Cerita Rumah Ida: Beli Rumah Pakai Kredit Multiguna dan KPR Tanpa Bunga ke Keluarga

Wahyu Ardiyanto
Cerita Rumah Ida: Beli Rumah Pakai Kredit Multiguna dan KPR Tanpa Bunga ke Keluarga
Ida yang punya nama lengkap Rufaida Nurjanah, dan Hasto Ambar Priyoko, awalnya adalah tetangga antar desa di Banjarnegara, Jawa Tengah. Kedekatan mereka berawal sejak mulai kuliah hingga akhirnya menikah pada tahun 2019.
Seperti pasangan yang baru menikah lainnya, mimpi punya rumah sendiri pasti ada. Tetapi keduanya terpaksa berjauhan karena penugasan kerja dari instansi tempat Ida bekerja. Ida bekerja di Badan Pusat Statistik, sedang Hasto di PT.Kereta Api Indonesia (KAI).
Pada akhir 2020 Ida ditempatkan kembali ke Banyumas, Jawa Tengah, mereka pun akhirnya bisa bersama dan mengontrak rumah. Di saat tabungan mulai dari nol karena terkuras biaya pindahan, sewa rumah, dan sebagainya, mereka baru tersadar bahwa empat bulan lagi kontrakan mau habis, dan mereka memutuskan harus segera membeli rumah!
Di tengah waktu yang sangat sempit dan tabungan yang masih sedikit, balada pencarian rumah mereka alami. Mulai dari bingung menentukan rumah baru atau rumah seken, dana yang belum terkumpul,hingga bingung menentukan lokasi pencarian rumahnya.
Bagaimana kisah perjuangan Ida dan suami sehingga berhasil memiliki sebuah rumah di Desa Ledug, Banyumas, Jawa Tengah. Ida pun membagi kisahnya.
Mau punya rumah di Banyumas, Jawa Tengah seperti rumah Ida yang dikelilingi fasilitas umum, dekat RSUD Margono, dan beberapa universitas berakreditasi baik? Temukan pilihan rumahnya dengan harga Rp500 jutaan di sini!

Cerita Rumah Ida: Cari Rumah Online Lalu Survei untuk Studi Literatur dan Sosiokultural Wilayah

Cerita Rumah Ida: Cari Rumah Online Lalu Survei untuk Studi Literatur dan Sosiokultural Wilayah
Long distance marriage (LDM) dijalani Ida dan Hasto selama 1,5 tahun, yang membuat tabungan mereka cepat menyusut karena sebulan sekali mereka saling mengunjungi. Ida sebelum menikah sudah ditugaskan di Bulukumba, Sulawesi Selatan, sedangkan Hasto di Purwokerto (ibu kota Banyumas).
Nyaris sebulan sekali mereka mengeluarkan dana untuk membeli tiket pesawat YogyakartaMakassar. Setelah Ida dimutasi kembali ke Banyumas pada Oktober 2020, baru terasa tabungan mereka habis, apalagi kembalinya Ida ke Banyumas juga membutuhkan biaya pindah dan pengiriman barang.
Ida dan Hasto kemudian mencari rumah kontrakan di Purwokerto yang bisa disewa enam bulan saja, maksudnya sebagai persinggahan sementara hingga mereka berhasil mendapatkan rumah yang tepat untuk dibeli.
Selama LDM, pikiran ingin mencari rumah idaman memang terus bergelayut, demi mewujudkan cita-cita mereka saat sebelum menikah. Walau tidak mungkin bergerak cepat, tetapi Ida dari Bulukumba sering mencari rumah impiannya melalui iklan jual rumah pada laman listing properti dijual di Rumah.com.
“Waktu itu kepikirannya mau langsung mencari rumah atau bangun rumah. Ternyata sudah lewat setengah tahun belum ada yang cocok, jadi kontrakan kita perpanjang enam bulan lagi,” ujar Ida.
Pencarian Ida pada laman listing properti dijual di Rumah.com, dengan memasukkan kata kunci Purwokerto untuk area incarannya. Sedang untuk kisaran bujet ia memasukkan kisaran harga maksimal Rp500 juta. Selain browsing sewaktu di Bulukumba, begitu sudah menetap di Purwokerto ia melanjutkan pencariannya lebih gencar lagi bersama Hasto.
“Hampir tiap malam kita browsing cari iklan dan promo rumah baru atau pun rumah seken yang dijual di situs Rumah.com. Selanjutnya kita juga sambil survei keliling kota, studi literatur dan sosiokultural wilayah,” jelas Ida.

