Cerita Rumah Angga: Trauma Mobil Terendam Banjir Jadi Punya Rumah Mungil

Wahyu Ardiyanto
Cerita Rumah Angga: Trauma Mobil Terendam Banjir Jadi Punya Rumah Mungil
Setelah bertahun-tahun rumahnya sering kebanjiran, Angga Rahman akhirnya memutuskan untuk pindah dari rumah yang telah ia dan ibunya tinggali selama bertahun-tahun. Berbekal tekad yang kuat, ia pun memulai perjalanannya mencari hunian idaman, hunian yang bebas banjir, yang akan ditempatinya bersama sang ibu.
Mungkin jika momen banjir pada awal tahun 2020 lalu tidak membuatnya terhenyak, saat ini Angga masih tinggal di rumah kontrakan yang rutin kebanjiran bersama sang ibu tercinta yang semakin menua.
Mau punya rumah di kawasan Ciputat? Meskipun masuk wilayah Tangerang Selatan tapi nempel Jakarta, sangat dekat! Temukan pilihan rumahnya dengan harga mulai dari Rp500 jutaan di sini!
Berbagai kendala pun sempat mewarnai perjalanan cerita rumah pria yang berprofesi sebagai Beauty Marketer ini. Mulai dari proses pencarian rumah, persoalan biaya, hingga kesiapan sang ibu jika harus pindah ke rumah baru yang mungkin tidak sesuai di hatinya.
Namun Angga terus berusaha, meski perjuangan menemukan rumah idaman layaknya menemukan jodoh yang diharapkan. Tidak semudah yang diperkirakan. Namun jika memang sudah takdirnya, sudah waktunya, maka semuanya pasti akan mudah didapat.

Cerita Rumah Angga: Dapat Harta Warisan Tinggal di Rumah Kontrakan

Cerita Rumah Angga: Dapat Harta Warisan Tinggal di Rumah Kontrakan
Sebelum memiliki rumah mungilnya ini, Angga tinggal di rumah yang lokasinya sama sejak ia dilahirkan. Musibah membuat Angga harus kehilangan ayahnya ketika ia masih di kandungan. Karena itu, Angga tinggal bersama ibu dan kakaknya di rumah sang nenek di Pondok Jaya, Mampang Prapatan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, hingga neneknya tutup usia.
Sepeninggal sang nenek, rumah itu pun dijual dan uangnya dibagikan sebagai harta waris kepada ibu dan saudara-saudaranya. “Tapi uangnya tidak cukup untuk membeli rumah baru,” ujar Angga. Karena sang ibu saat itu masih menjabat sebagai ketua RT, mereka memutuskan untuk mengontrak rumah yang lokasinya tak jauh dari rumah nenek.
Karena tinggal di lokasi yang sama semenjak lahir, Angga jadi sudah terbiasa dengan kondisi lingkungan tempat tinggalnya. Termasuk soal banjir yang sudah jadi langganan di kawasan tempat tinggalnya. Bahkan ia mengaku pernah berenang di air banjir ketika masih kecil.
Sebenarnya Angga merasa tidak ada urgensi untuk memiliki rumah sendiri. Toh, rumah kontrakan bagi Angga sudah cukup sebagai tempat tinggal, apalagi status Angga masih single. Meski belakangan Angga menyadari kekeliruannya. Penghasilannya habis hanya untuk membeli barang-barang bermerek, sedangkan ia belum punya rumah dan butuh tempat tinggal yang nyaman.
Soal tempat tinggal yang nyaman memang mengganjal hatinya. “Saya mulai merasa tidak nyaman. Kalau turun hujan lebat saya jadi tidak bisa tidur karena trauma mobil pernah terendam banjir,” ujarnya. Dan momen Angga merasa harus pindah dari rumah kontrakannya, mulai bertekad untuk punya rumah sendiri di kawasan bebas banjir, terjadi pada 1 Januari 2020 lalu.
Saat itu hampir sebagian besar wilayah di Jabodetabek kebanjiran. Dilansir dari Kompas.com, berdasarkan catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) curah hujan ekstrem yang mencapai hingga 377 milimeter (mm) sejak 31 Desember 2019 sore yang jadi penyebabnya.

