Sejak sebelum menikah, Nurchandra Sukma Setiawati, atau yang akrab dipanggil Tya, sudah berniat hidup mandiri dan tidak mau numpang di rumah orangtua atau mertua begitu menikah nanti. Dan meski baru 8 bulan berpacaran, Tya dan Teguh Pamungkas, yang pada saat itu masih calon suaminya, sudah memiliki tabungan yang diniatkan buat DP rumah.
Dengan tabungan sekitar Rp20 juta, yang terbayang di benak mereka adalah mengambil rumah subsidi yang DP dan angsurannya terjangkau. Mereka juga paham jika rumah subsidi kemungkinannya akan jauh dari pusat kota serta akses ke fasilitas umum.
Mau punya rumah di area Tanah Sareal, Bogor, yang harganya di bawah Rp500 juta? Cek aneka pilihan rumahnya di sini!
Tapi, mereka berpendapat bahwa yang terpenting punya rumah dulu, agak jauh sedikit tak masalah. Sedangkan opsi mereka yang lainnya adalah mencari rumah dengan kisaran DP sebesar Rp20 juta sampai Rp30 jutaan. Meskipun itu artinya harus menabung dulu satu atau dua tahun lagi sambil mengontrak.
Cerita Tya Cari Rumah di Lokasi Strategis, Dekat Stasiun Kereta Cilebut

Agar bisa segera mewujudkan impian mereka untuk punya rumah sendiri, Tya rajin mendatangi pameran perumahan serta melihat perumahan-perumahan baru di internet, termasuk listing perumahan baru dan properti dijual di Rumah.com.
“Susah mencari rumah yang menurut saya lokasinya strategis. Kebanyakan perumahan yang saya lihat di internet atau pameran, jauh dari pusat kota Bogor. Jadi, saya dan calon suami, pada saat itu terpaksa menahan keinginan dulu karena belum benar-benar menemukan rumah yang sreg di hati,” kata Tya.
Kebetulan, salah seorang teman Tya bekerja sebagai sales marketing di sebuah pengembang. Teman tersebut menawarkan beberapa perumahan yang sedang dipasarkannya. Tya pun mencari tahu informasi terkait perumahan-perumahan tersebut dengan menelusurinya di review properti yang ada di Rumah.com.
Laman tersebut mengulas properti baru yang disajikan dengan jujur dan independen tentang spesifikasi bangunan properti baru, fasilitas dan aksesnya, perbandingan dengan properti sejenis di sekitarnya, sampai potensinya. Dari informasi yang didapat, Tya tertarik dan memutuskan untuk melihat-lihat terlebih dahulu.
Salah satu perumahan yang ditawarkan dan membuat Tya tertarik adalah cluster Graha Kencana Asri 3 di Tanah Sareal, Bogor. Cluster yang terletak di dalam area Perumahan Dharmais ini ditawarkan dengan promo tanpa DP. Penawaran menarik dan lokasi yang dirasa strategis ini membuat Tya tertarik untuk survei langsung ke lokasi.
Perumahan Dharmais ini berada di Kelurahan Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Bogor. Awalnya perumahan ini hanya diperuntukkan bagi karyawan-karyawan Rumah Sakit Dharmais, Tapi, seiring berjalannya waktu, di dalamnya juga ada beberapa perumahan, seperti Bumi Kencana Asri, Griya Kencana Asri, dan Graha Kencana Asri.
“Saat survei, kami merasa lokasinya sangat strategis karena dekat dengan Stasiun Cilebut, dekat Bogor Kota, ada akses yang tembus ke Kayu Manis dan Cilebut. Untuk ke tempat kerja saya hanya perlu 15 menit naik motor atau 30 menit naik mobil,” tutur Tya yang bekerja sebagai marketing salah satu hotel di Jalan Katulampa, Bogor.
Cerita Proses Beli Rumah DP 0 Rupiah dan Mengurus Rencana Menikah

