RumahCom – Inflasi global yang tinggi hingga kenaikan suku bunga yang dilakukan The Fed Amerika akan berdampak pada suku bunga KPR di tanah air. Perbankan syariah dengan konsep cicilan tetap memiliki kesempatan untuk memperbesar pangsa pasarnya di tengah situasi ini.
Tingginya harga rumah membuat mayoritas masyarakat membelinya dengan skema pembiayaan perbankan (KPR) yang dicicil hingga belasan tahun. Besarnya pasar perumahan di Indonesia membuat produk KPR bank sangat digemari dan kalangan perbankan terus berlomba mengeluarkan skema KPR yang menarik.
Terkait pembiayaan dengan mekanisme syariah, konsep ini juga banyak dicari konsumen dan pasarnya terus membesar. Perbankan syariah memiliki kesempatan untuk menggenjot pembiayaan ataupun produk KPR-nya seiring bisnis properti yang terus menguat dan penyaluran KPR dengan skema syariah juga terus membesar.
Situasi ini setidaknya harus dioptimalkan khususnya pada semester kedua 2022 hingga tahun 2023 nanti. Hal itu terkait dengan proyeksi kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) yang sejak 17 bulan terkahir bertahan tanpa ada kenaikan.
Saat ini BI7DRR merupakan acuan dengan level yang paling rendah sepanjang sejarah yaitu sebesar 3,5 persen. Patokan serendah ini dilakukan oleh BI setelah suku bunga acuan menyentuh angka 6 persen sejak bulan Juni 2019 lalu. Suku acuan yang rendah saat ini dipastikan akan terus naik seiring inflasi global dan Bank Sentral Amerika Federal Reserve (The Fed) telah menaikan suku bunga acuannya.
Menurut Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin, dalam skenario tren kenaikan suku bunga acuan, perbankan syariah memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan bank dengan sistem konvensional khususnya saat memasarkan produk pembiayaan perumahan.
“Saat suku bunga acuan BI naik, bank konvensional pasti akan menaikkan suku bunga KPR-nya untuk mengikuti kenaikan suku bunga pasar yang floating. Sementara bank syariah memasarkan produk pembiayaannya dengan skema cicilan tetap sehingga konsumen tidak mengalami kenaikan cicilan,” ujarnya.
Hal ini membuat produk dengan skema syariah menjadi lebih menarik dibandingkan produk yang menawarkan suku bunga floating. Terlebih lagi kondisi perekonomian global yang tidak bisa dipastikan seiring konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Bank syariah memiliki kesempatan untuk memperbesar pasar KPR maupun mengambil nasabah eksisting KPR bank konvensional.
“Bank syariah juga bisa lebih agresif dengan menyasar pasar dari segmen milenial yang besar. Tentu dibutuhkan perhitungan dan strategi khususnya untuk menciptakan produk pembiayaan yang dibutuhkan oleh kebutuhan maupun kemampuan dari penghasilan kalangan milenial,” bebernya.
Pengamat Ekonomi Syariah dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Irfan Syauqi Beik menambahkan, untuk mendorong dan meningkatkan penetrasi pasar perbankan syariah, perlu terus ditingkatkan kolaborasi dengan pemerintah terkait program pengadaan perumahan.
“Selain itu perbankan syariah juga perlu terus meningkatkan skema pembiayan bagi calon nasabah dan bekerja sama dengan kalangan pengembang untuk mengeluarkan promo bersama yang lebih menarik. Dengan begitu harga jual rumah bisa dijaga pada level terjangkau oleh kelompok sasaran pembiayaan,” pungkasnya.
Bangun rumah tidak harus selalu mahal. Siasati trik bangun rumah dengan anggaran minim lewat video berikut ini.
Temukan lebih banyak pilihan rumah terlengkap di Daftar Properti dan Panduan Referensi seputar properti dari Rumah.com
Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah