Cerita Rumah Ibnu dan Annisa: Punya Rumah dengan Cerdas Ala Pasangan Pecinta Star Wars

Wahyu Ardiyanto
Cerita Rumah Ibnu dan Annisa: Punya Rumah dengan Cerdas Ala Pasangan Pecinta Star Wars
“Rumah itu penyempurna sebuah keluarga. Namanya rumah tangga, harus ada rumahnya, tempat ngumpul bareng, adaptasi bareng, belajar segalanya di rumah. Jadi rumah tangga memang lebih sempurna kalau ada rumahnya.” – Cerita Rumah Ibnu dan Annisa
Begitulah arti rumah bagi Ibnu Fadjarudin dan Annisa P. Distya, pasangan yang baru menikah di bulan Juli 2020 lalu. Bagi Ibnu, sejak sebelum menikah pun ia sudah berpikir harus cepat punya rumah sendiri.
“Saya pernah bertanya ke teman yang sudah pada menikah, kata mereka jika sudah menikah lebih baik langsung misah saja sama orang tua jangan tinggal serumah ha ha ha,” ujar Ibnu. Lalu setelah menikah, mereka pun langsung mencari-cari rumah agar bisa cepat pindah ke rumah milik sendiri.
Berbekal pencarian di internet dan juga informasi dari bagian KPR tempat Ibnu bekerja di perbankan, mereka nyaris putus asa karena tak jua menemukan rumah yang sesuai anggaran. Sekalinya dapat yang sesuai bujet, rumahnya pun berada jauh dari pusat aktivitas mereka.
Berbagai upaya terus dilakukan dan tak kenal kata menyerah hingga akhirnya Ibnu dan Annisa berhasil punya rumah seluas 97 meter persegi dengan luas bangunan 118 meter persegi. Rumah milik mereka sendiri yang hanya beda blok dari rumah ayah Ibnu di wilayah Cijerah, Bandung, Jawa Barat. Simak cerita selengkapnya.
Mau punya rumah di Cijerah, Bandung, Jawa Barat, seperti rumah milik pasangan Ibnu dan Anisa yang dekat akses tol, mudah ke stasiun dan juga bandara dengan harga di bawah Rp1 miliar? Temukan pilihan rumahnya di sini!

Cerita Rumah Ibnu dan Annisa: Baru Menikah Langsung Bergerak Cari Rumah

Cerita Rumah Ibnu dan Annisa: Baru Menikah Langsung Bergerak Cari Rumah
Jadi setelah menikah, Ibnu dan Annisa langsung mulai mencari rumah yang sesuai dengan bujet kisaran yang telah diperhitungkan. Mereka mencarinya melalui iklan jual rumah di situs-situs properti, salah satunya juga pada laman listing properti dijual di Rumah.com.
Selain itu, Ibnu yang bekerja di bank juga mencari informasi ke rekannya di bagian KPR untuk mencari tahu perumahan mana saja yang menjalin kerja sama dengan bank tempat ia bekerja tersebut. Satu-satu daftar perumahan yang bekerja sama kemudian disurveinya satu persatu.
“Waktu cari rumah secara online, saya masukin kisaran bujet sekitar Rp400 juta hingga Rp600 juta. Tapi rumah-rumah di tengah Bandung wow banget harganya! Jadi dengan bujet yang kita mampu cicil itu dapat rumahnya hanya di area Bandung pinggiran,” jelas Ibnu.
Sementara Ibnu bekerja di wilayah Soreang, di sebelah Selatan Kota Bandung, sedangkan perumahan-perumahan yang sesuai bujetnya rata-rata berada di wilayah timur Bandung. Jarak yang jauh dari pusat aktivitasnya ini untuk jangka panjang jelas akan membutuhkan banyak biaya, dari sisi transportasi salah satunya.
“Sebenarnya sih di daerah pinggiran itu not bad ya. Cuma orang tua saya pesan, jangan jauh-jauhlah karena ngga ada yang jagain mereka,” ujar anak kedua dari tiga bersaudara, di mana hanya Ibnu saja yang masih tinggal di Bandung seperti orang tuanya, sang kakak tinggal di Cirebon, sedang adiknya berada di Jepang.
Empat bulan lamanya Ibnu dan Annisa berusaha mencari rumah yang tepat. Sampai akhirnya ia tertarik dengan beberapa pilihan, ada yang di kawasan Ciganitri hingga melipir ke arah timur Kota Bandung. Ia pun membawa berita ini kepada sang ayah, selain meminta saran sekaligus meminta izin karena ‘terpaksa’ jauh dari area tempat tinggal ayah dan ibunya.

