Rumah.com – Dikenal sebagai kota pelajar, Daerah Istimewa Yogyakarta memang selalu menyimpan cerita unik di baliknya. Mulai dari peradaban Jawa kuno, kebudayaan, kearifan lokal, pariwisata hingga kudapan tradisionalnya yang selalu membuat masyarakat Indonesia ingin datang kembali ke Yogyakarta.
Dan terpenting keramahan masyarakat Yogyakarta sudah tentu bukan suatu hal yang harus diperdebatkan. Berbicara soal Yogyakarta tentu tidak sah jika tidak mengulas tentang kebudayaan Jawanya.
Salah satu kebudayaan Yogyakarta yang masih tersimpan dan dapat dinikmati saat ini adalah keberadaan rumah adat Bangsal Kencono yang merupakan rumah tradisional khas Kerajaan Mataram yang pernah Berjaya pada tahun 1586 hingga 1755.
Melihat sejarahnya, Bangsal Kencono dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1756 di kompleks Keraton Yogyakarta sebagai tempat diselenggarakannya upacara adat, keagamaan dan kesultanan. Misalnya, Bangsal Kencono akan digunakan pada saat upacara naik tahta seorang Sultan.
Jika dilihat, Bangsal Kencono merupakan rumah adat berbentuk joglo tetapi dengan ukuran yang lebih luas—karena memang tujuannya untuk penyelenggaraan acara. Selain itu Bangsal Kencono juga merupakan tempat tinggal bagi Raja Keraton Yogyakarta dan seluruh anggota keluarganya.
Melihat sejarahnya, Bangsal Kencono dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1756 di kompleks Keraton Yogyakarta sebagai tempat diselenggarakannya upacara adat, keagamaan dan kesultanan. Misalnya, Bangsal Kencono akan digunakan pada saat upacara naik tahta seorang Sultan.
Jika dilihat, Bangsal Kencono merupakan rumah adat berbentuk joglo tetapi dengan ukuran yang lebih luas—karena memang tujuannya untuk penyelenggaraan acara. Selain itu Bangsal Kencono juga merupakan tempat tinggal bagi Raja Keraton Yogyakarta dan seluruh anggota keluarganya.
Selain rumah adat Bangsal Kencono, Yogyakarta memiliki sejumlah rumah adat lainnya. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai rumah adat Yogyakarta, artikel berikut akan membahas:
- Ciri khas rumah adat Yogyakarta
- Bahan bangun utama rumah adat Yogyakarta
- Filosofi rumah adat Yogyakarta
- Jenis-jenis rumah adat Yogyakarta
Ciri Khas Rumah Adat Yogyakarta
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Bangsal Kencono difungsikan sebagai tempat kesultanan dan acara adat masyarakat Yogyakarta. Maka tak heran jika ukuran nya sangat besar dan menyerupai padepokan. Selain ukuran bangunannya yang luas, halaman rumah adat ini juga sangat luas dengan ukuran sekitar 14.000 m2.
Sementara itu dari segi susunan bangunan, Bangsal Kencono terbagi menjadi tiga bagian:
Sementara itu dari segi susunan bangunan, Bangsal Kencono terbagi menjadi tiga bagian:
Bagian Depan
- Gladhag Pangurakan berfungsi sebagai gerbang utama untuk masuk ke Bangsal Keraton.
- Alun-alun lor merupakan lapangan yang terletak di bagian utara dan berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan acara.
- Masjid Gedhe berfungsi sebagai tempat beribadah para punggawa kesultanan.
Bagian Inti
- Bangsal Pagelaran merupakan bangunan khusus untuk punggawa kesultanan menghadap sultan saat upacara resmi.
- Siti Hinggil Ler berfungsi sebagai tempat diselenggarakannya upacara resmi kesultanan
- Kamandhungan Ler merupakan bangun yang terletak di bagian utara yang digunakan untuk memutuskan perkara hukuman mati.
- Sri Manganti difungsikan sebagai tempat menerima tamu kesultanan.
- Kedhaton difungsikan sebagai tempat tinggal sultan, istri, dan putra kesultanan.
- Kemagangan difungsikan untuk menerima abdi dalem, tempat berlatih, dan apel kesetiaan para abdi.
- Siti Hinggil Kidul difungsikan sebagai tempat sultan menyaksikan adu rampogan, tempat gladi resik upacara Grebeg, tempat berlatih prajurit perempuan, serta tempat upacara awal pemakaman sultan.
Bagian Belakang
- Alun-alun Kidul merupakan tempat yang terletak di bagian selatan Bangsal Kencono dan difungsikan sebagai tempat berlatih para prajurit.
- Plengkung Nirbaya berfungsi sebagai poros untuk menuju gerbang utama dalam prosesi pemakaman sultan.
Bahan Bangun Utama Rumah Adat Yogyakarta
Meskipun sangat khas dengan kebudayaan bangunan Jawa, desain dan arsitektur Bangsal Kencono tidak bisa dipungkiri terpengaruh oleh arsitektur Cina, Portugis, dan Belanda. Berbeda dengan joglo pada umumnya, halamannya dibuat lebih luas dengan ditumbuhi oleh tanaman dan beberapa sangkar burung.