Cerita Rumah Ida: Dengan Harga Sama, di Banyumas Dapat Tanah 120 M2, di Purwokerto 80 M2

Cerita Rumah Ida: Dengan Harga Sama, di Banyumas Dapat Tanah 120 M2, di Purwokerto 80 M2
Selain alasan beli rumah karena kebutuhan dan sebagai tempat transit jika lelah bekerja karena kalau pulang ke Banjarnegara membutuhkan waktu lebih dari satu jam, tentunya mereka berdua sadar bahwa rumah merupakan investasi properti yang paling tepat.
“Ada lagi alasan yang membuat kita jadi buru-buru harus mengambil keputusan untuk segera memilih dan membeli rumah, karena kontrakannya sudah mau habis empat bulan lagi waktu itu,” ujar Ida yang merasa sudah lelah dan khatam indekos selama bertahun-tahun.
Dari pencarian online mereka pun menemukan sebuah rumah seken yang masih dekat areanya dengan rumah kontrakan mereka. Selain itu ada juga rumah kosong di Purwokerto Barat yang mereka incar.
“Dari beberapa pilihan, kita tertarik dengan rumah seken yang dijual di Perumahan Permata Harmoni, di Desa Ledug, Banyumas, Jawa Tengah. Ini lokasinya di pinggiran Purwokerto, tetapi aksesnya untuk ke arah kantor enak tidak terlalu ramai,” jelas Ida.
Keunggulan lain yang membuat mereka tertarik karena dekat rumah tersebut ada masjid, jalanannya luas, dan area belakang rumah tersebut masih terbuka, dengan luas tanah 120 meter persegi. Mereka memang ingin ada lahan terbuka yang nantinya bisa dijadikan tempat santai supaya rumah tidak terasa sumpek.
Saat survei rumah tersebut dalam kondisi dua tahun kosong, tetapi mereka bisa melihat-lihat ke dalam karena kunci rumah dipegang oleh satpam perumahan yang memang rutin dibayar untuk merawat rumah tersebut. Kondisi bangunannya bagus dan kokoh hanya sedikit kusam saja.
Lokasi Desa Ledug ini berada sekitar 4 kilometer dari ibu kota Banyumas, yaitu Purwokerto. Dengan harga yang sama, jika di Ledug Ida mendapat rumah dengan tanah 120 meter persegi, sedang di ibu kotanya hanya sekitar 80 meter persegi saja. Fasilitas umum pun mudah, dekat dengan RSUD Margono, dan beberapa universitas bagus.

Cerita Rumah Ida: Khawatir Proses Verifikasi KPR Lama, Dapat Pinjaman Tanpa Bunga dari Keluarga

Cerita Rumah Ida: Khawatir Proses Verifikasi KPR Lama, Dapat Pinjaman Tanpa Bunga dari Keluarga
Harga yang ditawarkan untuk rumah seken yang dijual di Perumahan Permata Harmoni ini berada di atas bujet Ida dan Hasto, sekitar 20 persen lebih tinggi. Saat transaksi, Ida berkomunikasi hanya lewat Whatsapp karena pemiliknya ada di Yogyakarta. Tawar punya tawar akhirnya sang pemilik malah memberikan potongan harga cukup jauh, sekitar 10 persen di bawah bujet Ida dan Hasto.
“Karena waktunya mepet, dan rumah itu ada yang mengincar dan sudah menawar juga, kita harus gerak cepat beli rumah. Awalnya sih mau KPR, tapi khawatir kalau proses verifikasinya lama. Akhirnya kita kumpulkan dan uangkan aset yang ada, serta mencari solusi supaya bisa beli rumah secara cash,” papar Ida.
Dari tabungan yang mereka miliki, ditambah aset perhiasan maka dana yang terkumpul kurang lebih 30 persen dari harga rumah tersebut. Sebenarnya pasangan ini memiliki aset sawah yang jika dijual hasilnya bisa menutup seluruh dana pembelian rumah tersebut.
“Hasto punya tanah sejak sebelum menikah yang ia beli dengan perjuangan yang diolah menjadi sawah. Sayang rasanya kalau dilepas apalagi posisinya sangat strategis di pinggir jalan raya, nilai investasinya akan terus naik. Setiap bulan lumayanlah ada sedikit tambahan penghasilan dari hasil olahan sawah itu,” jelas Ida.
Akhirnya mereka pun berniat untuk mengajukan pinjaman ke kantor Hasto untuk melunasi sisanya. Namun ternyata, keluarga Ida dan Hasto mendengar kendala yang pasangan ini hadapi di mana dalam waktu cepat harus segera membeli rumah yang mereka sudah sangat sreg ini.
“Tiba-tiba kita ditawarin keluarga, mereka mau meminjamkan uang supaya kita tidak perlu terlalu besar mengajukan kredit ke kantor suami,” kata Ida. Pihak keluarga yang menawarkan pinjaman mulai dari orang tua Ida, orang tua Hasto, sampai keluarga dari pihak Ida (kakak, adik, om, pakde) dan juga dari pihak Hasto.
Ida melanjutkan, “Semua tahu kita sudah mau habis kontrakannya dan sedang cari rumah. Sudah ditawari pinjaman tanpa bunga nggak enak kalau kita tolak. Jadi kita pinjam dari tiga pihak ini, dana beli rumah akhirnya terkumpul sebesar 60 persennya.”

