RumahCom – Tren peningkatan bisnis termasuk sektor properti salah satunya didorong oleh membaiknya situasi pandemi Covid-19. Perekonomian yang tidak bisa dilepaskan dari situasi global nyatanya masih sangat rawan terkait inflasi tinggi yang dialami banyak negara-negara maju yang akan berdampak pada perekonomian dalam negeri termasuk sektor properti.
Kinerja ekonomi nasional terus menunjukan tren yang membaik termasuk untuk bisnis properti. Pandemi Covid-19 yang kita alami sejak awal tahun 2020 terus menunjukan situasi yang mereda dan itu menjadi salah satu penyebab utama terus meningkatkan sektor bisnis dan perekonomian.
Hal ini ditunjukkan salah satunya oleh peningkatan investasi dan konsumsi masyarakat yang telah mulai kembali pada situasi sebelum adanya pandemi. Itu juga yang membuat tingkat pertumbuhan ekonomi pada kuartal terakhir 2021 lalu bisa mencapai lebih dari 5 persen terlebih pemerintah juga mendorong dengan investasi pemerintah yang terus ditingkatkan.
Bagaimana dengan sektor properti? Kalangan pengembang kerap menyebut optimismenya untuk kinerja bisnis sektor padat modal ini yang akan terus meningkat pada periode semester kedua tahun ini. Pengembangan berbagai proyek real estat juga terus menunjukan tingkat yang membaik dan membuat kalangan pengembang kian confident menggarap proyeknya.
Hanya saja, peningkatan bisnis yang terjadi saat ini juga masih banyak yang perlu diwaspadai terlebih peningkatan yang terjadi akibat sebelumnya terpuruk dalam hal ini karena adanya pandemi. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, peningkatan inflasi yang dipicu kenaikan tajam harga energi, komoditas tambang dan pangan, telah berpengaruh di banyak negara.
“Pandemi telah meninggalkan banyak luka salah satunya akibat terganggunya rantai pasok (supply chain) barang antar negara termasuk energi. Hal ini mengakibatkan suplai yang ada tidak mampu mengimbangi kenaikan permintaan yang tinggi itu pasca pandemi sehingga harga barang global ikut meningkat pesat dan itu yang bisa berpengaruh pada perekonomian di dalam negeri,” ungkapnya.
Peningkatan harga komoditas ini di sisi lain menguntungkan Indonesia khususnya dari ekspor primer seperti batu bara, Crude Palm Oil (CPO), minyak bumi, dan lainnya yang meningkat tajam. Nilai ekspor yang meningkat membuat neraca pembayaran surplus selama 25 bulan terakhir dan memperbesar penerimaan pajak. Hanya saja keuntungan ini diiringi dengan ancaman inflasi.
Melonjaknya harga komoditas dunia ini tidak terlepas dari dampak akibat perang Rusia-Ukraina. Rusia merupakan produsen energi yang akhirnya banyak diboikot negara-negara Eropa sementara Ukraina merupakan produsen gandum yang kesulitan mengekspor gandumnya karena perang.
Inflasi di banyak negara terus mencatatkan rekor baru termasuk peningkatan suku bunga yang juga terus naik. Bahkan inflasi yang saat ini dialami negara-negara maju merupakan yang tertinggi selama 40 tahun terakhir dan diperkirakan situasi ini masih akan berjalan lebih lama. Artinya, situasi bisnis yang saat ini bergerak naik masih sangat rawan termasuk untuk sektor properti dengan tren yang baik saat ini bisa tiba-tiba kembali menurun.
Dimana saja 7 lokasi sunrise property yang memiliki potensi investasi tinggi? temukan jawabannya di video berikut ini.
Temukan lebih banyak pilihan rumah terlengkap di Daftar Properti dan Panduan Referensi seputar properti dari Rumah.com
Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah