Cerita Rumah Rio: Dilema Antara Beli Rumah Atau Beli Mobil Buat Modal Usaha

Wahyu Ardiyanto
Cerita Rumah Rio: Dilema Antara Beli Rumah Atau Beli Mobil Buat Modal Usaha
Bagi Dwi Satrio Hertanto (Rio), seorang kontraktor muda yang baru saja menikah di tahun 2019 lalu, memiliki rumah sendiri menjadi sebuah keharusan. Suami dari Yolanda Hardani ini melakukan gerak cepat dalam menjemput rumah impiannya.
Walau sempat terjadi kendala keuangan, namun dalam waktu kurang dari satu tahun setelah menikah, Rio dan Yolanda bisa menempati rumah barunya di kawasan Jatiasih, Bekasi. Sebuah rumah klaster dengan luas tanah 60 m2.
Miliki rumah idaman Anda di Jatiasih, Bekasi yang saat ini nilai investasinya terus tinggi. Temukan pilihan rumahnya mulai harga Rp300 jutaan di sini!
Rumah yang diperjuangkan dengan penuh daya upaya ini pun kemudian membawa rezeki yang tak putus-putus bagi pasangan muda ini. Proyek baru terus berdatangan, hingga kelahiran putra pertamanya, Farel di awal Januari 2021 lalu.

Cerita Rio Tak Ingin Tinggal di Rumah Mertua atau Sewa Apartemen

Cerita Rio Tak Ingin Tinggal di Rumah Mertua atau Sewa Apartemen
“Alasan saya cari rumah sih sederhana, karena saya kurang betah tinggal di rumah mertua. Saya orangnya dari dulu berantakan, jadi jika setelah menikah kita tinggal di rumah mertua rasanya enggak bebas, enggak enak juga,” ujar Rio lugas.
Memang sempat terlintas dipikiran Rio untuk menyewa unit apartemen, namun pada akhirnya ia pun menimbang bahwa uang sewa yang dibayarkan setiap bulannya akan terbuang percuma, apartemen yang disewanya tetap tidak akan pernah menjadi properti miliknya.
Sempat terjadi diskusi dengan seorang kawan, yang menguatkan keinginan Rio untuk meng-goal-kan targetnya untuk membeli rumah di tahun itu juga, tahun 2019. Anggap saja unit rumah yang dibelinya seharga Rp500 juta, maka tahun depan harganya pasti akan meningkat.
Ya, semakin bertambahnya tahun, luas tanah senilai Rp500 juta yang dibeli saat ini pasti akan semakin menyusut luasnya jika dibeli nanti, atau semakin jauh ke pinggiran lokasinya. Padahal setiap orang pasti ingin mendapatkan rumah yang aksesnya mudah ke pusat kota, dekat ke Jakarta.
“Dalam pikiran saya, kalau saya tunda 2 tahun lagi bakal dapatnya di pelosok nih. Ini mau enggak mau harus jadi, bisa enggak bisa harus bisa. Daripada diam, mendingan saya maju sekarang!” tegas Rio.
Keinginan kuat Rio untuk segera membeli rumah jadi target awalnya setelah menikah. Walau ia akui bahwa sebelum menikah sempat tidak tahu masa depannya akan bagaimana, Rio yang saat itu telah menggeluti usaha kontraktornya walau masih terbilang kecil, merasa bahwa hidupnya setelah menikah harus punya target.
Dan bila kendala saat mencari hunian idaman bagi sebagian orang umumnya adalah sulit mencari yang sesuai di hati, tetapi agaknya itu tidak berlaku pada Rio. Ujar-ujaran yang berbunyi rumah itu ‘jodoh-jodohan’ pun ‘kena’ buat Rio, jodoh rumahnya terbilang mudah.
“Surveinya enggak berasa sih, ternyata cepat. Jadi waktu baru nikah karena saya nggak betah di rumah mertua, saya langsung putuskan untuk mulai cari-cari rumah. Kondisinya bisa dibilang enggak punya uang. Saat itu kita paksa-paksain mengumpulkan uang dari sisa-sisa angpaw nikah,” jelas Rio.

