Cerita Rumah Arif dan Ria: Ajak Nikah, Dapat Rumah dengan Cicilan Tanpa Bunga

Wahyu Ardiyanto
Cerita Rumah Arif dan Ria: Ajak Nikah, Dapat Rumah dengan Cicilan Tanpa Bunga
Begitulah arti rumah bagi Muhamad Arif Rohman, pria periang yang bekerja di salah satu rumah sakit di Kota Bogor. Ayah dari seorang bocah lucu bernama Onadio, dan suami dari Ria Puspita Wardhani.
Sementara bagi Ria, sang istri, rumah adalah tempat berkumpulnya keluarga. “Karena rumah kami dekat dari rumah kakak dan orang tua saya. Apalagi dengan adanya Onad yang lagi banyak tingkahnya, semua jadi suka pada main dan ngumpul di sini deh,” jelas Ria.
Mencari rumah memang gampang-gampang susah, terkadang diperlukan faktor keberuntungan dalam prosesnya. Setelah berkeliling berbulan-bulan mencari rumah yang cocok, secara tidak disangka Arif malah mendapatkan rumah yang hanya 5 menit jalan kaki dari rumah orang tua Ria.
Sebuah rumah yang pada saat itu memiliki luas tanah 72 m2, berada di kecamatan Sukmajaya, Depok, Jawa Barat. Saat ini luas tanah rumah Arif juga telah bertambah. Bagaimana prosesnya hingga tanah rumah Arif menjadi seluas 128 m2, pasangan yang penuh kelakar ini berbagi ceritanya.
Mau punya rumah di area Sukmajaya, Depok, seperti rumah Arif dan Ria yang didukung keberadaan stasiun kereta sehingga mudah ke mana-mana? Temukan pilihan rumahnya dengan harga di bawah Rp700 juta di sini!

Cerita Rumah Arif dan Ria: Ajak Nikah dan Rencana Membeli Rumah

Cerita Rumah Arif dan Ria: Ajak Nikah dan Rencana Membeli Rumah
Walau sudah kenal lama, yaitu saat mengambil jurusan lanjutan untuk profesi apoteker di Universitas Pancasila, Jakarta, tetapi Arif dan Ria sama sekali tidak berpacaran. Selulusnya Arif di tahun 2013, ia langsung pulang kembali ke kota asalnya, Pontianak.
Namun dua tahun berlalu, Ria dihubungi Arif, yang tiba-tiba mengajaknya berhubungan serius, mengajak Ria menikah. Dan di akhir tahun 2015 pun Arif kembali ke ibukota, langsung mencari kerja dan menemui Ria.
“Saya meninggalkan Pontianak dan langsung mencari kost di Bogor, dan dapat pekerjaan di RS Omni Pulomas, Jakarta Timur. Dari Pontianak yang lengang, langsung bertemu dengan situasi yang mengharuskan saya tiap hari menempuh jarak panjang. Wah, stres rasanya,” ujar Arif.
Tiga bulan kemudian Arif mencari pekerjaan baru, dan diterima bekerja di RSIA Bunda Suryatni, Bogor. Saat itu rencana pernikahan sudah ditetapkan akan berlangsung pada bulan Oktober 2016.
“Jadi kita itu punya rencana, ingin punya rumah sebelum menikah, agar setelah menikah kita tidak perlu menumpang di rumah orang tua Ria,” jelas Arif lagi menjelaskan alasannya ingin membeli rumah.
Pencarian rumah pun mulai dilakukan pada bulan Juli 2016, kurang lebih hanya 3 bulan sebelum hari pernikahan Arif. Skema dan rencana beli rumah pun telah Arif dan Ria sepakati bersama, yaitu menggunakan skema pembayaran KPR. Jadi sambil pacaran, mereka berkeliling mencari rumah yang cocok, sesuai kriteria.
“Bahkan dalam perjalanan pulang pergi ke kantor, setiap ada perumahan baru yang menarik, saya langsung stop buat cari tahu,” ujar Arif. Dan karena kapok dengan perjalanan panjang BogorPulomas saat bekerja di tempat kerja sebelumnya, Arif ingin mencari rumah yang searah dengan lokasi kerjanya.