Cerita Rumah Angga: Rumah Kebanjiran, Langsung Berburu Hunian

Cerita Rumah Angga: Rumah Kebanjiran, Langsung Berburu Hunian
Angka tersebut merupakan curah hujan tertinggi yang menerpa wilayah Jabodetabek. Angga yang baru kembali dari luar kota untuk liburan akhir tahun langsung menerabas banjir dari bandara untuk pulang ke rumahnya.
Yang ia temui membuat hatinya luluh lantak. “Semua surat rusak. Ibu saya enggak mungkin angkat barang-barang. Saya mulai berpikir, saya enggak bisa hidup seperti ini lagi. We need to move from this house!
Angga sempat berpikir, apakah mesti pindah ke apartemen? Namun ia tidak mau egois. Ia harus mempertimbangkan sang ibu yang tinggal bersamanya. Ibu Angga, seperti kebanyakan orang segenerasinya, punya konsepsi tersendiri soal rumah, yaitu harus menapak ke tanah. Dan apartemen menjadi pilihan terakhir dalam memilih jenis rumah yang ingin ditinggali.
Tanpa mengulur waktu lagi, di bulan Februari 2020 Angga langsung berburu hunian, memulai pencarian rumahnya. “Saya berpikir saya akan sering bepergian (waktu itu pandemi COVID-19 belum melanda dunia), jadi lokasi rumahnya mesti dekat dengan rumah saudara, apakah itu kakak saya atau saudara ibu,” ujarnya. Dengan begitu, jika ia harus pergi ke luar kota, Angga bisa meminta sanak saudaranya untuk mengecek keadaan sang ibu.
Dalam pencariannya ini, Angga menginginkan rumah baru, bukan rumah seken, yang mungkin akan membutuhkan banyak biaya untuk renovasi. Namun satu hal yang menjadi ganjalannya adalah perihal uang muka atau DP rumahnya.

Cerita Rumah Angga: Cari Rumah Terganjal DP, Apartemen jadi Back Up Plan

Cerita Rumah Angga: Cari Rumah Terganjal DP, Apartemen jadi Back Up Plan
“Berdasarkan pengalaman saya mencari rumah, DP (down payment) rumah harus 30 persen. Berarti jika rumah harganya Rp2 miliar, maka DP-nya sekitar Rp300 jutaan hingga Rp400 jutaan,” ia bercerita. Tapi ia tak putus harapan. Angga mengerucutkan pencarian rumah berdasarkan lokasi.
Dari mulai mencari rumah di Condet, yang dekat rumah sang kakak, hingga ke Pasar Minggu, Moh. Kahfi, dan Bintaro yang dekat rumah saudara-saudara sang ibu. Saat itu Angga juga sempat memberi tanda jadi atau booking fee untuk sebuah rumah di kawasan Pasar Minggu. Namun tidak dilanjutkan karena satu dan lain hal.
“Pencarian rumah untuk pembeli pemula memang benar-benar harus cari pengembang yang bisa dipercaya, karena banyak yang janji-janji di awal tapi ternyata tidak bagus,” ujarnya. Yang menarik, dua tahun sebelum membeli rumah, Angga telah mengunduh semua aplikasi listing properti di jual, dan salah satunya aplikasi Rumah.com.
Angga juga menyiapkan back up plan andaikata belum juga menemukan rumah yang sesuai dengan kriterianya. Rencananya, Angga akan membeli apartemen tanpa menginfokan ke sang ibu. Jadi jika terjadi banjir lagi, mereka bisa mengungsi ke apartemen tersebut.
Jadi hampir setiap akhir pekan ia habiskan waktu untuk menemukan rumah dan juga apartemen yang jadi back up plan. Dengan mengandalkan aplikasi Rumah.com Angga merasa sangat terbantu sekali untuk mengerucutkan pilihan, sekaligus mengetahui kisaran harga properti tersebut.

