Bagi sebagian keluarga, rumah adalah tempat pulang. Muara dari segala aktivitas dimana keluarga tersayang sudah menunggu di rumah. Sebuah rumah, besar atau kecil, tentunya menjadi tempat berlindung yang paling aman dan nyaman bagi pemiliknya.
Jauh sebelum berkeluarga, kebutuhan akan sebuah rumah tinggal memang telah ada dalam bayangan Avid Riangga. Dengan kesabaran serta perjalanan cukup panjang, akhirnya sebuah rumah impian berhasil diwujudkan.
Tak hanya sebagai tempat untuk pulang. Bagi Avid, setelah rumah impian terwujud dan kokoh berdiri, di istana mungilnya inilah kemudian ia dan sang istri, Putri Oktaviani, mengembangkan usahanya dari rumah. Melepaskan pekerjaan lamanya sebagai karyawan di bidang telekomunikasi.
Cerita Rumah Avid Diawali Beli Tanah Dulu
Bermula sekitar tahun 2014, kala itu Avid masih lajang namun niatan untuk merajut masa depan telah dipikirkannya dengan matang. Berbekal niat yang tulus keinginan memiliki rumah sendiri menjadi obsesi sekaligus cita-citanya. Cita-cita mulia tentang hunian yang nyaman untuk keluarganya nanti.
Kala itu Avid juga punya landasan dan alasan kuat mengapa harus bisa membeli rumah. Selain rumah adalah kebutuhan utama, baginya rumah adalah investasi jangka panjang. Karena harga rumah setiap tahunnya terus meningkat dan semakin mahal.
“Saya sebenarnya inginnya ya membeli rumah, tapi setelah dipikir-pikir dan dananya juga belum cukup, jadi diputuskan membeli tanah dulu saja,” jelas Avid. Menurutnya, dengan dana yang ada saat itu yang cuma cukup untuk membeli tanah saja sudah membuatnya lega. Nantinya rumah bisa dibangun sesuai dengan keinginan sendiri, pikir Avid.
Saat itu Avid cukup kesulitan mencari tanah yang kelak di atasnya akan dibangun sebuah rumah miliknya. Ini karena Avid ingin memenuhi keinginan orang tuanya, mendapatkan tanah yang tidak jauh dari rumah orang tuanya. Setelah mencari-cari akhirnya Avid berhasil menemukan yang sesuai keinginannya, ia mendapatkan kavling tanah di Griya Inayah, Ciracas, Jakarta Timur.
Avid membeli kavling tersebut kontan. Tanah seluas 92 m2 yang tertera di surat, namun ketika dilakukan pengukuran saat mulai dibangun, ternyata luasnya adalah 96 m2. Saat itu harga tanah tahun 2014 di kawasan tersebut sekitar Rp2,5 juta per meter persegi. Namun dengan tambahan biaya pengurusan surat, totalnya jadi Rp2,75 juta per meter persegi.
Cerita Sengketa Tanah Hingga Terpaksa Menunda Membangun Rumah
Pada tahun 2016, Avid kemudian menikahi Putri, seorang desainer grafis berparas manis yang cukup mandiri sebagai seorang perempuan. Avid sendiri saat itu punya cita-cita, jika sudah berkeluarga dan tabungan mencukupi, maka rumah harus segera dibangun, berdiri di atas tanah yang sudah dibelinya.
Di atas kavling tanah yang telah dimiliki, Avid membayangkan suatu hari nanti akan berdiri sebuah rumah yang nyaman, rumah yang selama ini ia impikan. Bahkan kebebasan membangun rumah sesuai bentuk atau desain yang diinginkannya sudah terbayang di kepala.
Namun terkadang rencana tak semulus kenyataan yang ada. Saat keinginan untuk mulai membangun rumah ingin dilaksanakan, ternyata ada masalah yang terjadi di perumahan tempat ia membeli tanah. Tepatnya, itu terjadi sejak awal tahun 2016.
Pembangunan di perumahan Griya Inayah tersebut, termasuk di dalamnya ada kavling tanah Avid, ditentang oleh organisasi masyarakat (ormas) lokal di daerah tersebut. Sehingga otomatis jadi menghambat proses pengurusan dokumen legal dari pengembang perumahan tersebut.
“Jadi ada ormas yang mengaku memiliki hak atas tanah di perumahan tersebut. Padahal waktu awal saya beli kavling di sana, sudah dibangun empat unit rumah contoh,” jelas Avid.
