Cerita Rumah Zahrina: Nekat Beli Rumah Meski Tidak Punya Penghasilan

Wahyu Ardiyanto
Cerita Rumah Zahrina: Nekat Beli Rumah Meski Tidak Punya Penghasilan
Dampak pandemi COVID-19, pasangan Zahrina Zul Tamimi semakin menyadari rumah adalah tempat paling aman bagi diri dan keluarganya. Selama menjalani aktivitas sehari-hari dari rumah selama pandemi, ia merasakan arti penting dari sebuah rumah. Terutama untuk memperkuat ikatan dengan anggota keluarga.
Rumah seharusnya memberikan kebebasan, kenyamanan, kehangatan, sekaligus rasa aman. Zahrina beserta suami, Ahmad Pratomo tak pernah membayangkan bisa memberikan hunian yang nyaman dan aman untuk kedua buah hatinya, Rayyan Omar Toekan dan Zaid Aslan Toekan dalam waktu cepat.
Mereka merasakan magical moment ketika membeli rumah pertama di Cluster Syariah Harris yang berada di Cibinong, Jawa Barat. Berbagai kemudahan mereka rasakan dari proses pencarian hingga proses transaksi rumah tersebut. Mereka meyakini memang berjodoh dengan rumah tersebut sehingga proses yang dijalani dipermudah oleh Sang Pencipta.
Mau punya rumah dengan tiga kamar tidur di kawasan Cibinong dengan harga tidak lebih dari Rp700 juta? Cek aneka pilihan rumahnya di sini!

Cerita Rumah Kontrakan Zahrina Mendadak Tidak Bisa Diperpanjang

Cerita Rumah Kontrakan Zahrina Mendadak Tidak Bisa Diperpanjang
Kabar bahwa rumah kontrakan tidak bisa diperpanjang yang mendadak membuat Zahrina dan suami sempat kebingungan.
Nekat. Begitulah Zahrina dan suami menilai keputusan mereka untuk membeli rumah di saat penghasilan benar-benar nol. Bermula dari keputusan yang nekat itulah akhirnya mereka berhasil mewujudkan rumah impian. Perjalanan pasangan muda yang menikah pada Februari 2015 ini dimulai dari tinggal bersama orangtua Ahmad di Bekasi.
Di bulan Agustus 2015, mereka pindah ke kawasan Depok dengan sewa apartemen di Margonda Residence. Alasannya, Zahrina yang sedang mengandung anak pertama harus menyelesaikan tesis untuk Program Pasca Sarjana di Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya, Universitas Indonesia, Depok sehingga perlu tempat tinggal yang dekat dengan kampus.
Rencana sewa apartemen pun hanya sekitar enam bulan, sehingga dipilih yang full furnished supaya lebih praktis, tidak perlu repot lagi membawa furnitur sendiri. Setelah lulus kuliah S2, ia pindah sementara ke Malang, tempat tinggal orangtuanya untuk melahirkan anak pertama.
Pada bulan Juni 2016, ia kembali merantau dan mengontrak rumah di Cilodong, Depok. Saat mengontrak, mereka tak ada rencana untuk membeli rumah dalam waktu dekat. Meskipun suami telah bekerja dan memiliki penghasilan tetap, namun mereka tidak berani terikat dengan cicilan.
“Sebenarnya kami sudah cukup bahagia di rumah kontrakan. Setelah satu tahun, masa kontrak habis, ternyata tidak bisa diperpanjang lagi karena pemiliknya ingin menjual kontrakan tersebut. Kami ditawari untuk membeli kontrakan tersebut, tetapi kami tidak sanggup membeli saat itu,” cerita Zahrina.
Kabar bahwa rumah kontrakan tidak bisa diperpanjang yang mendadak membuat mereka sempat kebingungan. Bahkan mereka sampai trauma untuk mencari kontrakan lagi karena khawatir terulang kejadian yang sama.