Cerita Rumah Arif dan Ria: Cari Rumah di Bogor, Tetangga Malah Jual Rumah Murah

Cerita Rumah Arif dan Ria: Cari Rumah di Bogor, Tetangga Malah Jual Rumah Murah
Ria sendiri saat itu bekerja di sebuah perusahaan distributor produk kesehatan di Bogor, sementara rumahnya di Depok. Jadi ada tiga area pencarian rumah yang Arif sasar, Cibinong, Pondok Rajeg, dan Pakansari yang ketiganya masih masuk wilayah Bogor. Tiga area yang masih dekat dan searah jika mereka pergi bekerja.
“Dulu kenapa ya saya nggak kepikiran nyari lewat internet, agak nyesel sih apalagi saya kan dari Pontianak dan belum terlalu tahu banyak tentang area BogorDepok,” sesal Arif setelah mengetahui bahwa ada listing properti di jual di Rumah.com di mana banyak filter pencarian yang dapat memudahkannya berburu rumah impian.
Semua perumahan yang disurvei, sengaja dicari yang unitnya sudah jadi, karena pernikahan sudah dekat. Setelah mendatangi sekitar 4 perumahan, Arif merasa cocok dengan sebuah perumahan berkonsep modern yang berada di area Cibinong, Jawa Barat.
“Berdasarkan perhitungan kemampuan kita berdua untuk skema pembayaran KPR, bujet kita maksimal di Rp700 juta. Nah, waktu survei ke perumahan Metro Residence di Cibinong sudah cocok banget tuh. Dia one gate system, jadi aman rasanya kalau anak nanti main di depan rumah. Jarang ada motor seliweran,” jelas Arif.
Perumahan berkonsep klaster tersebut luas tanahnya mungil, yaitu 45 m2 satu lantai tetapi sudah full wi-fi. Memiliki fasilitas kolam renang, hall, juga taman. Karena sedang promo harganya jadi Rp700juta, sesuai dengan bujet KPR Arif.
“Perumahan di area itu memang agak tinggi harganya, karena dinilai prospektif, dekat dengan kawasan yang rencananya mau dibangun sirkuit Moto GP. Kita udah pilih unit, dan sudah menentukan kapan mau bayar booking fee,” kata Arif.
Namun tak disangka-sangka ada kabar dari papanya Ria, kalau tetangganya mau jual rumah dengan harga murah tetapi harus cash. Berapa harganya? Hanya Rp250 juta dengan luas tanah 72 m2. “Wah, setelah dengar ada rumah dijual Rp250 juta, nggak jadi miskin nih ha ha ha, nggak jadi KPR 15 tahun! kelakar Arif yang pada saat itu langsung merasa surprise.
Rumah yang hanya berjarak 5 menit jalan kaki ini pemiliknya adalah tetangga papanya Ria. Karena sang pemilik sedang proses bercerai, rumah tersebut dijadikan harta gono gini. Agar mudah pembagiannya maka rumah tersebut dijual supaya jadi uang tunai. Masalahnya, harus dibayar cash ini yang jadi kendala buat Arif dan Ria.