Cerita Rumah Angga: Ukuran Rumah Mungil, Uang Muka DP Rumah juga Mungil

Cerita Rumah Angga: Ukuran Rumah Mungil, Uang Muka DP Rumah juga Mungil
Dari semua rumah yang ia lihat selama proses pencarian, baik secara daring dan langsung datang ke lokasi, hanya V Townhouse, di Ciputat, Tangerang Selatan yang terasa sreg di hatinya. Ukuran rumah ini memang kecil, luas tanahnya 60 m2 dan luas bangunannya 94 m2.
Perampingan yang sangat drastis dari rumah Angga sebelumnya yang berukuran sekitar 200 m2. Namun karena rumahnya mungil, uang mukanya pun ikut mungil. Dan yang terpenting, setelah cross check sana-sini, area perumahannya memang dikenal bebas banjir. Itu hal yang paling penting karena Angga sudah kapok kebanjiran.
Dengan uang muka atau DP rumah yang sebesar Rp50 juta, Angga langsung menyambar kesempatan itu. Menurut info yang didapatkannya, perumahan ini memang banyak memberi keringanan karena menyasar kaum millenial dan first jobbers.
Ia juga tambah yakin karena telah melihat proyek pengembang ini sebelumnya. “Bangunannya memakai struktur baja dan bata merah. Dan karena bentuknya split level, perputaran udaranya bagus,” ceritanya.
Angga pun langsung mengajukan KPR ke bank. Ia mencoba ke dua bank, BCA dan Mandiri. Awalnya ia sempat was-was apakah kreditnya akan disetujui mengingat usianya saat itu 41 tahun. Dan benar saja, pengajuan kredit yang pertama ke BCA ditolak. Namun Mandiri menyetujui. “Prosesnya lancar banget, Mandiri approve untuk KPR 14 tahun,” ujarnya.

Cerita Rumah Angga: Rumah Kecil Hasil Keringat Sendiri

Cerita Rumah Angga: Rumah Kecil Hasil Keringat Sendiri
Ketika kepastian sudah didapat, barulah Angga memberi tahu berita ini kepada sang ibunda. “Ia tidak setuju, katanya rumahnya terlalu kecil,” kata Angga. Namun Angga memberi pengertian bahwa rumah inilah yang mampu ia beli saat ini.
“Karena saya enggak punya banyak uang. Saya bukan orang yang punya warisan. Semua benar-benar dari hasil keringat sendiri,” ujar Angga. Ia juga meminta bantuan sanak saudaranya untuk memberi pengertian kepada sang ibu, bahwa tujuannya membeli rumah ini agar ia berdua ibunya bisa hidup nyaman, tanpa kekhawatiran rumah yang kebanjiran lagi.
“Lucunya, sampai sekarang, kalau hujan lebat, ibu langsung tanya, kamu di mana?” Namun Angga tak menutup kemungkinan jika nanti ada rezeki ia bisa saja pindah ke rumah yang lebih luas dari rumahnya di V Townhouse ini.
“Saya percaya kalau rumah ini memang pemberian Allah, akan dilancarkan jalannya,” ujarnya mantap. Proses mendapatkan rumah ini juga terbilang singkat. Angga memulai pencarian rumahnya pada Februari 2020, bulan April Angga berhasil menemukan rumah yang sesuai keinginannya, lalu pada akhir Mei sudah akad kredit.
Namun karena saat itu sedang diberlakukan pembatasan sosial berskala besar, serah terima baru dilaksanakan pada bulan Agustus 2020. Berkah bagi Angga, karena bisa menempati rumah barunya di kala pandemi COVID-19, di mana setiap orang diharuskan melakukan aktivitas dari rumah saja.