Avid dan Putri tidak berani nekat membangun rumah di tengah kekisruhan sengketa tanah tersebut. Mereka sadar harus menahan keinginannya sementara waktu untuk membangun rumah mereka hingga permasalahan itu selesai.
Cerita Sertifikat Tanah Rumah Avid dan Momen Bahagia
Beruntung orang tua Avid memiliki rumah kontrakan tidak jauh dari area tersebut, sehingga Avid dan Putri untuk sementara waktu bisa mengontrak dan mendapat harga yang cukup terjangkau. Kesempatan ini dimanfaatkan Avid dan Putri untuk menambah pundi-pundi tabungan untuk modal membangun rumah mereka.
Tanpa ada kejelasan kapan permasalahan sengketa tanah usai, Avid terus memantau informasi kasus ini dan terus bertanya mengenai kemajuan tahap pembuatan dokumen legal ke notaris pengembang tersebut. Akhirnya setelah hampir satu tahun, pada akhir 2016 permasalahan tanah tersebut pun terselesaikan.
Pada saat itu Avid tidak mendengar informasinya langsung dari notaris yang mengurus dokumen tanah, melainkan dari tetangga. Kebetulan banyak teman orang tua Avid yang mengajar di sekolah yang berada tak jauh dari perumahan Griya Inayah. Avid mengetahui masalah telah selesai justru dari mereka.
Sertifikat Hak Milik (SHM) atas masing-masing kavling tanah dan rumah yang ada di Griya Inayah pun akhirnya selesai dipecah-pecah. Setelah memegang dokumen yang sah, yaitu sertifikat tanah atas namanya, Avid pun merasa lega.
“Jujur waktu mau membangun rumah saya memang masih sempat ragu, masih ada masalah lanjutannya atau tidak, walaupun saat masalah belum selesai ada yang nekat bangun rumah. Dan kami memang tidak langsung membangun karena di tahun 2017 cukup banyak momen yang membutuhkan biaya besar,” papar Avid.
Tahun 2017 memang banyak momen yang butuh biaya besar, namun momen itu adalah momen yang menggembirakan bagi kehidupan Avid dan Putri sebagai sebuah keluarga. Di tahun itu Avid dan sang istri melakukan ibadah umroh yang sebulan kemudian mendapat kejutan, sang istri yang dicintainya hamil, mengandung anak pertamanya.
Seorang putri cantik, Falisha Shakila Riangga, akhirnya lahir pada bulan Desember 2017. Menjadi tahun yang cukup padat dan bermakna bagi perjalanan kehidupan pasangan Avid dan Putri.
Cerita Avid Bangun Rumah dari Dana Kredit Multiguna
Akhirnya memasuki tahun 2018 niat untuk membangun rumah baru bisa direalisasikan. Di perumahan tersebut, tidak ada ketentuan harus membangun rumah dalam bentuk yang sama, namun dibebaskan sesuai keinginan pemilik kavling.
“Proses membangun rumah ini dilakukan mandiri. Kebetulan tetangga di kontrakan lama ada yang seorang pemborong. Berhubung susah mencari orang untuk membangun, jadi diborongkan saja sama dia,” cerita Avid.
Proses desain bentuk rumah dan menentukan tata letak setiap ruangan didiskusikan bersama, antara Avid dengan sang istri dan juga pemborong. Kami menaruh perhatian pada ruang tidur utama serta dapur. Bagi Putri yang punya hobi memasak tentunya butuh dapur yang cukup lapang agar leluasa berkreasi.
“Informasi tentang harga rumah dan bangunan, juga inspirasi desain rumah banyak kami dapat dari
Rumah.com,” jelas Avid. Baginya, proses merancang ini jadi cukup mengasyikkan karena mereka bisa berkreasi seusai bujet.
Tanya Rumah.com
Jelajahi Tanya Rumah.com, ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami
Sambil merancang dan mempersiapkan rencana pembangunan, Avid yang pada tahun tersebut bekerja sekaligus mulai intens mengembangkan usaha di bidang percetakan bersama sang istri tentunya membutuhkan area ruang untuk tempat usaha. Rencana pun berkembang tak hanya sekadar rumah tempat bernaung saja, namun harus menyisihkan ruang sebagai tempat usaha.