Cerita Rumah Arief dan Ria: Cicil Rumah Tanpa Bunga ke Mertua

Cerita Rumah Arief dan Ria: Cicil Rumah Tanpa Bunga ke Mertua
“Lagi mikir gimana bayarnya, ternyata papanya Ria gercep. Tiba-tiba saja beliau bilang rumahnya sudah dibeli, mumpung ditawarin murah. Mungkin tahu kalau calon mantunya ini nggak kaya kaya amat ha ha ha,” gelak Arif. Saat itu merupakan H-1 di mana Arif sudah janji dengan pengembang perumahan yang ia incar untuk membayar booking fee.
Arif pun lega, karena nyaris beli rumah yang luasnya hanya 45 m2, tapi harganya hampir tiga kali lipat dari rumah yang sudah dibeli papanya Ria ini. Padahal waktu itu Arif sudah nekat dengan skema cicilan Rp5,5 juta setiap bulannya, dengan pembayaran DP sekitar Rp40 juta.
“Waktu itu kan situasinya lagi persiapan nikah, seluruh persiapan nikah biayanya dari keluarga saya. Makanya niat saya itu beli rumah pakai sistem KPR. Cuma ketika ada rumah dijual murah yang sudah dibayar sama papanya Ria, saya nggak mau lepas tangan juga dong,” ujar Arif.
Arif melanjutkan, “Saya memegang prinsip harus anak yang kasih uang ke orangtua, bukan orangtua yang kasih ke anaknya. Jadi saya langsung bilang ke papanya Ria, kalau saya siap mencicil rumah tersebut selama 8 tahun.”
Berhubung pembayarannya tunai, proses transaksi jual beli rumahnya pun bisa selesai cepat, Sang camer menyelesaikan segala urusan pembelian rumah tersebut sendiri. Dan karena kasihan melihat Arif yang nge-kost di Bogor, ia pun diizinkan untuk menempati rumah itu duluan sebelum menikah.
“Karena nggak jadi bayar DP rumah, saya jadi bisa bantu sekalian renovasi rumah itu. Saya merasa sangat beruntung dapat solusi cepat dari rencana untuk punya rumah sebelum menikah. Apalagi cicilan per bulan ke papa juga tanpa bunga,” ujar Arif.
Arif pun melakukan renovasi dengan mengubah beberapa fungsi dari rumah tersebut. Ruang tamu dijadikan kamar utama, dan garasi menjadi ruang tamu. Lima bulan setelah menikah, Arif baru mengurus proses balik nama sertifikat rumahnya.
“Kami dibantu staf kantor notaris untuk proses balik nama. Kami hanya menyiapkan semua dokumen persyaratan saja seperti identitas pembeli dan penjual (KTP dan KK), surat kuasa otentik untuk permohonan balik nama, Akta Jual Beli rumah dari PPAT, sertifikat tanah asli, bukti pelunasan PPh, dan bukti lunas pembayaran bea perolehan hak tanah dan bangunan,” papar Arif.

Cerita Rumah Arif dan Ria: Beli Tanah Tetangga di Sebelah Rumah yang Butuh Biaya

Cerita Rumah Arif dan Ria: Beli Tanah Tetangga di Sebelah Rumah yang Butuh Biaya
Saat ini rumah Arif dan Ria luas tanahnya sudah bertambah. Dari 72 m2 sekarang menjadi 128 m2. Apa pasal? Ternyata tetangga di sebelah rumah menjual sebagian halamannya karena sedang membutuhkan bantuan untuk membuat sertifikat hak milik.
“Jadi dua tahun setelah kita menikah, kebon kecil di samping rumah dijual. Itu tahun 2018. Uniknya, kenapa tanah itu dijual karena pemiliknya mau buat sertifikat tanah tapi nggak ada uangnya, dan kebetulan ditawarkan ke kita,” jelas Arif.
“Nah, saya sempat baca sebuah artikel Panduan Properti di Rumah.com, kalau proses balik nama ternyata memang lebih baik disegerakan. Karena SHM merupakan bukti keabsahan properti tersebut milik kita dan jangka waktunya juga tidak terbatas,” ujar Arif yang status kepemilikan rumahnya dibuatkan atas nama Ria.
Kemudian Arif juga jadi paham bahwa SHM ini dapat diwariskan dari generasi ke generasi karena hak penggunaannya berlaku seumur hidup, tidak seperti Hak Guna Bangunan atau Usaha yang maksimal hanya 60 tahun. Tak hanya itu, SHM merupakan aset, selain dapat dijual juga dapat dijadikan jaminan bank, digadaikan, bahkan diwakafkan.
“Akhirnya tetangga kita minta tolong untuk dibayarin urusan pembuatan sertifikat tanah dia, setelah dipecah sebagian karena sebagian tanah dijual ke kita. Jadi semua kita yang urus untuk pembuatan dua sertifikat,” ujar Arif.
Total biaya yang dikeluarkan Arif untuk pembuatan dua SHM tersebut sekitar Rp30 juta, dan ia juga masih harus menambahkan uang tunai Rp15 juta sebagai sisa pembayaran tanah tetangga tersebut. “Good deal. Sekarang tanah kita jadi 128 m2,” tambah Arif lagi.
Meskipun tambahan tanah ini dibeli tahun 2018, namun baru pada tahun 2020 lalu Arif bisa memanfaatkannya secara optimal. Tanah tersebut hanya diurug saja agar rata dan ditaburi garam agar terhindar dari munculnya ular.
“Awalnya mau dijadikan studio foto, tapi nggak jadi karena si Onad lagi aktif-aktifnya. Khawatir juga nanti alat-alat foto kesenggol dia ha ha ha. Jadinya setelah direnovasi tahun lalu, dijadikan sebagai ruang makan, tempat jemur baju, dan parkiran motor,” papar Arif yang memiliki hobi fotografi dan bisa menghasilkan uang tambahan dari hobinya ini.

