Cerita Rumah Adel: Pengajuan KPR Ditolak 10 Kali, Beli Rumah Orangtua Jadi Solusi

Wahyu Ardiyanto
Cerita Rumah Adel: Pengajuan KPR Ditolak 10 Kali, Beli Rumah Orangtua Jadi Solusi
Kompak main game konsol dan baca komik di rumah sampai berjam-jam merupakan kegiatan yang kerap dilakukan pasangan Ardelia Vendrawulan yang biasa dipanggil Adel dan Ali Fajri saat akhir pekan. Kebetulan memiliki hobi yang sama membuat pasangan ini awet pacaran sampai 12 tahun sebelum akhirnya menikah pada April 2019.
Persiapan pernikahan mereka harus dibarengi dengan pencarian rumah yang akan mereka tinggali setelah menikah. Mereka ditantang: Kalau belum mendapatkan rumah yang ditargetkan dalam tiga bulan, mereka tidak mendapatkan restu orangtua untuk menikah. Dan berkali-kali juga mereka sempat gagal saat pengajuan KPR ke bank.
Mau punya rumah di kawasan Cileungsi, Bogor, seperti rumah Adel yang udaranya masih sejuk dan segar? Temukan pilihan rumahnya dengan harga di bawah Rp600 jutaan di sini!
Namun siapa sangka mereka justru membeli rumah yang awalnya mereka hindari. Setelah menikah, pasangan ini menghuni sebuah rumah di Harvest City, Cileungsi, Bogor, yang semakin lama dirasa semakin nyaman. Bahkan mereka juga berharap rumah tersebut dapat ditinggali bersama anak-anak mereka sampai menua nanti.

Cerita Rumah Adel: Beli Rumah Agar Dapat Restu Orangtua untuk Menikah

Cerita Rumah Ardelia: Beli Rumah Agar Dapat Restu Orangtua untuk Menikah
Berpacaran sejak di bangku SMA, dan sempat menjalani Long Distance Relationship (LDR) selama dua tahun sewaktu Adel tinggal di Amerika Serikat, pasangan Adel dan Ali akhirnya memutuskan untuk menikah.
Ketika menyampaikan niat tersebut, orangtua Ali mensyaratkan mereka sudah punya tempat tinggal sebelum lamaran yang direncanakan pada November 2018. Diberi tenggat waktu sekitar tiga bulan, pasangan ini pun tak mau buang waktu, mereka pun segera mencari berbagai informasi rumah dijual.
Kebetulan saat itu, Adel yang telah menyelesaikan pendidikan penerbangan di Tiffin Aviation Services, Arizona, Amerika Serikat, masih belum mendapatkan pekerjaan. Sedangkan sang suami yang bekerja di perusahaan kontraktor harus bekerja setiap akhir pekan. Adel yang punya waktu lebih leluasa, ditugaskan mencari tempat tinggal.
“Harga menjadi pertimbangan utama kami. Pengajuan KPR hanya mengandalkan penghasilan suami karena saya belum bekerja. Kami kepikiran mencari apartemen, bukan di pusat kota Jakarta, tapi geser ke Bekasi yang harganya mungkin lebih murah,” kata Adel yang saat itu langsung mulai mencari apartemen.
“Setelah cek harga apartemen di daerah sana, kok tidak berbeda jauh dengan harga rumah di daerah pinggiran Jakarta. Kalau harga tidak berbeda jauh, sekalian ambil rumah saja daripada apartemen,papar Adel.
Dari apartemen, pencarian Adel beralih ke rumah yang juga berada di pinggiran Jakarta untuk mengejar harga yang lebih terjangkau, seperti Cakung, Jakarta Timur; Jatiasih, Bekasi; dan Tangerang Selatan. Lantaran dikejar tenggat waktu, Adel mencari informasi rumah yang dijual dengan mengandalkan situs pencarian rumah terpercaya.
“Dengan memanfaatkan situs pencarian rumah sangat memudahkan. Lebih hemat waktu dan biaya. Informasi lengkap mulai dari lokasi, harga, dan fasilitas penunjang bisa dicek secara online, Kalau ada yang cocok saya langsung survei. Suami tidak bisa menemani karena bekerja, jadi ia pasrah saja dengan pilihan saya hahaha,” gelak Adel.