Cerita Rumah Zahrina: Nekat Beli Rumah Saat Tidak Punya Penghasilan

Cerita Zahrina Nekat Beli Rumah Saat Tidak Punya Penghasilan
Mereka mencari informasi perkembangan harga rumah di Depok secara online dengan menelusuri situs Rumah.com. Di luar dugaan, mereka menemukan informasi tentang perumahan syariah yang bisa menjawab kebutuhan mereka.
Kalau tidak mengontrak lagi, pilihan lainnya adalah membeli rumah. Namun, mereka terbentur kendala penghasilan. Saat itu, suami Zahrina baru saja mengundurkan diri dari pekerjaannya karena memilih berwiraswasta. Sedang Zahrina sendiri baru mendaftar menjadi pegawai ASN dan sedang menunggu pengumuman.
Mereka tidak punya penghasilan sama sekali saat itu. Dengan kondisi keuangan tersebut, mereka menyadari tidak logis kalau memaksa ingin membeli rumah. Apalagi dengan sistem KPR melalui bank, karena tidak punya uang untuk membayar uang muka (DP) dan tidak memiliki jaminan keterangan penghasilan dari tempat kerja.
“Meskipun kami sadar punya keterbatasan finansial, kami berusaha mencari informasi tentang perumahan baru di Depok. Selain untuk mengetahui gambaran harga dan lokasi rumah, kami juga berharap mendapatkan informasi yang bisa menjadi solusi atas masalah kami,” ungkap Zahrina yang memilih rumah di kawasan Depok karena telah familiar dengan lingkungannya sejak masih kuliah S1 di kampus UI Depok.
Mereka mendatangi langsung pameran perumahan di Depok. Untuk lebih memudahkan, kemudian mereka mencari informasi perkembangan harga rumah di Depok secara online dengan menelusuri situs Rumah.com. Di luar dugaan, mereka menemukan informasi tentang perumahan syariah yang bisa menjawab kebutuhan mereka.
Perumahan syariah memberlakukan skema KPR syariah dengan akad sesuai syariah Islam tanpa harus berurusan dengan bank sehingga syarat lebih mudah dan cicilan bersifat tetap, tidak ada bunga fluktuatif.
Perumahan syariah juga menjadi jawaban bagi Anda sebagai muslim yang ingin memiliki rumah bebas riba. Dengan maraknya perumahan syariah yang fiktif, Zahrina terus menggali informasi, terutama tentang panduan membeli perumahan syariah yang terpercaya dari Rumah.com.

Cerita Rumah Zahrina: Kompromi dengan Transportasi Demi Punya Rumah Sendiri

Cerita Zahrina Kompromi dengan Transportasi Demi Punya Rumah Sendiri
Tak berapa lama, saudara mereka menawarkan ada pengembang yang membangun perumahan syariah untuk membantu orang yang membutuhkan. Mereka antusias mendatangi perumahan yang berlokasi di Pondok Rajeg, Cibinong, dengan konsep klaster berisi 14 rumah.
Ternyata pihak pengembang menerima DP sesuai kemampuan pembeli dan tanpa perantara bank sehingga cicilan langsung ke pihak pengembang. Dengan kemudahan uang DP dan sistem cicilan, mereka bertekad untuk membeli rumah tersebut, meskipun secara lokasi berada cukup jauh dari stasiun commuterline Depok.
“Tinggal di Depok , saat itu mobilitas kami ke Jakarta dan sekitarnya mengandalkan commuterline. Jadi kami memilih tempat tinggal yang tidak jauh dari stasiun commuterline,” ujarnya. Akhirnya mereka kompromi dengan kekurangan itu, karena kebetulan perumahan tersebut menawarkan kelebihan lain seperti lingkungan yang masih asri dan dekat dengan masjid, seperti yang diinginkan suaminya.
Lagi cari rumah, ruko, apartemen, atau investasi properti? Pahami potensi wilayahnya mulai dari fasilitas, infrastruktur, hingga pergerakan tren harganya pada laman AreaInsider
Berbagai cara mereka gunakan untuk mempersiapkan uang DP. Mereka memilih tipe 36 dengan cash seharga Rp557 juta atau cicilan selama 20 tahun senilai Rp785 juta. Aset yang mereka miliki saat itu adalah mas kawin dan tabungan reksadana yang kemudian mereka cairkan dan sisanya dibantu oleh keluarga.
Segala daya dan upaya ia upayakan demi mewujudkan punya rumah impian. Hingga akhirnya terkumpul dana Rp70 juta yang digunakannya sebagai DP rumah. Proses pembelian rumah tersebut akhirnya pun berjalan lancar, tanpa kendala. Tepat pada tanggal 1 Desember 2017, mereka mulai menempati rumah baru.
Momen yang tidak dilupakan adalah, sewaktu H-1 pindah ke rumah baru, Zahrina mendapatkan ‘hadiah’ pengumuman bahwa ia diterima bekerja sebagai ASN di sebuah lembaga milik negara. Cerita rumah Zahrina membuktikan bahwa membeli rumah bukan hanya membutuhkan uang, namun juga momen yang tepat.

Cerita Rumah Zahrina: Konsep Rumah Tumbuh dengan Suasana Hangat

Cerita Rumah Tumbuh Zahrina yang Hangat
Sering mendengar cerita tentang pihak pengembang yang bermasalah, Zahrina sangat beruntung mendapatkan pengembang yang kooperatif. Pihak developer bertanggung jawab terhadap kondisi bangunan rumah yang mereka beli.
"Awal kami menempati, kami mendapati bangunan tidak sepenuhnya terlihat seperti desain awal. Bahan bangunan yang dipakai juga ada yang tidak sesuai dengan spesifikasi awal. Setelah memberi tahu pihak developer tentang ini, mereka dengan cepat tanggap mau memperbaiki rumah kami,” jelasnya.
Merasa puas dengan komitmen pengembang, ketika memiliki rezeki lebih, mereka membeli kavling tanah di sebelah rumahnya. Zahrina memperluas tanah menjadi 126m2 dan bangunan 36m2 agar menjadi rumah tumbuh. Sehingga rumah dapat dibangun secara bertahap sesuai kebutuhan nantinya. Zahrina dan suami bertekad tidak akan menjual rumah pertama mereka ini.
Pihak pengembang pun memberikan kebebasan kepada pemilik rumah untuk mendesain rumah. Dengan dibantu seorang kerabat sebagai arsitek, Zahrina menata ulang beberapa bagian ruang sesuai keinginannya. Ia berprinsip bahwa membangun rumah memang untuk diri sendiri, bukan untuk orang lain.