Cerita Rumah Arif dan Ria: Ruangan Praktis dan Fungsional Seperti Rumah Nobita

Cerita Rumah Arif dan Ria: Ruangan Praktis dan Fungsional Seperti Rumah Nobita
Ketika ditanya apakah rumahnya saat ini sudah seperti rumah yang mereka impikan, Arif dan Ria sepakat menjawab belum. “Belum lega ya, kita belum bisa leluasa mengatur dekorasi karena masih ada anak kecil. Apalagi anak laki mainannya gede-gede, mobil aki, motor aki haduuh,” keluh Arif.
Ria pun mengiyakan, “Saya sih sukanya simpel aja, tapi dari dulu inginnya punya rumah tingkat. Di bawah plong buat main anak, kamar-kamar di atas. Kalau ada rejeki memang kita punya rencana mau ningkatin.”
Sebetulnya Arif dan Ria ingin bisa membuat rumah ini jadi seperti yang mereka idamkan, tetapi yang menjadi kendala, karena rumah ini dibeli sudah berbentuk rumah siap pakai, tidak sembarang bisa direnovasi besar.
“Rumah ini tuh nempel tetangga banget, satu dinding. Nggak tahu deh kalau tetangga tiba-tiba renovasi rumahnya terus kita ‘panas’ jadi ikutan nge-renov juga ha ha ha. Kalau satu dinding kan susah untuk ditingkatin, harus mengulang pondasi dan cakar ayamnya. Mungkin strateginya nanti kita ningkatinnya diatur supaya tidak kena tembok tetangga,” ujar Arif.
Temukan juga beragam tips, panduan, dan informasi mengenai pembelian rumah, KPR, pajak, hingga legalitas properti di Panduan Rumah.com
Arif sendiri memiliki imajinasi masa kecil yang kuat akan nyamannya sebuah rumah impian. Ia sangat ingin punya rumah seperti di film Doraemon, yaitu rumah Nobita! Di mana pembagian ruang-ruangnya praktis dan dirasa Arif sangat fungsional.
“Di Pontianak, rumah keluarga saya hampir seperti itu. Simpel dan nggak cape bersihinnya. Kalau rumah Nobita itu masuk ketemu ruang sedikit dan langsung menuju ruang keluarga, tempat Nobita terima tamu di ruang TV. Lalu rumahnya kan nggak ada sekat, pintu digeser eh langsung halaman,” cerita Arif.
Dan bagi Arif, ruang tamu di zaman sekarang ini sudah tidak begitu penting lagi. Selain jarang menerima tamu, kalau keluarga yang datang pastinya akan langsung berkumpul di ruang keluarga. Seperti Nobita, yang main bersama teman-temannya di ruang TV.