Cerita Adel Berburu Rumah Minimalis, Smarthome, Hingga Rumah Seken Sesuai Plafon KPR

Cerita Adel Berburu Rumah Minimalis, Smarthome, Hingga Rumah Seken Sesuai Plafon KPR
Melihat rumah berkonsep modern minimalis yang marak di media sosial Instagram, Adel tergiur ingin membeli rumah ‘kekinian’. Ditemani sang ibu, ia survei ke sejumlah perumahan baru berkonsep klaster. Bahkan ada rumah berkonsep smarthome yang ia taksir.
“Ada rumah berkonsep smarthome yang saya suka banget. Ukuran rumahnya kecil tapi nyaman dan dilengkapi teknologi canggih. Benar-benar hunian untuk milenial,” ujar Adel mengenang saat itu.
Setelah mengecek persyaratan pengajuan KPR, ternyata 30% dari penghasilan Ali saat itu belum mencukupi plafon KPR bank. Sempat kecewa, namun Adel harus terus bergerak mencari opsi lain agar bisa memiliki tempat tinggal sebagai syarat bisa menikah.
Dari mencari rumah baru, Adel beralih ke rumah seken. Dengan harapan harganya lebih murah sehingga penghasilan pasangannya dapat memenuhi plafon KPR bank. Namun, mencari rumah seken diakui Adel jauh lebih menantang.
Dari informasi yang diperoleh melalui Rumah.com, apalagi jika berburu rumah seken, survei rumah jelas merupakan keharusan buat Adel. Karena banyak kasus rumah seken yang ditawarkan dengan harga lebih murah yang kadang berada di lingkungan yang kurang nyaman. Misalnya rawan banjir atau rentan kriminalitas, akses jalan yang rusak, atau kondisi bangunan yang tidak layak.
Tidak tanggung-tanggung, pencarian Adel sampai ke Karawang, Jawa Barat. “Sebagai kawasan industri, Karawang diproyeksi makin berkembang ke depan. Nilai investasi properti di sana dipastikan terus mengalami kenaikan. Setelah dipertimbangkan lagi, kami mundur karena jaraknya terlalu jauh ke tempat kerja,” jelas Adel.

Cerita Rumah Adel: Beli Rumah Orangtua Jadi Solusi Ketika Pengajuan KPR Ditolak 10 Kali

Cerita Rumah Adel: Beli Rumah Orangtua Jadi Solusi Ketika Pengajuan KPR Ditolak 10 Kali
Pengajuan KPR yang ditolak sampai 10 kali membuat Adel sempat patah semangat. Karena bersamaan, ia harus mengurus persiapan acara lamaran dan pernikahan yang semakin dekat. Adel mengakui proses mencari rumah dan persiapan pernikahan secara bersamaan sempat menguji kesabarannya.
“Rasanya stres banget. Calon suami waktu itu kerja hari Selasa-Minggu, nggak bisa menemani. Semua saya yang urus dibantu Mama. Dari cari rumah sampai vendor untuk kebutuhan lamaran dan nikahan. Tapi suami sangat kooperatif dan beri saya kepercayaan penuh. Dia ikut dengan keputusan yang saya ambil. Jadi lebih mudah buat saya menjalaninya,” kenang Adel.
Saat sedang galau karena 10 kali KPR ditolak, sementara tenggat waktu semakin dekat, Adel terpikir untuk membeli rumah orangtuanya. Rumah tersebut sedang proses dijual, tetapi belum laku. Rumah seluas 100/136 m2 yang berada di Harvest City, Cileungsi, Bogor, merupakan rumah akhir pekan bagi keluarga Adel.
“Entah kenapa, ayah saya suka beli rumah, tapi tidak ditempati atau dikontrak. Jadi dibiarkan kosong. Karena lingkungan di Harvest City masih sepi dan udaranya masih segar, kami sering menginap di rumah ini saat akhir pekan, seperti vila,” cerita Adel.
Ia melanjutkan, “Jarak dari rumah utama orangtua di Bekasi ke Harvest City, Cileungsi, juga tidak terlalu jauh. Walaupun tidak ditinggali sehari-hari, tapi rumah ini terawat dengan baik karena sering dikunjungi.”
Sebenarnya orangtua Adel memang sempat menawarkan untuk ambil rumah tersebut, namun saat itu Adel menolak. Adel merasa lokasi rumah terlalu jauh. Jadi dulu sewaktu rumah utama orangtua Adel direnovasi, mereka sekeluarga pernah tinggal sementara di rumah ini. Saat itu Adel masih kuliah di Universitas Paramadina dan memilih kos daripada pulang pergi setiap hari.
Dan karena terbentur persyaratan KPR, Adel akhirnya mulai mempertimbangkan ulang penawaran orangtuanya. Sebelum ambil keputusan untuk membeli rumah tersebut, ia mengecek kembali perkembangan perumahan tersebut dan wilayah Cileungsi.

