Jalan mewujudkan rumah impian memang kerap tak bisa diduga. Ada yang jalannya mulus, ada pula yang malah harus menempuh jalan berliku. Pasangan Herlin Setiawaty dan Fauzan Fitriansyah memulainya dari sebagai penghuni rumah kontrakan, hingga membeli rumah yang lokasinya kurang berkenan dihati.
Dihitung-hitung, butuh waktu 12 tahun bagi pasangan ini untuk mewujudkan rumah impian mereka. Itupun bisa dibilang tanpa perencanaan. Tak diduga, perjuangan Herlin dan suami dalam menyisihkan penghasilan untuk dana pendidikan anak, ternyata malah dapat dimanfaatkan untuk membeli rumah sebagai tempat tinggal dan investasi di hari tua.
Mau punya rumah di area Cibubur, Jakarta Timur, seperti rumah Herlin yang perkembangan infrastruktur kawasannya tengah berkembang pesat dan akses ke pusat Jakarta juga cepat? Temukan pilihan rumahnya dengan harga mulai dari Rp300 jutaan di sini!
Rumah seluas 172m2 yang memadukan gaya klasik dan minimalis di perumahan Cibubur Indah 3, Jakarta Timur dipilih sebagai tempat tinggal bagi Herlin dan keluarganya. Dari pengalamannya, Herlin mengambil pelajaran penting, bahwa memiliki rumah impian bisa dimulai dari langkah kecil, namun harus konsisten.
Cerita Rumah Herlin: Beli Rumah Pertama Cari Harga Murah
Diawal pernikahannya dulu, Herlin dan suami sempat mengontrak rumah selama setahun. Kemudian pada tahun 2006 mereka membeli rumah pertamanya di Metland Cileungsi, Bogor. Rumah tipe 36 seharga Rp45 juta tersebut mereka cicil selama 10 tahun. Sesuai kemampuan finansial mereka saat itu, plafon KPR dipilih yang ringan, Rp500 ribu per bulan.
Dengan lahirnya kedua anak mereka saat itu, Reza dan Habibie, Herlin dan sang suami merasa mulai membutuhkan rumah yang lebih luas. Seiring meningkatnya penghasilan, pasangan ini termotivasi menyisihkan dana untuk kebutuhan tersebut. Kebetulan, di tahun kelima tinggal di Metland Cileungsi, rumah di sebelahnya dijual.
Tanpa pikir panjang lagi, mereka mengambil kesempatan untuk membeli rumah tersebut dengan mengandalkan uang tabungan. Singkat cerita, rumah kedua tersebut akhirnya mereka beli cash. Setelah rumah tersebut terbeli, mereka melakukan renovasi untuk menggabungkannya dengan rumah pertama, secara bertahap.
Meski rumah sudah diperluas, namun ternyata mereka belum benar-benar nyaman tinggal di rumah tersebut. Lebih tepatnya lebih ke lingkungan perumahan dan kawasan sekitar Cileungsi yang semakin ramai. Lalu lintas semakin padat, bahkan macet menjadi pemandangan sehari-hari.
Pasangan ini mengaku merasa salah pilih lokasi rumah. “Dulu kami beli rumah di Cileungsi karena memang mengejar harga rumah yang masih murah. Saat itu jalanan belum macet. Lokasi jauh nggak apa-apa deh, asal punya rumah sendiri daripada kontrak lama-lama,” kenang Herlin.
Cileungsi yang kini semakin ramai sebagai kawasan tempat tinggal dan usaha memang membuat nilai properti di wilayah ini meningkat pesat. Bagi Herlin jika tujuannya sebagai aset investasi properti, memang tepat. Namun jika menginginkan sebagai tempat tinggal yang tenang, seperti harapan Herlin dan keluarga, baginya kurang tepat.
Nah, agar tak menyesal seperti yang dialami Herlin, sebelum membeli rumah pastikan mengecek proyeksi lokasi dan lingkungan sekitarnya. Untuk meyakinkan, tak ada salahnya juga jika survei langsung ke lokasi kawasan incaran. Tapi di masa pandemi seperti saat ini, Anda tetap bisa survei sambil rebahan di rumah, kok. Cari tahu caranya di sini!
Cerita Rumah Herlin: Tabungan Pendidikan Tak Terpakai, Jadi jalan Keluar
Herlin masih mengingat bagaimana dulu setiap kali suaminya berangkat dan pulang kerja harus melawan macet berjam-jam. Itu sebab mereka mulai mempertimbangkan mencari rumah baru di daerah bebas macet. Namun mereka harus kompromi dengan kondisi dulu. Mereka belum berani bergerak mencari rumah baru, menunggu tabungan cukup.