Cerita Rumah Arif dan Ria: Menabung Penting, Tapi Jangan Lupa Bahagia

Cerita Rumah Arif dan Ria: Menabung Penting, Tapi Jangan Lupa Bahagia
Kini Arif dan Ria sedang menabung untuk benar-benar dapat mewujudkan rumah yang jadi impian mereka sepenuhnya. Mereka juga bersyukur, mendapatkan solusi beli rumah yang mudah dari orangtua dengan cicilan yang tanpa bunga.
Saat ini, untuk ukuran rumah dengan luas tanah 72 m2 di area rumah Arif di Sukmajaya, Depok, sudah mencapai angka Rp800 jutaan. Ini karena kawasannya sudah didukung fasilitas lengkap, dekat tempat wisata Studio Alam, RS HGA, supermarket TipTop, Mal Pesona Square, dan banyak sekolah-sekolah yang bagus.
“Nyamannya tinggal di sini? Cicilannya murah! ha ha ha, jadi kayak beli rumah dapat istri ya, eh apa kebalik, ambil istri dapet rumah?” kelakarnya. Jarak ke tempat kerja Arif pun hanya sekitar 40 menit dengan motor, atau jika mau lebih cepat naik mobil melalui jalan tol.
Arif menambahkan, “Kita memang punya wish ke depannya, solusinya ya satu, menabung. Tapi ngejar nabungnya nggak ngoyo banget, tetap ingat menabung tapi juga senang-senang. Jadi kita nggak susah-susah banget, tapi juga nggak hedon-hedon banget juga. Beli rumah atau renovasi memang harus diniatkan, tapi jangan sampai lupa untuk bahagia.”
Kebahagiaan Arif kini lebih lengkap. Ibu Arif kini juga telah tinggal bersamanya di Depok. Pada bulan Februari lalu arif berduka, sang ayah meninggal dunia karena kanker yang telah diidapnya selama dua tahun belakangan.
Sebagai anak tunggal, Arif pun meminta sang ibu untuk pindah bersamanya. “Ibu langsung mau waktu saya minta untuk tinggal bersama kami di sini. Saya bilang, nggak mau lagi kejadian seperti papa, entah tiba-tiba saya duluan atau ibu duluan yang meninggal, pengennya kita bisa saling lihat,” ujarnya.
Akhirnya rumah di Pontianak dijual, dan ibu Arif pindah ke Depok tepat sebelum masa PPKM dimulai. Sang ibu yang gemar jalan-jalan jadi tidak bisa kemana-mana, tetapi selalu senang memasak, yang membuat Arif jadi bisa menyisihkan uang jajannya untuk ditabung.
Itulah cerita pengalaman Arif dan Ria. Berawal dari niat punya rumah sebelum menikah, tanpa diduga dapat rumah dengan cicilan tanpa bunga. Masih banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah.

Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah

Teks: Erin Metasari, Foto: M. Arif Rohman

Penyangkalan: Informasi yang disajikan hanya sebagai informasi umum. PropertyGuru Pte Ltd dan PT AllProperty Media atau Rumah.com tidak memberikan pernyataan ataupun jaminan terkait informasi tersebut, termasuk namun tidak terbatas pada pernyataan ataupun jaminan mengenai kesesuaian informasi untuk tujuan tertentu sejauh yang diizinkan oleh hukum yang berlaku. Meskipun kami telah berusaha melakukan yang terbaik untuk memastikan informasi yang kami sajikan di dalam artikel ini akurat, dapat diandalkan, dan lengkap pada saat ditulisnya, informasi yang disajikan di dalam artikel ini tidak dapat dijadikan acuan dalam membuat segala keputusan terkait keuangan, investasi, real esate, maupun hukum. Lebih jauh, informasi yang disajikan bukanlah sebagai pengganti saran dari para profesional yang terlatih, yang dapat mengambil keputusan sesuai dengan kondisi dan situasi Anda secara pribadi. Kami tidak bertanggung jawab terhadap hasil dari keputusan yang Anda buat dengan mengacu pada informasi yang tersaji dalam artikel ini.

Kalkulator KPR

Ketahui cicilan bulanan untuk hunian idaman Anda lewat Kalkulator KPR.

Kalkulator Keterjangkauan

Ketahui kemampuan mencicil Anda berdasarkan kondisi keuangan Anda saat ini.

Kalkulator Refinancing

Ketahui berapa yang bisa Anda hemat dengan melakukan refinancing untuk cicilan rumah Anda saat ini