Cerita Ibnu dan Annisa: Cari Rumah Sendiri Meski Sang Ayah Punya Bisnis Properti

Cerita Ibnu dan Annisa: Cari Rumah Sendiri Meski Sang Ayah Punya Bisnis Properti
“Jadi pada suatu hari saya bawa beberapa brosur rumah untuk ditunjukkan ke ayah, beliau hanya berkata: ya sudahlah yang dekat saja jangan jauh-jauh, ke sini (rumah orang tua) jauh, kamu ke kantor juga jauh,” cerita Ibnu mengingat ucapan ayahnya.
Ayah Ibnu sendiri sebenarnya juga memiliki tanah di kompleks yang sama dengan perumahan tempat tinggalnya, yang telah dibelinya pada tahun 2019 namun masih dibiarkan begitu saja. Sang ayah, semenjak pensiun memang menjalani bisnis properti.
“Saya tahu sih, ayah bisnis jual beli rumah. Bahkan pada tahun 2018 saya sempat menginvestasikan uang tabungan saya ke proyek pembangunan rumah yang dikerjakan ayah. Saat itu supaya tabungan tidak menguap habis, dan jumlah yang saya investasikan sekitar Rp100 juta yang paling hanya sepuluh persen dari total pembelian serta renovasinya,” papar Ibnu.

Tanya Rumah.com

Jelajahi Tanya Rumah.com, ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami

Meski demikian, Ibnu dan Annisa tidak ingin bergantung kepada orang tua. Sikap kemandirian ini pun mereka tunjukkan melalui usaha yang gigih saat mencari rumah untuk mereka huni. Namun ayah Ibnu sendirilah yang menawarkan sebidang tanah miliknya di area perumahan yang sama, hanya berbeda blok saja.
“Kata ayah saya, cari rumah nggak usah jauh-jauh. Tanah ayah di kompleks ini nanti dibagi dua saja. Hitungannya kita bicarakan nanti,” kata Ibnu. Selama dua tahun ke belakang kerjaan ayah Ibnu memang membeli rumah tua, membongkarnya, dan menjualnya kembali. Jika rumah tua yang dibeli tanahnya 200 meter persegi ke atas, maka ayahnya akan membaginya jadi dua, untuk dijadikan dua rumah.
Saat sang ayah menawarkan Ibnu untuk memakai setengah dari tanah rumah tua yang dimaksud, yang kebetulan sama sekali belum digarap sang ayah. Ayah Ibnu membeli rumah tersebut di awal tahun 2020 langsung ke pemiliknya yang merupakan tetangga mereka.

Cerita Rumah Ibnu dan Annisa: Beli Kavling Tanah Ayah Rp400 Juta, Dp Rp100 Juta

Cerita Rumah Ibnu dan Annisa: Beli Kavling Tanah Ayah Rp400 Juta, Dp Rp100 Juta“Setelah sempat menimbang-nimbang, akhirnya kami menyetujui tawaran ayah. Apalagi rumah yang lokasinya di Cijerah ini ada di barat Kota Bandung berbatasan dengan Cimahi, dekat dengan akses jalan tol, mudah ke stasiun dan bandara, dekat juga dengan fasilitas umum seperti swalayan dan rumah sakit, dan ke tengah kota pun juga nggak jauh,” ujar Ibnu.
Memang bisa dikatakan bahwa Ibnu mendapatkan hibah setengah kavling dari tanah yang dimiliki ayahnya, namun Ibnu memutuskan untuk membeli tanah hibah tersebut. Dan dari hitungan yang diberikan oleh sang ayah, harga kavling yang ditawarkan sang ayah tersebut cukup jauh dari harga pasaran sebenarnya di daerah Cijerah.
“Awalnya kan niat kami beli rumah jadi supaya bisa langsung ditempati, tapi bujetnya kok nggak klop ya ternyata. Dapat rumahnya jadi jauh-jauh. Dan tanah kavling yang ayah izinkan kita pakai ini awalnya dibeli untuk dijual kembali, kalau murni dihibahkan kasihan ayah bisa rugi,” kata Annisa.
Ia menambahkan, “Makanya kita senang ketika ayah menawarkan solusi memberikan setengah dari tanah kavlingnya dan kita boleh membayarnya dengan mencicil secara kekeluargaan sambil bersamaan kita juga membangun rumahnya.“
Setelah berhitung, ayah Ibnu mengeluarkan angka Rp400 juta untuk harga setengah dari tanah miliknya tersebut. Berbekal uang Rp100 juta yang Ibnu dahulu sempat investasikan di proyek rumah sang ayah tahun 2018 yang rumahnya telah laku terjual, maka ia pun menjadikan uang tersebut sebagai DP rumah kepada ayahnya.
Lalu bagaimana cara Ibnu menyelesaikan sisa pembayaran sekaligus harus menyiapkan dana untuk bangun rumahnya? “Melalui gentleman agreement saya buat perjanjian dengan ayah saya akan membayar cicilannya setiap tiga bulan sekali dengan uang bonus kantor. Kurang lebih bisa lunas setelah 5 tahun,” jelas Ibnu.