Sementara itu, kondisi ibunda dan mertua Herlin yang telah menua dan sakit-sakitan membutuhkan perhatian lebih. Keduanya sama-sama tinggal di kawasan sekitaran Cibubur. Herlin yang seringkali harus bolak-balik berkunjung ke sana pun mulai terpikir untuk mencari rumah di sekitar kawasan ini.
“Kalau kondisi jalan lancar, waktu tempuh dari rumah kami ke rumah ibu dan mertua sebenarnya tidak lama. Tapi karena sering macet, jadi butuh waktu lebih lama. Kami tidak bisa tenang, khawatir orangtua mendadak sakit,” ungkap Herlin.
Dari kondisi macet yang membuat mereka tidak nyaman, ditambah kondisi orangtua dan mertua yang menua dan sakit-sakitan, tiba-tiba mereka kepikiran untuk memanfaatkan dana tabungan pendidikan anak yang tidak terpakai. Jadi saat di pertengahan tahun 2018 lalu, Reza si sulung mengurungkan rencananya untuk sekolah penerbangan.
“Sekolah pilot butuh biaya besar. Jadi sudah sejak lama kami siapkan tabungan untuk mendukung biaya sekolah yang dicita-citakan anak. Ternyata rencana berubah, Reza sempat memutuskan ambil kuliah di Universitas Telkom Bandung, tapi lalu pindah ke Universitas Padjajaran Bandung yang biayanya jauh lebih terjangkau. Jadi tabungan pendidikan itu hampir tidak tersentuh,” ujar Herlin.
Tabungan pendidikan anak yang akhirnya tak terpakai itu rencananya akan digunakan untuk membeli rumah lagi. Bukan sebagai investasi, berdasarkan situasi dan kondisi yang mereka alami, pembelian rumah ketiga ini rencananya memang untuk ditempati, pindah dari rumah lama, cari rumah yang lokasinya dekat rumah orangtua dan mertua.
Melalui informasi yang didapatnya dari hasil pencarian melalui internet di laman Panduan Properti Rumah.com tentang panduan beli beli rumah kedua, meski faktanya ini merupakan pembelian rumah yang ketiga, maka Herlin pun semakin mantap dengan langkahnya.
Cerita Rumah Herlin: Sayang Bayar Uang Kost Anak, Pilih Beli Rumah
“Saya merasa syarat yang menjadi pertimbangan penting dalam mencari rumah berikutnya telah kami penuhi,” ujarnya. Apa saja yang menjadi pertimbangan Herlin saat akan membeli rumah lagi? Di antaranya seperti:
- Tidak memiliki hutang tambahan
- Punya dana darurat yang cukup
- Memiliki penghasilan stabil dan tetap.
Saat si sulung Reza mulai kuliah di Bandung, Herlin pun terpikir alangkah sayang jika harus mengeluarkan uang untuk membayar kost setiap bulannya. Ia terpikir membeli rumah di Bandung untuk ditempati Reza. Mereka juga jadi tak perlu repot mencari penginapan kalau menengok Reza. Dan soal rencana membeli rumah di Cibubur yang dekat rumah orangtua dan mertua, sementara ditangguhkannya.
“Saya muter di sekitar kampusnya, mencarikan rumah di klaster kecil supaya dia bisa urus rumahnya sendiri. Karena beli cash, proses pembelian rumahnya pun cepat, sekitar satu bulan. Untuk soal legalitasnya, sambil berjalan,” jelas Herlin. Dana pembelian rumah di Bandung ini menggunakan tabungan pendidikan Reza yang tak terpakai.
Selang tiga bulan setelah beli rumah di Bandung, masih di tahun yang sama, yaitu 2018, ibunda Herlin mengabarkan ada rumah yang dijual di perumahan tempat tinggalnya. “Dekat rumah ibu, hanya beda blok saja. Ibu bilang, kondisi rumahnya sudah rusak, tidak layak huni. Tapi kalau ada uang dibeli saja, renovasinya kapan-kapan,” jelas Herlin.
Jadi si pemilik rumah butuh uang cepat sehingga rumah ukuran 162m2 dijual seharga Rp1,6 miliar. Penelusuran Herlin dan suami, harga pasaran dengan spesifikasi rumah yang serupa, saat itu berkisar Rp1,9 miliar hingga Rp2,1 miliar. Pertimbangan kedekatan rumah tersebut dengan rumah sang ibunda, dan tentu juga harga, membuat Herlin dan suami menuruti saran sang ibu untuk membeli rumah tersebut.
Dengan pengalaman membeli rumah pertama di lokasi yang perkembangan kawasannya tidak diharapkan, Herlin jadi tak ragu untuk membeli rumah di Perumahan Cibubur Indah 3, Cibubur tersebut lantaran telah mengenal lingkungannya sejak kecil memang tinggal di sana bersama orangtuanya.