Cerita Adel Mempertimbangkan Potensi Kawasan Sebelum Memutuskan Membeli Rumah Orangtua

Cerita Adel Mempertimbangkan Potensi Kawasan Sebelum Memutuskan Membeli Rumah Orangtua
Hasil pengamatannya, pembangunan dan perkembangan kawasan Cileungsi, Bogor, terbilang pesat. Fasilitas penunjang di sekitar perumahan pun semakin lengkap, mulai dari sekolah, minimarket, apotek, rumah sakit, sampai pusat perbelanjaan. Dan nilai plusnya, kawasannya sejuk dan asri.
Pembangunan ruas jalan tol CimanggisCibitung yang terintegrasi dengan tol Jagorawi sehingga memudahkan akses dari Cileungsi ke pusat kota Jakarta dan kota satelit lainnya, semakin memantapkan keputusan mereka untuk membeli rumah tersebut.
Dengan dibuka jalan tol tersebut membuat perumahan Harvest City semakin ramai dihuni. Berdampak pula pada nilai properti di daerah tersebut yang naik cukup signifikan.
Dan sewaktu mengutarakan keinginan membeli rumah milik orangtua Adel, mereka memang berharap bisa membayar secara kredit tanpa perlu mengajukan KPR ke bank. Beruntung, permintaan tersebut langsung disetujui orangtua Adel.
Keuntungan lain yang mereka peroleh dengan membeli rumah orangtua Adel adalah tidak perlu membayar DP pembelian rumah. Dana DP rumah pun bisa dialokasikan untuk kebutuhan biaya penikahan. Solusi tersebut membuat Adel lebih lega karena persyaratan untuk bisa menikah sudah terpenuhi. Selanjutnya, ia bisa fokus ke persiapan lamaran dan pernikahannya.
“Meskipun membeli rumah dari orangtua dan kami mendapatkan kemudahan pembayaran, tentu saja kami tidak mau mengecewakan kepercayaan yang sudah diberikan orangtua. Bukan berarti kami bisa menggampangkan pembayaran cicilan rumah,” tutur Adel.
Meskipun tidak ada perjanjian tertulis, dan tidak kena denda kalau telat bayar cicilan, tetapi Adel dan suami berkomitmen untuk membayar cicilan tepat waktu. Orangtua juga berharap begitu. Kebetulan ayah Adel sangat disiplin yang membuat adel pun harus disiplin membayar cicilan rumah.

Cerita Adel ‘Diusir dari Rumah Orangtua’, Isi Rumah dengan Furnitur Lungsuran

Cerita Adel 'Diusir dari Rumah Orangtua', Isi Rumah dengan Furnitur Lungsuran
Adel berencana untuk pindah ke rumah yang telah dibelinya setelah menikah. Namun, setelah kesepakatan jual-beli rumah, orangtua Adel justru menyarankan untuk segera pindah supaya bisa mempersiapkan rumah tersebut.
“Saya seperti diusir dari rumah orangtua, ha ha ha. Isi kamar saya semuanya dipindah ke rumah kami, dari tempat tidur, lemari, dan lainnya. Di rumah orangtua, kamar saya cuma ada kasur lipat dan baju ditaruh di koper,” kata Adel.
Lantaran perhatian teralih pada persiapan lamaran dan nikah, untuk urusan menata rumah, Adel menunda sampai pasca pernikahan. Pasalnya rumah tersebut masih dalam kondisi siap dihuni.
Secara berkala rumah tersebut rutin dibersihkan saat dikunjungi akhir pekan. Perbaikan seperti ganti cat rumah pun menurut Adel belum diperlukan karena masih dalam kondisi baik. Setelah dibeli dari pengembang, orangtuanya telah merenovasi rumah tersebut.