Promo tanpa DP atau DP 0 persen yang ditawarkan oleh pengembang juga membuat Tya makin semangat. Rumah inden seharga Rp380 juta itu sudah bisa proses KPR hanya dengan membayar booking fee sekitar Rp3 juta di awal, tanpa perlu membayar DP uang muka rumah yang biasanya cukup besar.
“Dengan luas lahan 89 m2, di Kota Bogor, dan promo tanpa DP alias DP 0 rupiah, siapa yang tidak tergiur? Cluster ini juga kebetulan persis di belakang perumahan Bukit Cimanggu City. Kami pikir, itu harga yang sangat sepadan untuk mendapatkan rumah dekat Bukit Cimanggu City karena daerahnya strategis,” kata Tya.
“Begitu survei ke lokasi, kami rasanya langsung klik. Tanpa survei ke tempat lain, kami berdua memutuskan untuk mengambil rumah itu, karena belum tentu akan menemukan penawaran sebagus ini lagi nanti,” ujar Tya.
Akhirnya Tya dan Teguh memberanikan diri memproses pembelian rumah di Graha Kencana Asri 3 tersebut, meskipun saat itu mereka juga sedang proses mengurus pernikahan, belum menikah. Kesempatan yang dirasakan telah datang tidak mereka sia-siakan.
“Kami mengajukan proses pembelian rumah di bulan November 2018 dengan menggunakan KTP saya dulu, karena pada saat itu saya yang berdomisili di Bogor, sedangkan calon suami ber-KTP Garut,” ujar Tya.
Sebulan setelah proses pengajuan KPR rumah tanpa DP atau DP 0 rupiah tersebut Tya dan Teguh menikah. Setelah proses surat status perkawinan selesai, mereka langsung mengajukan data-data tambahan ke pengembang untuk proses kreditnya.
Pada saat pengajuan proses pembelian rumah tersebut, pengembang memberikan penjelasan bahwa mereka tidak perlu membayar apa pun selain booking fee, uang muka atau DP sudah dimasukkan ke dalam angsuran bulanan mereka.
Cerita Tya Mengontrak Rumah Menunggu Persetujuan KPR Rumah

“Kebetulan suami bekerja sebagai sales sebuah merk mobil, dan sering ada program promo DP murah. Kurang lebih kami paham cara kerjanya sehingga tidak merasa perlu untuk membandingkannya dengan angsuran jenis lain,” kata Tya.
Selagi menunggu proses kredit rumah, pasangan Tya dan Teguh yang telah menikah sementara tinggal di rumah orangtua Tya, di Bojong Gede, Bogor. Setelah tiga bulan berlalu, belum ada kabar apakah kredit mereka disetujui atau ditolak, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk mengontrak di daerah Bantar Kemang yang aksesnya lebih mudah ke tempat kerja Tya juga Teguh.
“Tadinya ayah saya melarang kami mengontrak. Menurutnya, lebih baik uangnya ditabung untuk DP. Tapi, saya dan suami berpikir ingin hidup mandiri, tidak menumpang di rumah orangtua lagi sambil menunggu kabar dari kredit rumah tersebut,” tutur Tya.
Beberapa bulan berlalu setelah pengajuan kredit dan masih belum ada keputusan apakah pengajuan KPR mereka akan disetujui oleh pihak bank atau tidak. Tya tak hanya pasif menunggu kabar, ia terus melakukan follow up dengan sales marketing perumahan.
“Setidaknya tiga kali dalam sebulan saya menanyakan perkembangan kredit rumah itu. Teman kami yang sales marketing dari pengembang pun selalu mengabari tentang status kredit kami yang menurutnya masih dalam proses analis oleh bank. Dia juga meminta maaf karena dia sendiri pun tak tahu apa sebabnya proses tersebut lama,” cerita Tya.
Temukan juga beragam tips, panduan, dan informasi mengenai pembelian rumah, KPR, pajak, hingga legalitas properti di Panduan Rumah.com.
Sudah tujuh bulan sejak awal pengajuan kredit rumah mereka dan status kredit tersebut belumjelas. Bahkan ada teman Tya yang mengajukan proses kredit rumah subsidi di waktu yang berdekatan, malah sudah disetujui proses kreditnya.
“Prinsip kami, kalau tidak disetujui tidak apa-apa, kalau disetujui, kami bersyukur sekali. Jadi, kami pikir itu untung-untungan. Kalau disetujui berarti kami memang berjodoh dengan rumah ini. Kalau tidak, ya sudah, mungkin memang belum saatnya punya rumah. Jadi, kami belum cari di mana-mana lagi, hanya menunggu rumah itu,” ungkap Tya.
Cerita Pengajuan KPR Rumah Tya Disetujui Setelah Pindah ke Bank Syariah