Cerita Pencarian Rumah Rio Bermodalkan Keyword ‘Rumah DP murah’

Cerita Pencarian Rumah Rio Bermodalkan Keyword 'Rumah DP murah’
Bagi pasangan muda generasi milenial ini, proses awal mencari rumah pun tidak lagi dengan cara konvensional berkeliling mendatangi lokasi-lokasi yang diincar. Cukup dengan berselancar via internet, sehingga penggunaaan waktu dalam melakukan pencarian rumah jadi lebih efisien.
Ketika mulai melakukan pencarian di internet, Rio memasukkan kata kunci atau keyword ‘rumah DP murah’, ‘rumah DP 10 juta’, ‘rumah DP kecil’, dan sejenisnya. Yang kemudian membawanya masuk ke situs properti Rumah.com di mana berbagai listing properti baru dengan harga yang variatif berhasil ditemukan Rio.
Rio pun menghubungi satu per satu agen properti yang pada unggahannya memberikan promo DP yang cukup menarik. Ada sekitar tiga perumahan yang menarik minatnya, yang lokasinya di area Depok, Jagakarsa, dan Bekasi.
“Beberapa yang saya datangi ternyata DP murahnya itu bersyarat! Misalnya DP 10 juta tapi penghasilan suami istri harus di atas Rp20 juta per bulan. Selain itu ada perumahan yang terlalu sulit aksesnya,” keluh Rio.
Akhirnya ia menemukan perumahan berkonsep klaster di Jatiasih, Bekasi bernama Puri Nirwana, yang saat itu memberikan promo DP hanya tujuh juta rupiah saja. Dengan modal nekat karena saat itu tidak memiliki uang, namun Rio merasa syarat yang diberikan dari perumahan ini masih masuk akal.
Temukan juga beragam tips, panduan, dan informasi mengenai pembelian rumah, KPR, pajak, hingga legalitas properti di Panduan Rumah.com.
Syarat yang diberikan saat itu, uang muka atau DP yang harus dibayarkan boleh tujuh juta rupiah asalkan plafon KPR yang disetujui oleh pihak bank harus penuh. Kalau plafon dari bank tidak penuh, maka DP harus dinaikkan.
Rio dan Yolanda pun berangkat dari kediaman mertua di Pasar Minggu ke Bekasi untuk melakukan survei langsung. Klaster yang ditawarkan Puri Nirwana saat itu merupakan tahap 8, masih berupa kavling-kavling kosong. Mereka diajak melihat langsung klaster Nirwana 7 yang sudah jadi.
Setelah bertemu dengan sales marketing dan diberi detail informasi yang lengkap, saat itu juga Rio langsung membayar booking fee sebesar satu juta rupiah. Data-data pengajuan KPR-nya pun langsung dimasukkan untuk dicek langsung ke Bank BTN.
Bank BTN sendiri merupakan bank rekanan dari perumahan ini. Rio merasa sreg, karena tidak harus mencari sendiri banknya. Tinggal sebut mau akad dengan Puri Nirwana, urusan langsung lancar.