Tips Rumah.com

Saat punya rencana merenovasi rumah sadari bahwa hal tersebut mungkin membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Karena itu, sebelum melakukan renovasi sebaiknya selamatkan dulu sebagian tabungan (yang tidak boleh diganggu gugat untuk biaya renovasi). Jangan sampai langkah merenovasi rumah menghabiskan seluruh tabungan Anda sehingga menjadi boomerang untuk kondisi finansial Anda sendiri.

Luas bangunan rumah yang awalnya 63m2 telah diperluas menjadi 100m2 dengan tiga kamar, dua kamar mandi. Renovasi dilakukan untuk bagian lahan belakang yang dimanfaatkan untuk perluasan dapur, dan dibangun area jemur di lantai atas.
“Kami hanya perlu melengkapi beberapa barang, tapi masih bisa dilakukan sambil jalan setelah rumah ditempati, yang terpenting sudah ada tempat tidur, ha ha ha,” tawa Adel. Rumah yang awalnya berfungsi sebagai rumah akhir pekan tersebut akhirnya telah terisi furnitur dan barang seperti tempat tidur, lemari, sofa, televisi, dan perlengkapan dapur.
“Kami juga terima lungsuran barang dari orangtua dan saudara. Selama masih bagus dan bisa dipakai, kenapa tidak?!” ungkap Adel. Kemudian, pasangan ini mendapatkan kulkas lungsuran dari orangtua, dan mesin cuci sebagai hadiah pernikahan dari kerabatnya.

Cerita Rumah Adel: Anak Rumahan yang Hobi Main Game

Cerita Rumah Adel: Anak Rumahan yang Hobi Main Game
Usai menikah April 2019, mereka langsung menempati rumah tersebut. Tak ketinggalan, Adel mengangkut piano kesayangannya, sekitar 5 ribu komik dan Lego koleksinya ke rumah baru. Begitupula Ali membawa koleksi komik dan figur Gundam miliknya. Seluruh koleksi pasangan ini mendapatkan tempat khusus.
“Kebetulan kami sama-sama family person, anak rumahan. Kami ingin membuat rumah sebagai tempat tinggal yang nyaman buat anggota keluarga supaya betah berada di rumah. Karena kami hobi main game, kami prioritaskan membeli barang untuk menunjang hobi tersebut, seperti mengganti televisi menjadi lebih besar, bahkan mengganti sofa agar lebih nyaman saat ngegames hingga 12 jam!” papar Adel.
Adel ingin mendekorasi rumahnya seperti gaya rumah ‘kekinian’ yang banyak dilihatnya di media sosial. “Di Instagram saya sering lihat rumah dengan dekor yang bagus-bagus, jadi tertarik mencoba. Tapi setelah dicoba, hasilnya kok tidak sebagus yang saya lihat di Instagram ha ha ha. Mungkin saya tidak bakat dekor rumah,” selorohnya.
Temukan juga beragam tips, panduan, dan informasi mengenai pembelian rumah, KPR, pajak, hingga legalitas properti di Panduan Rumah.com.
Sependapat dengan sang ayah yang memilih properti rumah sebagai investasi, Adel menilai properti sebagai produk investasi yang menjanjikan. Dalam mengelola keuangan, Adel mengakui terinspirasi pula dari ayahnya.
“Tapi saya kurang tertarik membeli rumah yang banyak seperti ayah saya karena repot mengurusnya, apalagi kalau kosong tidak dikontrak. Saya tertarik dengan properti yang lebih produktif seperti kosan atau kontrakan,” jelas Adel.

Cerita Rumah Adel: Displin Mengelola Keuangan Demi Bayar Cicilan Rumah Tepat Waktu

Cerita Rumah Adel: Displin Mengelola Keuangan Demi Bayar Cicilan Rumah Tepat Waktu
Adel mengaku banyak belajar dari sang ayah yang disiplin, termasuk disiplin mengelola keuangan. Itu sebab setiap bulan penghasilan yang didapat langsung dialokasikan sesuai pos-pos pengeluaran, salah satunya untuk cicilan rumah. Dengan begitu ia bisa menghindari godaan memakai dananya untuk keperluan lain, apalagi ‘keperluan’ yang tidak penting.
Pengelolaan keuangan menurut Adel memang sangat penting, apalagi jika memang punya tujuan keuangan yang membutuhkan dana besar seperti misalnya membeli rumah. Pengelolaan keuangan yang tepat dan ketat memungkinkan tujuan besar seperti rencana membeli rumah jadi lebih mudah diwujudkan.
Terkait pengalamannya membeli rumah yang pengajuan KPR-nya sampai ditolak 10 kali, Adel menyarankan untuk tetap semangat. Ada banyak jalan untuk mencapai tujuan, misalnya dengan menabung untuk memperbesar DP atau uang muka sehingga tak ada masalah dengan plafon KPR.
Adel mengaku beruntung karena tujuan membeli rumahnya bisa tercapai karena membeli rumah orangtuanya yang pembayaran cicilannya juga mudah. Meski demikian Adel berkomitmen kuat untuk membayar cicilannya tepat waktu. Simak tips Adel selengkapnya berikut ini:

Tanya Rumah.com

Jelajahi Tanya Rumah.com, ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami

Tips Adel wujudkan rumah impian

  1. Untuk pasangan muda, membeli rumah harus diniatkan bersama pasangan sejak awal pernikahan. Sebaiknya ditentukan target waktu. Kalau tidak, pasti akan terus tertunda dan tidak menjadi prioritas, terutama dalam mengalokasikan dana.
  2. Perhatikan kemampuan finansial. Jangan memaksakan diri dengan plafon cicilan KPR yang melebihi kemampuan. Lebih baik sesuai kemampuan dulu. Kalau nanti penghasilan bertambah bisa mempercepat jangka waktu kredit.
  3. Walaupun kredit rumah dengan orangtua atau kerabat dekat, sebaiknya tetap dibuat perjanjian secara tertulis supaya untuk tidak mengabaikan komitmen bersama.
  4. Meskipun tanpa perjanjian tertulis dan tidak ada denda kalau telat bayar kredit rumah, namun harus disiplin membayar cicilan tepat waktu. Jangan sampai mengecewakan orang yang telah membantu untuk memberikan kredit.
  5. Disiplin mengelola keuangan untuk menyisihkan dana cicilan rumah. Kalau dari penghasilan tidak langsung disisihkan akan tergoda dipakai untuk kebutuhan lain. Apalagi bagi generasi milenial yang cenderung konsumtif. Sehingga berisiko dana tidak tersedia saat tenggat waktu pembayaran.
Adel masih menyimpan suatu impian tentang hunian idamannya, “Impian saya punya rumah berkonsep smarthome. Cukup rumah berukuran kecil, tapi dengan lahan yang luas, taman yang luas. Diutamakan lebih luas taman daripada rumahnya.”
Itulah cerita Adel yang pengajuan KPR-nya ditolak 10 kali saat berencana membeli rumah sebagai syarat untuk menikah dari orangtuanya. Masih ada banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah.

Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah.

Teks: Siti Rahmah, Foto: Tody Harianto.

Penyangkalan: Informasi yang disajikan hanya sebagai informasi umum. PropertyGuru Pte Ltd dan PT AllProperty Media atau Rumah.com tidak memberikan pernyataan ataupun jaminan terkait informasi tersebut, termasuk namun tidak terbatas pada pernyataan ataupun jaminan mengenai kesesuaian informasi untuk tujuan tertentu sejauh yang diizinkan oleh hukum yang berlaku. Meskipun kami telah berusaha melakukan yang terbaik untuk memastikan informasi yang kami sajikan di dalam artikel ini akurat, dapat diandalkan, dan lengkap pada saat ditulisnya, informasi yang disajikan di dalam artikel ini tidak dapat dijadikan acuan dalam membuat segala keputusan terkait keuangan, investasi, real esate, maupun hukum. Lebih jauh, informasi yang disajikan bukanlah sebagai pengganti saran dari para profesional yang terlatih, yang dapat mengambil keputusan sesuai dengan kondisi dan situasi Anda secara pribadi. Kami tidak bertanggung jawab terhadap hasil dari keputusan yang Anda buat dengan mengacu pada informasi yang tersaji dalam artikel ini.

Kalkulator KPR

Ketahui cicilan bulanan untuk hunian idaman Anda lewat Kalkulator KPR.

Kalkulator Keterjangkauan

Ketahui kemampuan mencicil Anda berdasarkan kondisi keuangan Anda saat ini.

Kalkulator Refinancing

Ketahui berapa yang bisa Anda hemat dengan melakukan refinancing untuk cicilan rumah Anda saat ini