Cerita Rumah Ida: Kredit Multiguna Satu hari Cair, Pinjaman dari Keluarga Dianggap Cicilan KPR

Cerita Rumah Ida: Kredit Multiguna Satu hari Cair, Pinjaman dari Keluarga Dianggap Cicilan KPR
Setelah tahu berapa besar sisa kekurangan uang untuk beli rumah, barulah Hasto mengajukan fasilitas kredit multiguna dari tempatnya bekerja ke BNI yang merupakan rekanan dari PT.KAI. Cukup mudah prosesnya, hanya satu hari dananya berhasil cair.
“Cepat sekali prosesnya, benar-benar dimudahkan beli rumah ini. Saat proses pengajuan kredit itu hanya memerlukan KTP, Kartu Keluarga, dan slip gaji,” jelas Ida. Hasto pun mengambil tenor cicilan selama lima tahun, yang setiap bulan langsung dipotong dari gajinya.
Setelah uang di tangan, mereka membuat janji dengan pemilik rumah tersebut dan saat itu juga pembelian rumah dibayar secara cash. Setelah proses tersebut, baru kemudian segala urusan terkait legalitas diselesaikan, kurang lebih memakan waktu dua minggu.
Saat itu Mei 2021, Ida dan Hasto lega telah menemukan dan berhasil membeli rumah sendiri. Untuk urusan legalitas yang dilakukan di kantor notaris, pembayaran pajak penjual dan pajak pembeli, serta biaya tambahan lainnya Ida membayar sekitar Rp20 juta, dengan status SHM untuk rumah yang dibelinya tersebut.
Lalu bagaimana skema pembayaran dana pinjaman yang didapat dari keluarga tersebut? Pasangan yang sebelumnya telah berpacaran selama tiga tahun ini mencatat segala detailnya dengan rapi.
“Kita berkomitmen harus melunasi semua pinjaman dengan cepat. Caranya, kita membayar pinjaman yang diberikan oleh keluarga yang terjauh dulu, yaitu om saya. Kita bayar bertahap, setelah lunas baru kemudian kakak Hasto, dan orang tua saya. Sebelumnya tentu kita sampaikan niatan ini ke kakak dan orang tua saya,” jelas Ida.
Bagi mereka, cara membeli rumah ini diibaratkan seperti KPR. Mereka menganggap tabungan serta perhiasan peruntukannya sebagai DP rumah, dan pinjaman-pinjaman lainnya itu seperti cicilan KPR setiap bulannya.

Cerita Rumah Ida: Pandemi Jadi ‘Terpaksa’ Punya Rumah, Renovasi Total Hanya Rp25 Juta

Cerita Rumah Ida: Pandemi Jadi 'Terpaksa' Punya Rumah, Renovasi Total Hanya Rp25 Juta
Rumah dengan luas tanah 120 m2 tersebut memungkinkan Ida dan Hasto untuk mengubah kondisi awal menjadi seperti keinginannya. Renovasi pun dilakukan tidak lebih dari satu bulan.
Proses renovasi dilakukan oleh bantuan keluarga sendiri, yaitu kakak Hasto yang sudah ahli dalam membangun rumah. Bentuk asli rumah dipertahankan, hanya mengganti cat rumah, tambah atap di taman di belakang, tambah kanopi di garasi mobil, dan juga gudang. Total renovasi menghabiskan dana tidak lebih Rp25 juta.
“Saat ini total bangunan menjadi 70 meter persegi. Saya lelah dengan rumah sewa yang sumpek, sirkulasi udara tidak bagus serta pencahayaan kurang. Momen pandemi ini jadi terpaksa punya rumah, dan kita mau buat rumah ini jadi rumah yang sehat. Dengan adanya area terbuka, kita bisa berjemur di area privat,” kata Ida.
Mereka tidak terlalu khawatir dengan furnitur untuk mengisi rumah. Karena ternyata sejak belum menikah mereka sudah sering membelinya. “Alasannya, karena suka dan terpikir nantinya pasti akan dibutuhkan. Jadi mencicil barang dulu supaya semangat mencari rumahnya,” gelak Ida.
Barang-barang ini sebelumnya dititip di rumah orang tua Ida, dan ada yang dibawanya keliling kost Jakarta dan Sulawesi Selatan. Ida merasa sayang kalau barang tersebut dijual dikala ia harus kembali ke Banyumas.
Selain itu, sebagian barang lainnya juga mereka dapat dari pemberian kedua belah pihak keluarga. Mereka menerimanya dengan tangan terbuka, walaupun modelnya beraneka rupa, mungkin ada yang tergolong jadul, tetapi mereka percaya bahwa nilai historisnya lebih tinggi daripada nominalnya.