Akhirnya muncullah pembicaraan dengan sales marketing bahwa kalau tidak disetujui atau lama tidak ada kabar, Tya dan teguh ingin membatalkan pembelian rumah di Graha Kencana Asri 3 tersebut. Tapi hal tersebut ditahan oleh sales marketing dan ditawarkan untuk mencoba pengajuan kredit ke bank syariah dari grup bank yang sama.
Berbeda dengan rumus angsuran dengan Bunga Flat Bertahap yang dipakai saat pengajuan KPR pertama di bank konvensional. Pengajuan KPR di bank syariah kali ini kenaikan angsurannya hanya ada 2 tahapan, yaitu angsuran pada 2 tahun pertama tetap, kemudian di tahun berikutnya naik 17% dan tidak berubah sampai lunas.
“Kami setuju untuk pindah ke bank syariah karena meskipun di awal angsurannya sedikit lebih tinggi, tapi tidak ada beberapa kali kenaikan angsuran seperti di bank konvensional. Dengan begitu penawarannya lebih baik, perhitungannya juga lebih sederhana dan kami juga tidak perlu menambah booking fee,” begitu menurut Tya.
Memindahkan pengajuan KPR ke bank syariah ternyata membuahkan hasil. Dalam dua bulan pengajuan kredit rumah mereka berhasil disetujui. Dan pada saat kredit tersebut disetujui, rumah mereka ternyata sudah jadi dibangun.
Pada bulan Juli 2019, akhirnya Tya dan Teguh berhasil menempati rumah baru, rumah impian mereka sendiri. Hanya sedikit renovasi yang dilakukan, yaitu bagian dapur dan area bagian belakangnya saja.
“Karena pada waktu kredit disetujui, bertepatan dengan masa sewa kontrakan kami selesai, jadi seminggu setelah disetujui oleh bank, kami langsung pindah ke rumah baru. Kami tinggal di sana sambil renovasi berjalan,” kata Tya.
Rumah dengan area awal 36 m2 itu kini telah diperluas. Area belakang yang terbuka kini dibuat tertutup. Di sisi kanannya dijadikan dapur bernuansa warna merah marun, dan di sisi kirinya kini menjadi ruang keluarga.
Cerita Dapur Rumah Jadi Usaha Kuliner Buat Bayar Angsuran Rumah

Pada bagian belakang juga dibuat kolam ikan dengan gemericik suara airnya yang menenangkan. Bagian belakang ini bisa dikatakan menjadi area favorit untuk bercengkrama saat ada keluarga atau teman yang datang.
“Kadang keluarga besar saya mengadakan liwetan dan memasak bersama di sini, atau suami main PS bersama tetangga di ruang keluarga. Orang tua suami juga beberapa kali menginap di sini ketika datang dari Garut,” cerita Tya.
Dapur yang cukup besar itu juga sangat fungsional di saat pandemi. Selama 3 bulan Work From Home (WFH), Tya mengisi waktu dengan menerima pesanan masakan dan makanan ringan bersama ibunya.
“Kebetulan ibu saya sudah banyak menerima pesanan masakan. Selama WFH itu memasaknya di rumah saya, sekaligus saya juga membuat makanan ringan untuk dijual,” cerita Tya. Usaha kuliner ini juga menjadi salah satu strategi Tya untuk menjamin kestabilan finansialnya di saat pandemi.
“Hotel termasuk salah satu sektor yang paling terkena imbas masa pandemi. Kalau tidak dibantu dengan usaha kuliner itu, mungkin saya juga deg-degan,” aku Tya. Kekhawatiran Tya cukup beralasan, karena selain cicilan rumah, mereka juga harus memenuhi kebutuhan lain termasuk cicilan mobil.
Tips Rumah.com
Jika mendapat tawaran promo rumah tanpa DP, jangan lekas tergiur. Perhatikan informasi dan sumbernya, terpenting juga pengembang perumahannya. Apakah terpercaya atau tidak.
Tabungan yang awalnya akan digunakan untuk DP rumah telah dialihkan alokasinya. Selain untuk menambah biaya renovasi rumah, juga untuk pembelian mobil dari tempat kerja Teguh, dengan memanfaatkan diskon karyawan.
“Karena perlu, kami ambil kredit kendaran. Hampir tiap bulan suami pulang ke Garut. Daripada sewa mobil terus lebih baik untuk membayar cicilan. Selain itu, kendaraan diperlukan juga untuk mobilitas sehari-hari,” jelas Tya.
Cerita Tips Mengatur Keuangan Tya Agar Angsuran Rumah Lancar Jaya