Cerita Rumah Herlin: Beli Rumah Cash Bertahap, Bebas Biaya Pajak 0%
Namun, sisa dana tabungan pendidikan anak yang sebelumnya sudah terpakai untuk beli rumah di Bandung buat tidak mencukupi untuk membeli rumah tersebut secara cash. Akhirnya Herlin terpaksa harus menggunakan pundi tabungan lainnya yang peruntukannya bukan untuk membeli rumah.
“Saat itu si penjual rumah minta dibayar cash bertahap, dan kami sepakat. Setelah membayar DP Rp500 juta dan mendapat surat tanda terima sebagai pengikat, si penjual kami bolehkan tinggal sementara di rumah yang sudah kami beli tersebut sampai ia dapat rumah baru. Dua bulan kemudian dia pindah, kami pun bayar lunas rumahnya dan langsung mengurus akta jual beli di notaris, sekaligus membuat sertifikat rumah dan balik nama,” tutur Herlin.
Kebetulan, saat itu sedang ada program bebas pajak 0% untuk pembelian rumah pertama bagi pemegang KTP DKI Jakarta. Dan Reza anak sulung Herlin yang pas berusia 17 tahun dan baru punya KTP dengan alamat domisili rumah baru yang masuk di area Jakarta Timur ini, tentu saja masuk kriteria program tersebut.
“Rumah ini pun akhirnya atas nama Reza. Dengan begitu jadi bisa bebas biaya pajak sampai Rp70 juta. Bisa dibilang, dari dana pendidikan dia, kami alokasikan buat rumah atas nama dia juga,” jelas Herlin lega.
Setelah punya pengalaman dari pembelian rumah pertama di Metland Cileungsi, Bogor, pada pembelian rumah di Cibubur ini pertimbangan Herlin benar-benar matang, selain ditopang persiapan finansial yang lebih baik. Informasi yang didapatnya dari laman Panduan Properti di Rumah.com dirasanya sangat membantu langkahnya dalam pembelian rumahnya kali ini.
Berikut adalah segala hal yang dipersiapkan dan menjadi fokus Herlin dalam pembelian rumahnya yang di Cibubur, seperti:
- Memastikan kondisi keuangan harus sehat, tak punya beban utang apapun. Memastikan tujuan keuangan utama seperti dana pendidikan anak, dana darurat, dan dana kebutuhan bulanan tetap tercukupi sehingga tidak mengganggu cashflow keuangan keluarga.
- Jika sebelumnya rumah pertamanya jauh dari pusat kota, untuk rumah kedua ia mengusahakan agar lebih dekat dan aksesnya juga lebih mudah. Lokasinya juga harus lebih prospektif dan memiliki tingkat kenaikan harga tanah yang progresif.
- Intinya, rumah yang dibeli harus lebih unggul dari rumah pertama. Lingkungannya lebih nyaman dan punya banyak fasilitas umum penunjang.
Cerita Rumah Herlin: Selektif Pilih Kontraktor Agar Tak Tertipu, Renovasi Tepat Waktu
Seperti yang diketahui sejak sebelum dibeli, kondisi rumah di Cibubur memang tidak bisa langsung dihuni, butuh renovasi. Tapi lantaran tabungan terkuras untuk membeli rumah di Bandung dan Cibubur dalam waktu berdekatan, Herlin dan suami sepakat untuk menunda renovasinya sampai dana tabungan kembali terkumpul.
Niat Herlin untuk segera pindah ke Cibubur pun tertunda, dan sementara tetap harus menempati rumahnya yang di Cileungsi. Singkat cerita, sedikit demi sedikit, tabungan untuk renovasi pun mulai terkumpul. Renovasi akhirnya dilakukan pada Agustus 2019. Herlin diberi kepercayaan penuh oleh suaminya untuk mengurus renovasi tersebut.
Berdasarkan pengalamannya yang pernah dibohongi oleh kontraktor ketika renovasi rumahnya di Cileungsi, Herlin jadi sangat selektif memilih menentukan kontraktor yang akan dipakai. “Dulu empat kali kami dipermainkan kontraktor yang tidak amanah ketika diberi kepercayaan untuk belanja material,” jelasnya.
Dan dari beberapa kandidat kontraktor terpercaya yang direkomendasikan saudara dan kerabat, Herlin memilih kontraktor yang tawarkan harga lebih murah dari pasaran dengan sistem pembayaran termin. Pada pengerjaannya, bangunan asli rumah di Cibubur harus diruntuhkan dan dibangun ulang karena sudah tidak layak huni.
Biayanya tentu jadi sangat besar, namun dengan sistem pembayaran bertahap, Herlin jadi sangat terbantu. Mengacu pada gambar rumah yang dibuat sendiri oleh Herlin berikut spesifikasi material yang digunakan untuk bangunan rumahnya, pemborong menentukan estimasi waktu pengerjaan dan biaya renovasinya.