Cerita Rumah Ida: Rumah Hasil Gotong Royong Keluarga, Rumah dengan Aura Bahagia

Cerita Rumah Ida: Rumah Hasil Gotong Royong Keluarga, Rumah dengan Aura Bahagia
Ida dan Hasto membagikan inspirasi seputar rumahnya melalui akun Instagram @omahtinompo yang dibuatnya. “Istilah tinompo kita pakai karena dapetin rumahnya gotong royong, terima bantuan keluarga. Isinya (furnitur) juga banyak terima dari keluarga,” ujar Ida.
Dengan berbagai rupa furnitur, mereka mengelompokkannya agar satu sama lain terasa satu tema. Bahkan ada furnitur buatan eyang kakung yang awalnya biru cerah, tetap bisa serasi karena Ida mengecatnya dengan warna putih.
Walaupun masih banyak yang dicita-citakan seputar rumah, tetapi mereka mensyukuri apa yang didapat beserta kelebihan dan kekurangannya. Yang penting mereka merasa cocok dengan rumah tersebut.

Tanya Rumah.com

Jelajahi Tanya Rumah.com, ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami

“Manusia nggak ada puasnya, rumah ini belum sepenuhnya menjadi rumah idaman karena dari awal kita inginnya membangun dari nol. Kita juga pengin rumahnya ada kos-kosan, tapi karena belum dapat tanah yang cocok, ini dulu juga kita bahagia,” ujar Ida yang memiliki keinginan menjadi ibu kost yang baik.
Sambil melunasi semua cicilan, mereka pun sambil menabung agar suatu saat bisa merenovasi rumahnya lagi. Saat ini di lantai satu ada dua kamar, nantinya mereka ingin di bawah hanya satu kamar, dan area dapur serta area umum diperluas. Untuk lantai dua inginnya khusus untuk kamar-kamar dan ruang bersantai.
Bagi Ida sangat penting untuk menciptakan kondisi rumah yang nyaman, karena menurutnya, “Jika di rumah sudah nyaman, kita akan membawa aura bahagianya kita itu saat beraktivitas ke luar rumah.”
Itulah cerita perjuangan Ida untuk punya rumah yang dicita-citakannya sejak sebelum menikah. Rumah yang proses pembeliannya cepat karena waktu yang mendesak. Masih ada banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah.

Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah

Teks: Erin Metasari, Foto: Oki Damazta

Penyangkalan: Informasi yang disajikan hanya sebagai informasi umum. PropertyGuru Pte Ltd dan PT AllProperty Media atau Rumah.com tidak memberikan pernyataan ataupun jaminan terkait informasi tersebut, termasuk namun tidak terbatas pada pernyataan ataupun jaminan mengenai kesesuaian informasi untuk tujuan tertentu sejauh yang diizinkan oleh hukum yang berlaku. Meskipun kami telah berusaha melakukan yang terbaik untuk memastikan informasi yang kami sajikan di dalam artikel ini akurat, dapat diandalkan, dan lengkap pada saat ditulisnya, informasi yang disajikan di dalam artikel ini tidak dapat dijadikan acuan dalam membuat segala keputusan terkait keuangan, investasi, real esate, maupun hukum. Lebih jauh, informasi yang disajikan bukanlah sebagai pengganti saran dari para profesional yang terlatih, yang dapat mengambil keputusan sesuai dengan kondisi dan situasi Anda secara pribadi. Kami tidak bertanggung jawab terhadap hasil dari keputusan yang Anda buat dengan mengacu pada informasi yang tersaji dalam artikel ini.

Kalkulator KPR

Ketahui cicilan bulanan untuk hunian idaman Anda lewat Kalkulator KPR.

Kalkulator Keterjangkauan

Ketahui kemampuan mencicil Anda berdasarkan kondisi keuangan Anda saat ini.

Kalkulator Refinancing

Ketahui berapa yang bisa Anda hemat dengan melakukan refinancing untuk cicilan rumah Anda saat ini