Cerita Kendala Pengajuan KPR dan DP Rumah Rio yang Kurang

Cerita Kendala Pengajuan KPR dan DP Rumah Rio yang Kurang
Kendala awal yang dialami adalah status pekerjaan Rio yang wiraswasta, di mana persyaratan KPR-nya memang tidak sama dengan yang status pekerjaannya karyawan. Saat itu usaha kontraktor milik Rio juga masih belum stabil, sedangkan istrinya, Yolanda, saat itu merupakan karyawan di perusahaan konglomerasi Salim Group.
“Kita enggak bisa ngajuin plafon suami istri, karena slip gaji suami harus ada dan akan digabung hitungannya. Jadinya pengajuan KPR rumah ini atas nama istri saya,” jelas Rio.
Setelah dilakukan pengecekan, ternyata plafon kredit yang disetujui sebesar Rp505 juta, sedangkan harga rumah yang mau dibeli Rio adalah Rp538 juta. DP yang dibayarkan otomatis harus ditambah sekitar Rp22 juta. Tentunya ini menjadi kendala selanjutnya.
Dan ternyata bukan hanya Rio saja yang menemui kendala harus menambah DP atau uang muka, akibat plafon kreditnya kurang dan juga tidak ada dananya lagi. Pembeli hunian di klaster ini pun banyak pula yang terkendala DP.
Namun nasib baik berpihak pada Rio. Ya, seperti yang diungkapkan di atas, Rio memang ditakdirkan berjodoh dengan rumah yang diincarnya. Pengembang perumahan tersebut ternyata bisa meminjamkan DP yang kurang dengan syarat Rio (juga pembeli lainnya yang terkendala) serius dan berkomitmen untuk membeli rumah ini.
Akhirnya DP yang kurang sebesar Rp22 juta, dipinjamkan oleh pemilik perumahan dengan cara pengembalian harus dicicil dalam empat bulan pertama. Perasaan tidak enak menerpa Rio, namun sang pemilik perumahan tersebut mengatakan tidak apa karena ini sama-sama bantu.
“Wah saya surprise banget ada orang sebaik ini. Saya tidak mau banyak negosiasi lagi karena sangat terbantu. Belakangan saya tahu kalau banyak yang dipinjamkan uang agar bisa mengambil rumah di situ. Bahkan ada tetangga yang saat beli terganjal utang kartu kredit, juga ditalangin sama beliau,” papar Rio.
Akhirnya KPR yang diajukan Yolanda dengan tenor 25 tahun disetujui, dan langsung dilakukan proses akad serta tanda tangan jual beli di bank BPN. Selain itu dibuat juga perjanjian lain terkait pengembalian pinjaman dalam waktu empat bulan dengan si pengembang perumahan.

Cerita Rumah Rio yang Jauh dari Jakarta Selatan yang Selalu Bikin Ingin Pulang

Cerita Rumah Rio yang Jauh dari Jakarta Selatan yang Selalu Bikin Ingin Pulang
“Memang saya sudah terbiasa dengan area Jakarta Selatan. Apa saja ada 24 jam, dekat dengan segala macam fasilitas. Tapi balik lagi ke bujet. Mau nggak mau kita lari nih ke pinggir,” ujar Rio.
Rio menyadari bahwa pusat perputaran uang adanya di Jakarta, pusat bisnis, dan sebagainya. Maka akses termudah ke Jakarta menjadi salah satu pertimbangannya membeli rumah selain harganya yang juga bisa dijangkau.
Memang banyak perumahan baru yang memberikan harga Rp300 jutaan, namun Rio menghindari kawasan yang terlalu jauh seperti Citayam atau Parung. Untuk lebih dekat ke Jakarta, dengan luas tanah sama seperti yang ia miliki sekarang, harganya sudah di atas 1 milyar lebih dengan DP ratusan juta.
“Yang membuat saya sreg dengan klaster Puri Nirwana ini karena Bekasi-nya masih nempel Jakarta. Hanya keluar di exit Tol Jatiwarna, langsung sampai. Yolanda juga tidak keberatan, ia ikut apa kata saya,” jelas pria yang sedari kecil sudah akrab dengan area Bekasi ini.
Rio mengakui bahwa Bekasi memang hiruk pikuk dengan lalulintas yang padat. Tetapi karena lokasi klaster hunian Rio agak masuk ke dalam, jadi suasananya terasa tenang. Bahkan awalnya Rio berpikir akan sering pulang dan menginap di Pasar Minggu rumah mertua, ternyata tidak. Mereka selalu ingin pulang ke rumah.
Saat survei ke klaster ini seorang teman yang menyertai Rio pun jadi ikut membeli unit yang sama. Akses yang mudah ke Jakarta jadi faktor utama, selain itu lokasinya juga dekat ke pasar, RS Helsa Jatirahayu, Mc Donald, dan sebagainya.
“Cerita beli rumah ini istilahnya saya paksain deh! Kalau butuh ngutang sana-sini juga saya jabanin. Yang penting ini rumah kita, mau diberantakin ya rumah sendiri. Kalau mencicil untuk rumah sendiri walau berat tapi kan hasilnya buat kita,” papar Rio.
Walaupun penuh perjuangan, namun dari awal nikah sampai akhirnya berhasil punya rumah sendiri, memang terbilang cepat dan lancar, hanya memakan waktu 6 bulan saja. Proses pembangunan rumah hingga selesai berdiri pun hanya membutuhkan waktu 4 bulan saja.
Namun pada perjalanannya tidak lancar-lancar juga, Rio pun sempat mengalami masa-masa sulit. Saat mulai proses mencicil rumahnya, dalam bulan-bulan awal itu ada juga masalah keterlambatan pembayaran. Hingga ‘surat cinta’ pun semapat datang dari pihak pengembang perumahan.