Diperkirakan pengerjaan renovasi rumah Herlin akan selesai selama 8 bulan dengan biaya Rp1 miliar. "Buat antisipasi agar pengalaman menggunakan jasa kontraktor rumah di Cileungsi tidak terulang lagi, renovasi rumah di Cibubur ini kami yang pegang kendali dengan belanja sendiri. Sekalian saya jadi bisa memilih material bahan bangunan sesuai selera," ujar Herlin.
Herlin menambahkan, “Kalau suami berangkat kerja, saya sekalian diantar buat ngantor jadi mandor di Cibubur, ha ha ha. Suami pulang, saya dijemput. Dipantau setiap hari supaya pengerjaannya tepat waktu. Meskipun pemborong terpercaya, tapi tetap perlu dipantau.” Dan langkah Herlin benar, rumahnya bisa selesai tepat waktu.
Tips dari Cerita Rumah Herlin: Strategi Renovasi Sesuai Estimasi
Dari supaya tidak bablas dari estimasi biaya renovasi pembangunan rumahnya, Herlin berpakem pada kebutuhan bahan bangunan yang esensial dulu. Sedangkan bahan material yang bersifat dekoratif dipilih belakangan mengikuti ketersediaan dana. Setelah jadi, diakui Herlin ternyata malah lebih bagus dari yang ia bayangkan.
Dan bagi Anda yang berencana renovasi rumah, berikut adalah strategi renovasi sesuai estimasi berdasarkan pengalaman Herlin:
Tanya Rumah.com
Jelajahi Tanya Rumah.com, ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami

- Buat masterplan rumah sebagai panduan. Untuk menghemat bujet bisa buat masterplan sendiri, tanpa bantuan arsitek, tapi harus mau belajar dulu. Referensi soal interior beserta tipsnya bisa dilihat di laman Panduan Properti di Rumah.com.
- Jika dana terbatas dan ingin melakukan renovasi secara bertahap, buat konsep rumah tumbuh. Renovasi bisa dilakukan bertahap, sambil berjalan mengumpulkan dananya.
- Pastikan pakai jasa kontraktor terpercaya yang telah diketahui hasil kerjanya.
- Sebaiknya pembayaran jasa kontraktor diberlakukan sistem termin atau bertahap, untuk antisipasi kontraktor ‘nakal’.
- Jika memungkinkan, pegang kendali untuk belanja material sendiri dan tidak seluruhnya diserahkan kepada kontraktor.
- Pantau proses pengerjaan secara berkala untuk memastikan pembangunan selesai tepat waktu.
Cerita Rumah Herlin: Berburu Properti sebagai Aset Investasi
Herlin mengakui tak bisa mengungkapkan rasa bahagianya dengan kata-kata setelah rumah di Cibubur berdiri, rumah yang jadi impiannya selama ini. Tak hanya dari kawasan dan bangunan rumahnya, terpenting dekat rumah ibu dan saudaranya di Cibubur, juga lebih dekat ke rumah mertuanya di daerah Cimanggis.
“Alhamdulillah, di sini mendukung kami untuk hidup lebih sehat. Suasana tenang, masih asri, banyak ruang terbuka, rindangnya pohon-pohon, dan suara kicau burung. Malam pun masih terdengar suara jangkrik. Udara masih segar, serapan air juga bagus,” papar Herlin.
Mereka juga bisa olahraga di luar rumah. Herlin suka jalan kaki keliling kompleks, suami bisa main basket di lapangan depan rumah, atau bersepeda. Tapi di masa pandemi ini aktivitasnya berolahraga di luar rumah mulai dibatasi, itu pula yang mendorongnya membuat ruangan gym di rumahnya yang sehat, baru-baru ini.
Akses lokasi yang cukup strategis karena dekat pintu tol Cibubur juga membuat Herlin lega memiliki rumah barunya ini. Agar lebih nyaman, ia membuat balkon yang cukup luas di lantai atas untuk alternatif tempat berkumpul sambil melihat pemandangan. Akhirnya Herlin dan keluarga kecilnya telah memiliki rumah idaman yang nyaman ditinggali, plus beberapa rumah lagi.
Rumah pertamanya yang dibelinya Cileungsi sekarang disewakan, "berubah fungsi" jadi aset investasi. Herlin memang punya keinginan untuk terus berburu properti sebagai aset investasi. “Selesai bangun rumah ini, kami juga dapat rejeki lagi buat investasi beli rukan,” ujar ibu rumah tangga yang hobi memasak ini mengakhiri percakapan.
Itulah cerita perjalanan Herlin yang berhasil wujudkan punya rumah impian pakai dana tabungan pendidikan. Meski rumah pertamanya tak sesuai harapan tapi malah jadi aset investasi yang bikin ketagihan. Masih banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah.
Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah
Teks: Siti Rahmah, Foto: Hadi Barong