Tya mengatur keuangan keluarganya secara cermat agar dapat menyiasati kestabilan finansial dalam upaya kelancaran membayar angsuran rumah dan juga mobil. Simak tips mengatur keuangan ala Tya:
- Membuat pos pengeluaran tetap. Dalam hal ini gaji pokok suami digunakan untuk angsuran rumah. Jika ada bonus, dialokasikan untuk keperluan di luar itu serta cicilan lainnya. Jika ada kekurangan, dibantu dari gaji Tya.
- Menekan biaya liburan. Angsuran rumah yang dirasa lebih mahal dari sewa kontrakan membuat Tya dan Teguh lebih berhemat. Jika dahulu bisa berlibur satu atau dua bulan sekali, berubah jadi enam bulan sekali bahkan bisa setahun sekali.
- Memilih lebih sering makan di rumah daripada jajan di luar. Kebiasaan ‘nongkrong’ atau makan di resto kini dilakukan paling tidak dua kali saja dalam sebulan.
- Menahan godaan belanja online di masa pandemi yang sangat besar. Tya kini berbelanja via online hanya barang-barang yang memang diperlukan saja.
- Rajin menabung setiap ada tambahan rezeki. Karena keduanya karyawan swasta, setiap ada uang lebih atau bonus langsung ditabung untuk berjaga-jaga dalam kondisi pandemi yang masih tak menentu ini.
Tanya Rumah.com
Jelajahi Tanya Rumah.com, ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami

“Prioritas kami sekarang, angsuran rumah harus terbayar dulu. Jangan sampai nama kami di bank jadi jelek agar tidak menyulitkan kami jika ada urusan yang membutuhkan bantuan dari bank,” jelas Tya.
Cerita Tya yang Bersyukur Bisa Punya Rumah, Rumah untuk Hari Tua

Bagi Tya, rumah adalah tempat suatu keluarga berakar dan bertumbuh. Dalam bayangannya nantinya rumah ini akan menjadi tempat berkumpul, bermain bersama anak dan melihat mereka tumbuh. Bahkan ia membayangkan cucu atau cicitnya datang ke rumah ini.
“Rumah sangat penting bagi saya, sejak sebelum menikah saya selalu berdoa jika nanti sudah menikah bisa tinggal di rumah sendiri, punya mobil sendiri, agar tidak merepotkan orangtua. Meskipun prosesnya cukup menguras kesabaran, saya bersyukur sekali karena diberi rezeki oleh Tuhan sehingga dalam beberapa bulan bisa punya rumah dan kendaraan sendiri,” jelasnya.
Pencarian Agen
Hubungi Agen Profesional yang Akan Membantu Kebutuhan Anda
Saran Tya bagi Anda yang sedang berjuang buat punya rumah sendiri dan tertarik pada rumah tanpa DP atau DP 0 persen, adalah:
- Pastikan terlebih dahulu promo beli rumah tanpa DP yang ditawarkan. Perhatikan informasi dan sumbernya, serta pengembang perumahan tersebut. Apakah terpercaya atau tidak.
- Siap dengan segala konsekuensinya. Untuk kasus Tya, prosesnya memakan waktu lama, yaitu hingga 9 bulan. Hampir seluruh tetangga Tya juga mengaku mengalami proses yang memakan waktu lama.
- Menyiapkan kesabaran yang cukup besar. Karena dari yang dialami Tya, membeli rumah dengan tawaran promo semenarik ini tidak cocok untuk orang-orang yang membutuhkan rumah dalam waktu singkat.
Kini rumah idaman dengan taman dan tempat berkumpul seperti yang selalu dimimpikan Tya telah terwujud. Untuk ke depannya Tya ingin menambahkan awning di bagian depan agar lebih sejuk. Rencana Tya dan Teguh yang ingin memiliki dua orang anak membuat mereka merasa harus mempersiapkan tambahan satu kamar lagi nantinya.
“Boleh dbilang rumah itu sudah hampir memenuhi semua harapan kami terhadap rumah idaman. Mungkin juga suatu hari nanti kita menambahkan rooftop agar tempat berkumpul jadi lebih luas, “ujar Tya sambil menutup pembicaraan.
Itulah cerita perjalanan mewujudkan mimpi Tya dan suami untuk memiliki rumah sendiri. Cerita yang penuh penantian namun membuahkan hasil yang sesuai harapan. Masih ada banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi memiliki rumah impian lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah.
Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah
Teks: Primanilla Serny, Foto: Peter F. Momor