Banyak yang menyepelekan saran untuk hentikan gaya hidup konsumtif agar punya rumah sendiri. Alasannya, gaya hidup konsumtif yang dijalani selama ini tak sebanding dengan harga rumah yang selangit. Namun, para Sobat Rumah berikut ini membuktikan bahwa menghentikan gaya hidup konsumtif menjadi faktor terpenting dalam sukses mereka wujudkan punya rumah sendiri.
Cerita Rumah Endah: Sejuta Manfaat Beli Rumah yang Nilai Investasinya Terus Meningkat
“Menurut adik, gaji saya habis tanpa ada juntrungannya, untuk jalan-jalan, belanja, traktir para keponakan secara menggila, sehingga habis tidak ada bekasnya. Sampai kapan mau seperti itu, tidak punya investasi. Jika sudah tua tidak ada yang bisa dibanggakan,” ujar Endah yang mengutip kata-kata sang adik, yang sekaligus juga jadi konsultan keuangannya.
Temukan cerita rumah Endah dalam memanfaatkan pembelian rumah sebagai investasi.
Cerita Rumah Komang: Hobi Traveling Terganjal Pandemi, Jadi Bisa Punya Rumah Sendiri
Pandemi menjadi blessing in disguise, alias berkah terselubung bagi Komang. Ia sempat stres di awal pandemi karena harus mengurung diri di rumah. Sebagai orang yang punya hobi bepergian, situasi ini jelas sangat menyiksa. Meski demikian, Komang mampu melihat situasi dari sudut pandang berbeda. Ia kaget sendiri saat menyadari bahwa uang yang tak terpakai akibat gagal traveling bisa menjadi modal yang cukup besar untuk beli rumah.
Baca cerita Komang menemukan berkah gagal traveling karena pandemi, sehingga bisa beli rumah sendiri.
Cerita Rumah Edo: Tabungan Habis Buat Traveling ke Luar Negeri, Beli Rumah Buat Aset Properti
Suatu ketika, Edo tersadar bahwa hidup konsumtif tidak akan meninggalkan sebuah aset apa pun. Ditambah ia punya niatan yang mulia, ingin memberikan fasilitas kepada kedua orang tuanya yang sebentar lagi akan memasuki masa pensiun.
Baca cerita lengkapnya tentang Edo yang meninggalkan kehidupan konsumtifnya dan mewujudkan beli rumah untuk investasi masa depan.
Cerita Rumah Ari: Hidup Hemat, Bekerja Lebih Giat, Demi Rumah yang Hangat
Tak hanya gaya hidup yang ditekan, Ari juga mengganti mobilnya dengan merk yang lebih terjangkau dan lebih irit bahan bakar. Ia juga menahan diri untuk tidak mengikuti gaya hidup teman-temannya yang ia anggap terlalu konsumtif.