Cerita Rio Ambil Tenor KPR 25 Tahun untuk Jangka Waktu Cicilan Rumahnya

Cerita Rio Ambil Tenor KPR 25 Tahun untuk Jangka Waktu Cicilan Rumahnya
Komitmen dan kegigihan Rio untuk punya rumah sendiri memang mampu dibuktikannya. Dana pinjaman tanpa bunga untuk uang muka rumah yang merupakan bentuk kebaikan hati sang pemilik perumahan pun bisa dilunasinya pada bulan kelima, meski mundur satu bulan dari waktu yang dijanjikan.
Sebagai kontraktor yang saat itu masih ‘berjuang’, Rio menyadari bahwa untuk lebih amannya ia harus mengambil tenor KPR yang paling lama untuk jangka waktu cicilan rumahnya, yaitu 25 tahun. Dengan harapan, jika ada proyek besar akan bisa dibayarkan dan memperpendek tenor KPR. Segala resikonya memang sudah Rio pikirkan matang-matang.
Mental wiraswasta Rio memang telah terbentuk sejak kecil, di mana mulai dari kakek, ayah, hingga ia sendiri bergerak di bidang kontraktor. Bahkan Rio juga sempat putus kuliah ketika usaha ayahnya jatuh dan bangkrut. Ya, mental Rio memang bisa dibilang terbentuk berkat gemblengan keluarganya.
“Miskin pol-polan pernah saya alami. Jadi kalau enggak punya uang itu udah enggak panik. Didikan ayah saya keras, kalau jatuh ya bangun, harus terus seperti itu. Jadi kalau menemui kegagalan, saya jatuhnya enggak lama, langsung mikir langkah berikutnya apa,” ujar Rio.
Dalam menjalani usaha kontraktor ini Rio mengaku memiliki keterbatasan, hal ini yang ia rasa menghambat laju usahanya. Rio merasa stuck karena ia lemah dan kurang detail dalam hal angka. Sejak bulan pertama menikah ia mengajak istrinya untuk keluar dari pekerjaan dan membantunya.
Tentu saja Yolanda sang istri menolak mentah-mentah karena sedang dalam posisi yang bagus di perusahaan tempat ia bekerja. Namun Rio terus mencoba membentuk mental sang istri yang telah terbiasa menerima gaji setiap bulannya.
“Saya bilang ke dia, kalau kamu mau maju, kamu harus bantu saya. Kamu gajian dan saya gajian kita tetap saja masih enggak punya uang. Sekalian saja kita nggak punya uang tapi ada potensi 50% untuk ke depannya kita dapat uang besar,” tantang Rio.
“Konflik dengan istri di bulan-bulan awal terus terjadi. Dan setelah berhasil membeli rumah, akhirnya ia membantu saya. Sempat sih ribut terus karena belum ada proyek yang berhasil kita dapat, tapi saya terus kasih pengertian bahwa nanti nikmatnya akan dirasakan sama-sama,” sambung Rio lagi.
Yolanda membantu dalam segala urusan angka dan membuat RAB (Rencana Anggaran Biaya). Hingga pada akhirnya ada proyek besar masuklah yang membuat Yolanda yakin bahwa jalan yang diambilnya tepat.