Cerita Rumah Ibnu dan Annisa: Biaya Bangun Rumah Rp370 Juta, Ajukan Kredit 50 Persennya

Cerita Rumah Ibnu dan Annisa: Biaya Bangun Rumah Rp370 Juta, Ajukan Kredit 50 Persennya
Dalam proses pembeliannya, Ibnu pun sempat membuat rapat keluarga melalui Zoom untuk memberi tahu sekaligus meminta izin kepada kakak dan adiknya yang berada jauh di Cirebon dan Jepang. Semua disertakan, karena kavling tanah rumah milik sang ayah yang awalnya untuk diperjualbelikan kemudian ‘dihibahkan’ kepada Ibnu dan akan dibeli dengan harga kekeluargaan.
Setelah urusan pembayaran tanah kavling milik sang ayah sudah terselesaikan, lalu bagaimana dengan biaya untuk bangun rumahnya? Cara apa yang digunakan? Hal ini pun pada akhirnya berhasil dipecahkan oleh Ibnu dan Annisa.
“Sementara untuk dana bangun rumahnya kita masih ada sisa-sisa tabungan dan dikombinasikan dengan fasilitas kredit untuk pegawai dari kantor saya.” Jadi Ibnu mengajukan kredit multiguna yang dinamakan Kredit Abdi Bakti dari kantornya, yang mana cicilannya akan langsung dipotong dari gajinya setiap bulan.
Jenis fasilitas kredit yang diberikan dari kantor Ibnu ini suku bunganya sangat bersaing jika dibandingkan ia harus Kredit Bangun Rumah (KBR), dengan bunga flat. Ibnu mengambil tenor cicilan selama 12 tahun. Dari total rencana bujet bangun rumah yang telah dihitung dalam RAB, ia mengajukan kredit sebesar 50 persennya untuk menutup biaya pembangunan rumahnya.
Proses pembangunan rumah Ibnu dan Annisa tanpa jasa kontraktor, yang mengerjakan adalah tukang harian kenalan ayah Ibnu dan pembangunannya langsung diawasi oleh sang ayah. Untuk RAB awal disusun oleh drafter yang membuat gambar kerja rumah tersebut, biaya bangun rumah ini sekitar Rp370 juta.

Cerita Ibnu dan Annisa: Jual Mobil Buat Menutup Kekurangan Biaya Bangun Rumah 20 Persen dari RAB

Cerita Ibnu dan Annisa: Jual Mobil Buat Menutup Kekurangan Biaya Bangun Rumah 20 Persen dari RAB
Annisa pun menceritakan, “Kita harus benar-benar menahan pengeluaran saat membangun rumah agar bujet tidak over.” Jadi dari rumah tua di tanah seluas 195,75 meter persegi itu oleh sang ayah langsung dibagi dua yang niatan awalnya untuk membangun dua rumah untuk dijual. Jadi saat Ibnu dan Annisa membeli salah satu bagiannya, maka mereka berinisiatif mengurus legalitas dan sertifikat rumahnya untuk dipecah menjadi dua.
Ibnu mengambil bagian yang luas tanahnya nyaris 100 meter persegi, karena posisi tanah sedikit miring berbentuk trapesium. Area Ibnu ini memiliki muka 7,5 meter, sementara kavling sebelah hanya 7 meter. Pada proses membangun rumahnya, area Ibnu langsung diratakan semua, sementara area sebelah dijadikan tempat para tukang menginap saat pembangunan.
Pembangunan rumah dimandorin langsung oleh ayah Ibnu. Rencana rumah selesai dalam lima bulan, dan memasuki bulan kedua ayah Ibnu dengan terang-terangan mengatakan bahwa dananya kurang karena ada beberapa bagian yang desainnya diubah sehingga menambah pengeluaran, dan pengerjaan jadi 6,5 bulan.
“Kurangnya sekitar 20 persen dari RAB. Wah saya langsung bingung harus mencari dana ke mana. Akhirnya, saya terpaksa menjual mobil saya demi menutup kekurangannya. Alhamdulillah cukup, walau saya terpaksa jual cepat di bawah harga pasaran karena butuh ha ha ha. Mobil itu milik saya sejak sebelum menikah, jadi sekarang kita pakai mobil milik Anisa,” papar Ibnu.
Bagi Annisa, kriteria rumah idaman itu adalah rumah yang sehat. Sehat di sini di mana sirkulasi udaranya baik dan juga pencahayaan bisa masuk ke rumah. Hal ini menjadi penting setelah ia mencari informasi dari teman arsitek dan mencari info membangun rumah sehat di artikel yang ia dapat dari laman Panduan Properti di Rumah.com.