Tips Rumah.com

Membeli rumah juga harus berdasarkan kebutuhan dan kemampuan membayar cicilan. Jangan hanya mengejar gaya dan gengsi yang malah akan merugikan. Mengejar gengsi malah akan bikin susah, bisa-bisa malah tidak jadi-jadi punya rumah sendiri.

Prinsip ini karena terkenang dengan rumah orang tuanya di Malang. Seperti gaya rumah umumnya di daerah Jawa, rumah orang tua Zahrina di Malang memiliki ruang tamu sangat luas. Padahal ruangan tersebut hanya dipakai saat ada tamu saja, sehingga jadi sering terasa kosong dan sepi.
Untuk itulah, ia menyediakan ruang komunal sebagai tempat berkumpul yang berada di bagian tengah rumah agar menciptakan suasana rumah yang hangat. Kamar tidur sebagai tempat beristirahat pun dibuat senyaman mungkin dengan diperluas dari dua kamar berukuran kecil digabung menjadi satu kamar.

Cerita Rumah Zahrina: Terapkan Konsep Dapur Open Kitchen

Cerita Rumah Zahrina yang Menerapkan Open Kitchen
Dari pengalaman sewaktu mengontrak, posisi dapur berada di bagian belakang rumah sehingga membuat ia merasa ‘terkucil’ saat memasak dan tidak bisa disambi memantau anak bermain. Maka, ia menerapkan open kitchen, dengan menempatkan dapur tanpa sekat antar ruangan agar bisa memasak sambil memperhatikan aktivitas anak-anak di ruangan lain.
Sesuai dengan konsep rumah tumbuh, perluasan bangunan akan mengikuti perkembangan kebutuhan pasangan ini. Namun, sang suami berharap taman dipertahankan tetap luas agar tetap terasa asri. Pada pertengahan tahun 2018, kamar tidur ditambah satu lagi karena telah lahir anak kedua.
Untuk menata interior rumah sepenuhnya dilakukan oleh Zahrina. “Karena ukuran rumah terbilang kecil dan koleksi buku kami sangat banyak, jadi kami tidak mau dipenuhi dengan banyak barang lain yang semakin membuat sempit. Desain interior rumah dibuat modern minimalis dengan dominasi warna putih termasuk furnitur agar terkesan luas,” paparnya.
Rumah yang ditata dengan apik tersebut merupakan realisasi dari rumah idaman bagi pasangan ini. Padahal, sebelumnya mereka tidak pernah memprioritaskan untuk mempunyai rumah sendiri.

Cerita Rumah Zahrina: Jika Memang Jodoh Jalannya Akan Mudah

Cerita Rumah Zahrina yang Seperti Mencari Jodoh
“Membeli rumah adalah kebutuhan, apalagi setelah punya anak. Kalau mengontrak, banyak hal yang tidak terduga yang harus dipikirkan. Daripada untuk membayar kontrakan, lebih baik uangnya digunakan untuk membayar cicilan rumah sendiri. Memang harus ada tekad untuk menabung DP rumah agar bisa membeli rumah,” pesannya.
Zahrina mengingatkan pula bahwa mendapatkan rumah impian sangat tergantung pada momen, ada yang mendapatkan dengan cepat dalam hitungan bulan seperti yang dialaminya, namun ada pula yang harus menunggu sampai bertahun-tahun.
“Jika sudah waktunya, dan menemukan rumah yang memang jodohnya, pasti segala proses dipermudah. Membeli rumah juga harus berdasarkan kebutuhan dan kemampuan membayar, jangan hanya mengejar gaya dan gengsi yang malah akan merugikan,” sarannya.
Terakhir ia berpesan bahwa mengecek kredibilitas pengembang sangat penting untuk perumahan syariah agar terhindar dari modus penipuan pengembang bodong yang belakangan ini sedang marak.
Itulah cerita perjuangan Zahrina tentang tekadnya yang kuat demi wujudkan mimpinya punya rumah sendiri. Kontrakan yang tidak bisa diperpanjang jadi motivasi. Dan masih ada banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah.

Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah

Teks: Siti Rahmah, Foto: Hadi Barong

Kalkulator KPR

Ketahui cicilan bulanan untuk hunian idaman Anda lewat Kalkulator KPR.

Kalkulator Keterjangkauan

Ketahui kemampuan mencicil Anda berdasarkan kondisi keuangan Anda saat ini.

Kalkulator Refinancing

Ketahui berapa yang bisa Anda hemat dengan melakukan refinancing untuk cicilan rumah Anda saat ini