Berbekal niatan ini, akhirnya Avid mengajukan proses peminjaman dana Kredit Usaha Rakyat (KUR). Dana pinjaman yang sifatnya multiguna ini kemudian dipergunakan murni untuk membangun rumah. Tentunya termasuk sebidang ruang yang akan digunakan sebagai tempat usaha.
Tepatnya pada bulan Agustus 2018, pembangunan rumah pun dimulai. Dari awal Avid telah melakukan perjanjian dengan pemborong mengenai berapa lama waktu kerja yang dibutuhkan hingga rumah berdiri. Tidak membutuhkan waktu lama, dalam empat bulan, sesuai kesepakatan awal, rumah satu lantai dengan luas bangunan 72 m2 akhirnya selesai dibangun.
“Rasanya tentu saja lega. Di perumahan ini kami termasuk yang paling akhir membangun rumah. Puasnya lagi, di kawasan ini harga rumah dengan luas tanah seperti milik kami sekarang sudah mencapai Rp800 juta-an, sementara kami membangun rumah habisnya kurang lebih Rp250 juta saja,” jelas Avid dengan rasa bangga.
Cerita Bahagia Bisa Bekerja dari Rumah dan Jualan di Tokopedia
Kini Avid tidak lagi menjadi karyawan di perusahaan telekomunikasi. Bersama Putri, sang istri, mereka mendirikan usaha sendiri dengan bendera Mayakana Project. Satu orang karyawan kini mereka pekerjakan untuk membantu operasionalnya.
“Saya jadi beralih ke bidang percetakan karena istri saya. Putri dari awal memang sudah membuat souvenir, mendesain, dan menerima pesanan. Kini kami lebih serius mengembangkan Mayakana. Saya menangani bidang produksi, stok barang, hingga pengiriman,” papar Avid.
Selain menerima order souvenir seperti tas belanja blacu, bridesmaid & attire card, kantung serut dari bahan blacu dan kanvas, produk lain seperti masker, tas belanja berdesain unik, serta tas belanja lipat dapat dibeli melalui Tokopedia.
Bagi Avid kini, bekerja dari rumah memberinya lebih banyak kebahagiaan. Apalagi anak semata wayangnya kini masih berusia 2 tahun 8 bulan. Avid dan Putri bisa berada langsung di dekat sang buah hati, serta bersama-sama memperhatikan tumbuh kembangnya secara langsung.
Tips Rumah.com
Sebelum membeli kavling tanah sebaiknya pastikan terlebih dahulu jika tanahnya bebas dari sengketa. Dan beli tanah kavling dari pengembang karena relatif lebih terjamin dan lebih jelas untuk mengantisipasi timbulnya masalah di kemudian hari.
Ketika ditanya apakah rumah saat ini sudah memenuhi impiannya, dengan yakin Avid mengatakan ini belum selesai. Nantinya Avid berencana membuat rumah tingkat yang akan digunakannya sebagai kamar tidur anak serta tempat bermain.
“Dari awal memang kami sudah merencanakan hal ini, sehingga pondasinya sudah direncanakan untuk rumah dua lantai. Karena lantai bawah hanya ada satu kamar dan area untuk usaha,” jelas Avid. Saat ini yang menjadi ruang favorit dan tempat dimana keluarga berkumpul dan bercengkerama adalah ruang kamar tidur utama.
Avid merasakan banyak manfaat dan keuntungan saat ini. Permintaan dari orang tua yang menginginkan agar Avid membeli tanah tak jauh dari rumah orang tua memudahkan Avid dan keluarga untuk rutin mengunjungi mereka. Apalagi jaraknya pun hanya berbeda wilayah RW saja.
Avid merasa bersyukur sudah sejak dahulu ia mulai ‘mencicil’ rumah, yaitu dengan membeli tanahnya terlebih dahulu. Yang harus lebih diperhatikan menurut Avid, sebelum memutuskan untuk membeli kavling tanah sebaiknya pastikan terlebih dahulu jika tanah tersebut bebas dari sengketa.
Selain itu, membeli tanah kavling dari pengembang relatif lebih terjamin karena ada pertanggungjawaban yang lebih jelas dan sah jika misalnya timbul suatu permasalahan di kemudian hari.
Itulah cerita perjuangan Avid untuk punya rumah sendiri yang tersandung sengketa tanah hingga terpaksa menunda pembangunan rumahnya. Masih ada banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah.
Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah
Teks: Erin Metasari, Foto: Hadi Barong