Panduan Membeli Rumah bagi Pengantin Baru

Tim Editorial Rumah.com
Panduan Membeli Rumah bagi Pengantin Baru
Sebuah studi yang dirilis Coldwell Banker membuktikan, sekitar 35 persen pasangan suami istri di Amerika Serikat membeli rumah bersama setelah dua tahun menikah. Namun, sebelum Anda siap memutuskan untuk membeli rumah bersama pasangan, ada baiknya menyimak beberapa pertimbangan berikut ini.
  1. Berapa simpanan Anda?
Berbeda dengan kehidupan sebelum menikah, Anda harus membahas banyak hal serius ketika sudah memutuskan untuk tinggal bersama.
Salah satunya ialah membahas keadaan finansial masing-masing. Membeli rumah membutuhkan uang yang cukup banyak, meski Anda menggunakan fasilitas cicilan dengan uang muka ringan sekalipun.
Untuk itu coba hitung dengan rinci nilai investasi dan tabungan yang dimiliki masing-masing. Setelah itu, jika ingin mengajukan pinjaman bank, jangan lupa mengecek riwayat keuangan yang tercatat dalam bank.
Apakah Anda dan pasangan memiliki cicilan lain sebelumnya, atau memiliki beberapa kartu kredit?
Hal-hal semacam ini akan berpengaruh terhadap proses kepemilikan rumah sekaligus memberi prediksi kemampuan Anda dalam membayar cicilan KPR perbulan.
  1. Dimana akan tinggal dalam waktu lima tahun kedepan?
Tujuan masa depan akan sangat berpengaruh terhadap tipe rumah dan cicilan yang tepat untuk Anda.
Sebagai contoh, jika Anda berencana untuk tinggal di satu kota dalam waktu yang lama, maka Anda bisa mengambil cicilan dengan jangka waktu hingga 25 tahun ke depan dengan pilihan bunga tetap.
Di sisi lain, jika Anda berencana untuk pindah rumah dalam waktu beberapa tahun ke depan, misalnya ke kota pinggiran atau daerah lainnya ketika hendak membesarkan anak, maka pertimbangkan pilihan lain.
Pilih jangka waktu cicilan paling pendek, sekitar tujuh tahun dengan suku bunga floating agar dapat lebih berhemat.
  1. Apakah salah satu akan tinggal di rumah untuk mengurus anak?
Memiliki anak adalah dambaan setiap pasangan suami istri yang sudah menikah. Meski beberapa pasangan ada yang berencana menunda untuk punya momongan, namun hal ini tetap perlu untuk dibahas.
Alasannya, karena hadirnya buah hati akan berpengaruh terhadap kondisi keuangan keluarga. Anda tidak akan tau bagaimana kondisi keuangan dalam tiga tahun kedepan.
Untuk itu jika berencana mengambil cicilan dengan jumlah besaran sekitar 30 persen dari penghasilan tetap, mungkin jumlah ini bisa sedikit diperkecil menjadi 20 atau 25 persen.
Dengan begitu sisanya dapat dialihkan untuk tabungan berjangka atau investasi emas dan dapat digunakan sewaktu-waktu untuk keperluan anak.
  1. Bagaimana jika terjadi perceraian?
Tentu semua orang berharap agar rumah tangganya berjalan mulus hingga maut memisahkan, namun Anda tetap harus memikirkan kemungkinan terburuk.
Hal ini umumnya menjadi pembahasan penting bagi sebagian pasangan. Ada yang ingin dilakukan pemisahan harta antara istri dan suami melalui perjanjian pranikah, namun ada juga yang memutuskan untuk dicampur begitu saja.
Sebagai informasi, peraturan mengenai kepemilikan harta suami dan istri sudah diatur dalam Undang-Undang Perkawinan. Namun tidak ada salahnya membahas hal ini untuk menyamakan persepsi dengan pasangan.