Tips dari Cerita Rumah Angga: Kiat Cari Rumah yang Tepat dalam Waktu Singkat

Tips dari Cerita Rumah Angga: Kiat Cari Rumah yang Tepat dalam Waktu Singkat
  • Cek developer, kalau bisa lihat proyek-proyek mereka sebelumnya dan tingkat penjualannya.
  • Cek bank, cek promo. Jangan langsung tergiur karena bunga yang rendah, perhatikan juga berapa lama jangka waktu bunga rendahnya. Jangan sampai bunga rendahnya sesaat, kemudian bunganya melesat.
  • Pilih lokasi sesuai dengan area mobilisasi, tipe kepribadian, dan keamanan. Angga memilih rumah ini karena dekat dengan pintu tol sehingga aksesnya mudah.
  • Pastikan juga keamanan daerah sekitar. Salah satu yang membuat Angga nyaman dengan rumahnya karena pintu gerbang perumahannya tertutup, orang tidak bisa sembarang lalu-lalang.
  • Sesuaikan rumah dengan kemampuan. Kalau tidak bisa membayar uang muka walau spesifikasi rumahnya menggiurkan, lebih baik lewatkan saja. Jangan memaksakan yang di luar kemampuan.
  • Pikirkan rumah sebagai investasi, aset. Lupakan dulu barang-barang yang sifatnya konsumtif seperti tas branded atau mobil mewah.
Temukan juga beragam tips, panduan, dan informasi mengenai pembelian rumah, KPR, pajak, hingga legalitas properti di Panduan Rumah.com

Cerita Rumah Angga: Rumah Viral Meski Tanpa Bantuan Jasa Desainer Interior

Cerita Rumah Angga: Rumah Viral Meski Tanpa Bantuan Jasa Desainer Interior
Setelah berhasil memiliki rumah, Angga bertekad untuk membuat rumahnya senyaman mungkin. Angga merencanakan penampilan rumahnya dengan palet warna dan penempatan furnitur tanpa menggunakan bantuan jasa desainer interior. “Semua beli di market place dan affordable,” ujarnya.
Rumah ini memiliki dua kamar tidur, untuk Angga dan untuk ibunya. Ada satu kamar lagi juga di lantai bawah untuk asisten rumah tangga, namun karena tidak digunakan direnovasi menjadi dapur. Dapur dan lemari di lantai atas di rumahnya saja yang menggunakan jasa desain interior karena membutuhkan ilmu khusus.
Proses mengisi barang-barang di rumah ini memakan waktu sekitar empat bulan karena keterbatasan dana. Solusinya, Angga memanfaatkan koleksi barang bermerek yang ia punya. Sebagian isi rumah dibeli dari hasil menjual koleksi tas miliknya. Biaya yang ia keluarkan untuk mendekor rumahnya kurang lebih habis sekitar Rp 150 juta.
“Alhamdulillah rezeki lancar sampai akhirnya pindah ke rumah ini pada Januari 2021. I’m happy with the result,” ujar Angga. Proses mendekor rumahnya juga ia dokumentasikan di akun Instagramnya @anggarahman yang memiliki jumlah pengikut lebih dari 16k.
Di akun Instagramnya, Angga selalu bercerita proses mendekorasi rumahnya dengan detail sehingga yang membacanya pun jadi merasa ‘dekat’ dengan Angga dan rumah barunya ini. "Saya bahkan tak pernah mengira jika rumah ini di-regram banyak orang sampai ke Thailand. IGTV yang saya bikin juga jadi viral. Banyak yang ingin datang dan melihat,” tambah Angga.
Angga memang memilih untuk tidak membawa furnitur dari rumah lama karena ukurannya sangat tidak cocok untuk rumahnya yang mungil. Lagipula sebagian dari furnitur tersebut sudah tidak bisa diselamatkan lagi karena kembali terkena banjir di awal tahun ini. Ia hanya membawa piring, gelas, sebagian baju dan sepatu, sisanya dibagikan ke sanak saudara.