Cerita Rio Pilih Beli Mobil Daripada Lunasi Pembelian Rumahnya

Cerita Rio Pilih Beli Mobil Daripada Lunasi Pembelian Rumahnya
Sebuah proyek cukup besar kemudian didapatkan oleh Rio di sekitar tahun 2020 lalu. Margin yang diperoleh pun langsung dibelikannya sebuah mobil SUV yang rencananya akan digunakan sebagai modal usaha.
“Saat itu saya sempat digoblok-goblokin sama teman-teman saya, hahaha.Lo bukannya lunasin rumah dulu malah beli mobil cash,” kenang Rio menirukan ucapan teman-teman-temannya.
Uang yang didapat Rio saat itu sebenarnya memang bisa dimanfaatkannya untuk langsung melunasi rumahnya agar ia bisa tenang. Tapi sebagai seorang yang digembleng dan bermental wiraswasta, Rio berspekulasi beli mobil karena memiliki pandangan sendiri, beda dengan teman-temannya.
Sebagai seorang kontraktor yang mencari proyek sendiri, Rio menyadari bahwa kadang tingkat kepercayaan dari pihak klien tidak melulu melihat dari kualitas kerja dan hasil yang baik. Untuk first impression diperlukan juga tampilan yang meyakinkan, atau terlihat bonafide, salah satunya ketika klien melihat mobil yang dipakai.
“Mungkin terasa sepele, tapi hal itu ngaruh agar klien punya keyakinan dengan kita dan mempercayakan proyeknya ke kita. Akhirnya saya terpaksa melakukan hal itu, mengesampingkan pelunasan rumah dan membeli Pajero,” papar Rio.
Hal ini terbukti, ketika Rio berbincang dengan salah satu direksi perusahaan yang mempercayakan proyeknya dipegang Rio. Sempat terucap dari sang direksi bahwa ia kagum dengan Rio yang masih muda tapi usahanya maju, mobilnya bagus. Katanya, jujur ia tidak yakin kalau kontraktor yang datang naik mobil sejenis MPV.
“Ya percaya enggak percaya sih soal first impression ini. Bahkan bapak direksi itu memberi contoh lain dengan melepas arloji Rolex-nya dan menyuruh saya mencoba! Dia bilang arloji itu perhiasan lelaki, kalau lagi meeting bisa enak taro tangan di atas meja, menunjukkan kapabilitas kita katanya,” gelak Rio.
“Benar ya kata Hotman Paris, bikin jiper dulu di depan. Setelah itu baru kita bertanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kualitas terjaga. Masa gayanya sudah paten tapi kerjaannya kacau,” tambah Rio lagi. Dan pertimbangan lainnya, dengan banyaknya proyek yang kelak didapat berkat mobil yang jadi modal usahanya, nanti bisa digunakan untuk pelunasan rumahnya.

Cerita Rio Beli Rumah Pertama yang Penting Punya Dulu

Cerita Rio Beli Rumah Pertama yang Penting Punya Dulu
Rio dan Yolanda kini merasa senang dan lega setelah menempati rumah hasil jerih payahnya. Belajar untuk mandiri dan dewasa pun mereka mulai di rumah ini. Apalagi sekarang sang buah hati sudah lahir yang melengkapi kebahagiaan mereka.
Ketika ditanya apakah rumah ini sudah memenuhi kriteria rumah idaman, bagi Rio saat ini memang dirasanya sudah cukup, tapi untuk masa depan menurutnya belum. Apalagi di klaster tersebut ada beberapa orang yang menyerah dan melepas angsuran rumahnya, jika ada rejekinya Rio sangat ingin membeli satu lagi karena ia senang dengan lingkungan rumahnya di mana tetangganya kebanyakan seumuran.
Saat berhasil membeli rumah ini, reaksi mertua Rio tidak terlalu kaget. Tapi malah ayah Rio yang kaget. Sang ayah salut dan berkata ‘oke lo hebat!’ kepada Rio yang hanya mengantongi ijazah SMA tapi memiliki karyawan-karyawan lulusan S1 di perusahaannya.
Bagi Rio yang seorang kontraktor, pertimbangan membeli rumah pada saat itu yang penting punya dulu saja, mau bahannya apa, bentuk rumahnya bagaimana, terima apa adanya karena ekonomi saat itu belum bagus. Nantinya setelah settled baru akan direncanakan renovasi-renovasi kecil.

Tips Rumah.com

Jika berniat ingin punya rumah sendiri terpenting punya rumahnya saja dulu. Soal desain dan materialnya bisa dikesampingkan, nanti bisa direnovasi. Sesuaikan keinginan dengan kemampuan. Jika bujetnya memang terbatas, tak ada salahnya cari dipinggiran kota.

