di kawasan satelit dan menjadi bagian dari daerah berkembang di Mandai, Kab. Maros, Sulawesi Selatan. Perumahan tersebut dikembangkan sejak 2014 dan berhasil menyelesaikan penjualan dan pembangunan di 2020, serta melakukan pengembangan di lokasi yang sama pada 2021 sampai sekarang.
Menurut Fedi Wongso selaku Marketing Lagoosi Village menyebut, ada dua tipe terbaru di Lagoosi Village yakni Gilenia dan Zamora. Keduanya sama-sama dirancang memenuhi ekspektasi compact house yang mendapat sentuhan Mediterania.
“Tipe Gilenia yang memiliki luas tanah 55m2 ditawarkan mulai Rp395 juta, sedangkan tipe Zamora seluas 66m2 kami pasarkan Rp520 juta. Baik keduanya merupakan jawaban atas keterbatasan lahan dengan kebutuhan hunian yang cukup kompleks,” ujar Fedi.
Open Plan Jadi Poin Utama
Pada tipe Gilenia, lantai 1 dibuat sebagai ruang open plan dimana dalam satu ruang terdapat area nonton TV, ruang makan, dan mini pantry. Hal ini juga dapat membuat ruang fleksibel apabila ada perubahan konfigurasi ruang yang disesuaikan dengan adanya aktivitas di dalamnya. Unit kamar-kamar dan toilet ditempatkan pada lantai 2 sebagai area privat dengan akses yang terbatas.
“Penampilan bangunan yang membawa kesan pada suasana Mediterania dengan permainan aksen lengkung pada wajah bangunan memberi identitas special personal yang dimiliki penghuni rumah. Kami juga menggunakan baja berat sebagai struktur utama untuk memberi daya tahan yang maksimal dengan efisiensi waktu dalam proses konstruksinya,” imbuh Fedi.
Untuk sirkulasi udara dan pencahayaan alami yang baik, terdapat bukaan yang cukup lebar dengan sistem ‘cross’ sehingga pertukaran udara dapat terjadi dengan baik apabila jendela/pintu dalam keadaan terbuka, begitupun dengan akses pencahayaan alamai masuk dengan baik kedalam ruang.
Sementara itu untuk tipe Zamora, denah lantai dasar yang dibuat open plan minim sekat sengaja dirancang dengan menitikberatkan pada fungsi dan efisiensi. Sehingga menjadikan ruang lebih fleksibel untuk diatur dan ditata sesuai kebutuhan. Adapun lantai 2 adalah area privat untuk keluarga dengan menempatkan unit-unit kamar dan toilet.
“Lahan yang terbatas yakni 66m2 menjadikan unit di Zamora lebih mengutamakan kebutuhan dan pemanfaatan ruang semaksimal mungkin bagi penghuninya. Fasad rumahnya yang kontemporer khas Mediterania klasik dibalut dalam nuansa modern yang sederhana dengan menggunakan warna-warna netral disertai aksen pastel,” Fedi menambahkan.
Kendati komposisi ruang pada rumah cukup terbatas, namun unit di Gilenia dan Zamora diklaim tetap mendapatkan sirkulasi udara dan pencahayaan alami yang maksimal dari bukaan melalui pintu dan jendela. Begitu juga dengan pencahayaan, selain dari jendela terdapat pula bidang atap transparan (skylight) untuk memaksimalkan cahaya alami yang masuk dalam hunian.