Cerita Ibnu dan Annisa: Bangun Rumah Cross Ventilation dengan Area Santai untuk Pajang Koleksi Starwars

Cerita Ibnu dan Annisa: Bangun Rumah Cross Ventilation dengan Area Santai untuk Pajang Koleksi Starwars
“Saya juga berkaca dari rumah orang tua kita berdua. Kalau di rumah ibu saya, sirkulasi udaranya kurang karena di bagian belakang tidak ada jendela atau ventilasi untuk buangan udara. Akibatnya saya sering merasa pusing,” jelasnya.
Ia menambahkan lagi, “Kalau di rumah mertua cahayanya kurang banyak yang masuk. Jadi saat kita membuat layout awal rumah ini, harus ada cross ventilation dan bukaan jendela yang banyak agar cahaya bisa masuk ke dalam rumah.”
Agar hemat bujet dalam hal desain rumah, pasangan yang kompak karena sesama hobi Starwars ini menggambar sendiri layout dan desain rumahnya. Annisa yang sejak lama tertarik dengan dekor rumah sering menyimpan foto-foto rumah yang ia temukan dari Pinterest. Selama tiga minggu mereka menyatukan ide dan visi ke dalam desain rumah mereka.
Temukan juga beragam tips, panduan, dan informasi mengenai pembelian rumah, KPR, pajak, hingga legalitas properti di Panduan Rumah.com
“Yang menggambar kebanyakan suami ya, cuma kita banyak ngobrol dengan teman-teman yang arsitek juga untuk sekadar tanya-tanya masukan. Setelah jadi layout dan desainnya, lalu saya minta teman arsitek untuk membuat gambar tiga dimensinya,” jelas Annisa.
Ibnu menambahkan, “Rencana awal kita mau buat satu setengah lantai, tetapi kata orang tua sejengkal tanah itu harus dimaksimalkan jadi bangunan. Akhirnya jadi deh rumah ini dua lantai ha ha ha.”
Total luas bangunan rumah yang dibuatkan akun Instagram dengan nama @rumah.nusa yang merupakan akronim dari nama mereka berdua ini jadi sekitar 118 meter persegi. Dan lantai dua akan digunakan sebagai area santai tempat memajang koleksi Starwars milik mereka.

Cerita Rumah Ibnu dan Annisa: Menabung untuk Cicil Isi Rumah dan Biaya Balik Nama Rumah

Cerita Rumah Ibnu dan Annisa: Masih Menabung untuk Cicil Isi Rumah dan Biaya Balik Nama Rumah
Bagi Ibnu, rumah yang nyaman itu adalah rumah minimalis yang fungsional dan harus ada tamannya. Selain di area depan, mereka juga membuat taman di bagian belakang rumah agar sirkulasi udara serta bisa membuat banyak jendela supaya cahaya masuk. Hal ini pun membuat rumah mereka hemat energi, karena sejak pagi hingga sore lampu tidak perlu dinyalakan.
“Dalam proses beli tanah dengan harga keluarga dari ayah, saya sadar bahwa urusan legalitas terkait sertifikat properti sangat penting. Lewat berbagai info dari laman Panduan Properti di Rumah.com kami sudah pelajari caranya, dan mencari tahu berapa dana yang harus disiapkan. Saya hitung-hitung sekitar diangka Rp20 jutaan. Tapi karena bangun rumah saja dananya nyaris kurang, saat ini kita lagi menabung dulu untuk biayanya,” jelas Ibnu.
Katanya lagi, “Memang seharusnya sejak awal proses belinya disahkan oleh notaris, tetapi karena banyak biaya tambahan yang harus dikeluarkan, sementara prosesnya kekeluargaan dulu saja. Nantinya setelah tabungan cukup, melalui notaris yang biasa ayah saya pakai jasanya saya akan urus SHM atas nama saya.”
Ibnu dan Annisa berencana untuk segera menyelesaikan proses balik nama rumah sekitar tahun depan. Saat ini sambil menabung dan membayar angsuran, mereka juga masih mencicil mengisi rumahnya sedikit demi sedikit, bahkan area lantai dua masih kosong melompong.
Setelah menikah, Ibnu mengaku banyak belajar cara mengatur keuangan dari sang istri. “Wah, dulu sih saya ngaco banget pengaturannya. Sekarang dari 100 persen penghasilan tetap untuk bayar angsuran rumah maksimal 30 persen, 10 persennya untuk senang-senang, menabung 30 persen, dan sisanya 30 persen harus cukup untuk kebutuhan sehari-hari,” jelas Ibnu.