Cerita Rumah Angga: Rumah Mungil yang Nyaman, Mendatangkan Kebahagiaan

Cerita Rumah Angga: Rumah Mungil yang Nyaman, Mendatangkan Kebahagiaan
Ruang favorit Angga di rumahnya yang mungil tersebut adalah kamar tidurnya. Di tempat itulah ia bisa beristirahat, melepas lelah setelah bekerja setiap harinya. Sementara area makan adalah tempat ia dan sang ibu biasa mengobrol. Ini juga jadi spot bagi tamu saat berkunjung karena merupakan ruang pertama yang akan ditemui ketika membuka pintu rumahnya.
Namun saat ini Angga sangat membatasi kedatangan tamu ke rumahnya di masa pandemi ini. Ini menjadi concern-nya karena ada lansia, sang ibunda. Angga memang terus berusaha membuat rumahnya terasa nyaman, membuat sang ibu senyaman mungkin dengan letak kamarnya yang di lantai atas.
Dan semenjak pandemi COVID-19 melanda, Angga mengaku menjadi lebih realistis dan terus bersyukur ia dan keluarga diberi kesehatan dan rezeki yang cukup. Namun Angga masih menyimpan harap jika suatu hari nanti ia bisa membeli rumah yang lebih luas dengan kamar di lantai bawah untuk sang ibunda.

Tanya Rumah.com

Jelajahi Tanya Rumah.com, ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami

Namun untuk saat ini, karena tinggal berdua saja dengan sang ibunda, rumah ini sudah cukup untuknya. Karena untuk apa rumah besar tapi tidak bisa mengaturnya, begitu pendapatnya. Angga pun terbiasa membersihkan rumah sendiri tanpa bantuan ART sejak dulu.
“Rumah besar itu bisa bikin jadi hoarder karena bisa ngumpulin barang banyak,” ujarnya. Karena itu rumah mungilnya yang apik nan sederhana ini dirasa sudah cukup mendatangkan kebahagiaan untuknya.
Itulah cerita perjuangan Angga untuk punya rumah yang nyaman buat dihuni bersama sang ibunda. Trauma mobil terendam banjir membuatnya jadi punya rumah mungil di kawasan bebas banjir. Masih banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah.

Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah

Teks: Nofi Firman, Foto: Tody Harianto

Penyangkalan: Informasi yang disajikan hanya sebagai informasi umum. PropertyGuru Pte Ltd dan PT AllProperty Media atau Rumah.com tidak memberikan pernyataan ataupun jaminan terkait informasi tersebut, termasuk namun tidak terbatas pada pernyataan ataupun jaminan mengenai kesesuaian informasi untuk tujuan tertentu sejauh yang diizinkan oleh hukum yang berlaku. Meskipun kami telah berusaha melakukan yang terbaik untuk memastikan informasi yang kami sajikan di dalam artikel ini akurat, dapat diandalkan, dan lengkap pada saat ditulisnya, informasi yang disajikan di dalam artikel ini tidak dapat dijadikan acuan dalam membuat segala keputusan terkait keuangan, investasi, real esate, maupun hukum. Lebih jauh, informasi yang disajikan bukanlah sebagai pengganti saran dari para profesional yang terlatih, yang dapat mengambil keputusan sesuai dengan kondisi dan situasi Anda secara pribadi. Kami tidak bertanggung jawab terhadap hasil dari keputusan yang Anda buat dengan mengacu pada informasi yang tersaji dalam artikel ini.

Kalkulator KPR

Ketahui cicilan bulanan untuk hunian idaman Anda lewat Kalkulator KPR.

Kalkulator Keterjangkauan

Ketahui kemampuan mencicil Anda berdasarkan kondisi keuangan Anda saat ini.

Kalkulator Refinancing

Ketahui berapa yang bisa Anda hemat dengan melakukan refinancing untuk cicilan rumah Anda saat ini