Kalau bayangan impiannya Rio meinginkan rumah dengan luas tanah minimal 100 m2, dua lantai, dan garasi besar. Saat ini renovasi yang sudah dilakukan baru membesarkan garasi dengan menutup lahan taman. Alasannya kalau parkir di depan rumah akan mengganggu yang lain karena kondisinya klaster.
Bagi Rio yang telah menjalani berbagai perjuangan dalam meraih target-targetnya, ia merasa sering jadi perdebatan saat sedang berbicara dengan teman-temannya perihal pencapaiannya saat ini.
Banyak yang bertanya, ‘kok bisa ya kan elo lulusan SMA.’ Namun Rio pun mengatakan bahwa ini bermula dari faktor terpaksa, karena dengan ijazah yang ia pegang apa jadinya jika ia melamar bekerja di sebuah perusahaan? Kalau mau punya uang besar ia harus usaha.
“Jawaban saya selalu: ya elo harus usaha. Apa yang saya impikan saya kejar satu-satu dengan cepat. Teman-teman saya tahu kok saat saya sedang miskin bagaimana, dan kerja keras yang saya lakukan,” papar pria yang hobi otomotif ini.

Cerita Target Rio Tahun ini: Rumahnya Lunas!

Cerita Target Rio Tahun ini: Rumahnya Lunas!
Bagi Rio, tak ada kata berhenti dalam mengejar target-target untuk kenyamanan masa depan keluarganya kelak. Beruntung dengan keberadaan Yolanda sang istri yang bisa meredam cara Rio saat memegang uang. Proses pendewasaan diri ketika menikah dan kini memiliki anak membuatnya terus belajar mengerem diri.
Untuk target selanjutnya Rio berusaha agar tahun 2021 ini rumah bisa lunas. Ia menyadari dalam masa pandemi, masih bisa bernapas saja harus sangat disyukuri. Kondisi ini sangat melatih mental orang yang berwiraswasta.
“Kalau saya ikuti tenor KPR 25 tahun, saya hitung harga rumah saya jadinya 1,2 milyar. Karena basic-nya saya pengusaha, secepatnya saya ingin melunasi rumah, kan surat rumahnya nanti bisa saya puterin lagi,” papar Rio yang ketika dihubungi sedang berada dalam perjalanan ke Jogja untuk mengejar proyek baru lagi.

Tanya Rumah.com

Jelajahi Tanya Rumah.com, ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami

Dan berikut adalah tips dari Rio buat para pasangan muda, pembeli rumah pertama dengan modal nekat sepertinya:
  • Harus punya niat yang pasti. Karena kalau sudah ada niat, maka segala usaha otomatis harus dilakukan.
  • Berpikiran ingin mandiri. Mau sampai kapan tinggal di rumah mertua, setelah menikah kan istri dan anak menjadi tanggung jawab. Apalagi keluarga muda pasti ada cekcok, kalau di rumah mertua nanti cuma diam saja memendam.
  • Jangan terlalu banyak berpikir dan jangan takut dengan cicilan rumah.
  • Jika bujet terbatas, jangan ragu untuk mencari hunian hingga ke pinggir Jakarta.
  • Gaspol! Dengan usaha maksimal yang disertai dengan doa, Rio percaya Allah akan melihat dan memberikan jalan.
Itulah cerita perjalanan Rio yang punya tekat kuat untuk punya rumah sendiri setelah baru menikah. Masih banyak lagi kisah seputar perjuangan untuk mewujudkan mimpi memiliki rumah sendiri yang tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah.

Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah.

Teks: Erin Metasari, Foto: Zaky Muhammad

Kalkulator KPR

Ketahui cicilan bulanan untuk hunian idaman Anda lewat Kalkulator KPR.

Kalkulator Keterjangkauan

Ketahui kemampuan mencicil Anda berdasarkan kondisi keuangan Anda saat ini.

Kalkulator Refinancing

Ketahui berapa yang bisa Anda hemat dengan melakukan refinancing untuk cicilan rumah Anda saat ini