Cerita Rumah Ibnu dan Annisa: Bahagianya Punya Rumah yang Aksesnya Mudah

Cerita Rumah Ibnu dan Annisa: Bahagianya Punya Rumah yang Aksesnya Mudah
Kini Ibnu dan Annisa lega sudah tinggal mandiri di rumah milik sendiri. Lega karena jarak dari rumah ke kantor Ibnu jika melalui Tol Soroja (Soreang – Pasir Koja) hanya 15 menit saja.
Annisa pun lega bisa memiliki rumah di wilayah Cijerah, Bandung, karena sedari awal ia punya keinginan punya rumah yang lokasinya mudah ke tengah Kota Bandung, dan mudah pula mencari fasilitas umum seperti rumah sakit, mall, dan sekolah.
“Dari sini ke mall 23 Paskal dan ke PVJ (Paris van Java) nggak jauh kok. Area Cijerah-nya itu masih di perbatasan dekat jalan besar ke Cimahi, jadi belum mengarah ke kawasan pabrik-pabrik tekstil,” jelas Annisa.
Ibnu pun gembira, karena dengan solusi dari ayahnya ditambah harga tanah yang kekeluargaan, ia berhasil punya rumah di kawasan yang cukup strategis. Apalagi harga tanah di komplek tersebut kini sudah mencapai hampir Rp6 juta per meter perseginya.
Rumah sebelah yang menjadi proyek sang ayah pun sudah jadi dan siap dijual oleh ayah Ibnu. Dengan bangunan dua lantai, ayah Ibnu membanderol rumah sebelah dengan harga sekitar Rp1,6 miliar.
“Lega rasanya sudah punya rumah sendiri. Karena bagi saya, arti rumah adalah tempat kita pulang. Tempat beristirahat dan kumpul dengan keluarga. Kalau nggak ada rumah, gimana tujuan kita pulang? Kayak kita kerja buat apa kalau pulangnya nggak ke rumah sendiri,” tutup Ibnu.
Itulah cerita perjalanan Ibnu dan Annisa untuk punya rumah yang diniatkan sejak sebelum menikah. Beli tanah dengan harga keluarga hingga bangun sendiri rumahnya. Masih ada banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah.

Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah

Teks: Erin Metasari, Foto: Raden Nucky

Penyangkalan: Informasi yang disajikan hanya sebagai informasi umum. PropertyGuru Pte Ltd dan PT AllProperty Media atau Rumah.com tidak memberikan pernyataan ataupun jaminan terkait informasi tersebut, termasuk namun tidak terbatas pada pernyataan ataupun jaminan mengenai kesesuaian informasi untuk tujuan tertentu sejauh yang diizinkan oleh hukum yang berlaku. Meskipun kami telah berusaha melakukan yang terbaik untuk memastikan informasi yang kami sajikan di dalam artikel ini akurat, dapat diandalkan, dan lengkap pada saat ditulisnya, informasi yang disajikan di dalam artikel ini tidak dapat dijadikan acuan dalam membuat segala keputusan terkait keuangan, investasi, real esate, maupun hukum. Lebih jauh, informasi yang disajikan bukanlah sebagai pengganti saran dari para profesional yang terlatih, yang dapat mengambil keputusan sesuai dengan kondisi dan situasi Anda secara pribadi. Kami tidak bertanggung jawab terhadap hasil dari keputusan yang Anda buat dengan mengacu pada informasi yang tersaji dalam artikel ini.

Kalkulator KPR

Ketahui cicilan bulanan untuk hunian idaman Anda lewat Kalkulator KPR.

Kalkulator Keterjangkauan

Ketahui kemampuan mencicil Anda berdasarkan kondisi keuangan Anda saat ini.

Kalkulator Refinancing

Ketahui berapa yang bisa Anda hemat dengan melakukan refinancing untuk cicilan rumah Anda saat ini