Sementara itu di depan Bangsal Kencono terdapat dua patung batu Gupolo yaitu dua raksasa yang memegang gada atau alat pemukul. Jika dilihat lebih detail, unsur-unsur Jawa memang mendominasi unsur-unsur yang ada di Bangsal Kencono. Hal itu bisa dilihat dari ukiran, atap, bentuk tiang dan dinding bangunannya.
Secara umum, atap Bangsal Kencono mirip dengan Joglo yang menggunakan material bahan sirap atau genteng merah. Material genteng merah digunakan karena memiliki daya tahan yang sangat kuat melalui proses pembakaran yang memakan waktu.
Untuk urusan pondasi dan struktur bangunan, Bangsal Kencono ditopang oleh empat tiang tengah yang disebut Soko Guru. Soko Guru sendiri ukurannya cukup besar dengan material utama kayu jati tua yang memiliki kualitas tinggi dan dikenal karena kekuatannya.
Untuk urusan pondasi dan struktur bangunan, Bangsal Kencono ditopang oleh empat tiang tengah yang disebut Soko Guru. Soko Guru sendiri ukurannya cukup besar dengan material utama kayu jati tua yang memiliki kualitas tinggi dan dikenal karena kekuatannya.
Bangsal Kencono memiliki warna hijau tua atau hitam pada tiang penopang di sekeliling Bangsal Kencono. Tiang ini juga ditopang oleh umpak batu berwarna hitam keemasan. Sementara untuk lantainya, Bangsal Kencono di Keraton sudah memiliki lantai yang dibuat dari marmer atau batu granit yang menimbulkan kesan mewah dann elegan.
Bangsal Kencono sendiri dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah sehingga bagi orang yang mau memasukinya harus melewati beberapa anak tangga.
Bangsal Kencono sendiri dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah sehingga bagi orang yang mau memasukinya harus melewati beberapa anak tangga.
Tips Rumah.com
Kayu jati Belanda merupakan jenis kayu jati namun faktanya adalah kayu pinus atau pinewood. Nama kayu jati Belanda hadir karena kayu ini memiliki ketahanan yang baik seperti halnya kayu jati.
Filosofi Rumah Adat Yogyakarta
Dari segi desain dan motif ukiran, Bangsal Kencono didesain berdasarkan filosofi selaras dengan alam di mana desain interior dan eksterior akan disesuaikan satu sama lain. Bila desain interior dihias dengan ukiran-ukiran yang bernuansa alam, maka desain interiornya dihias dengan berbagai pot bunga dan terdapat pula sangkar burung untuk menyempurnakan pemandangan.
Soal sangkar burung sendiri terdapat makna dan filosofis di baliknya. Arti dari keberadaan sangat burung yang dilengkapi dengan seekor burung di Bangsal Kencono sebagai klangenan atau sebuah wahana di mana raja atau penghuni istana dapat bermain dan berkomunikasi dengan burung untuk melepas penatnya.
Soal sangkar burung sendiri terdapat makna dan filosofis di baliknya. Arti dari keberadaan sangat burung yang dilengkapi dengan seekor burung di Bangsal Kencono sebagai klangenan atau sebuah wahana di mana raja atau penghuni istana dapat bermain dan berkomunikasi dengan burung untuk melepas penatnya.
Di samping burung juga menjadi simbol betapa hewan merupakan bagian penting dari istana Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat. Dalam budaya Jawa, kicauan burung menjadi pertanda sesuatu yang berhubungan dengan alam.
Hal ini sejalan dengan Raja Keraton Yogyakarta yang dipercaya memiliki hubungan khusus dengan alam–maka burung dalam nuansa kejawen ini menjadi sebuah pemandu untuk memahami keadaan alam setiap harinya.
Dari segi Fungsi Bangsal Kencono tidak hanya sebagai ruang pertemuan antara Raja dengan para tamu, Bangsal Kencono juga menjadi ruang untuk melakukan upacara adat maupun ritual keagamaan bagi masyarakat. Raja akan menjadi pemimpin upacara yang disaksikan oleh para abdi dalem dan keluarga kerajaan.
Dari segi Fungsi Bangsal Kencono tidak hanya sebagai ruang pertemuan antara Raja dengan para tamu, Bangsal Kencono juga menjadi ruang untuk melakukan upacara adat maupun ritual keagamaan bagi masyarakat. Raja akan menjadi pemimpin upacara yang disaksikan oleh para abdi dalem dan keluarga kerajaan.
Jenis-Jenis Rumah Adat Yogyakarta
Jika Bangsal Kencono merupakan rumah adat khas Keraton Yogyakarta, nyatanya kota yang dikenal dengan kudapan gudegnya ini masih memiliki rumah adat lainnya:
1. Rumah Joglo
Rumah adat Yogyakarta Joglo mungkin lebih sering didengar orang awam, daripada rumah adat Yogyakarta Bangsal Kencono. Akan tetapi rumah Joglo sebenarnya adalah rumah yang lazim dibuat oleh masyarakat khusunya Jawa Tengah dan Jawa Timur. Rumah adat Joglo sendiri dibagi ke dalam dua bagian yaitu rumah induk dan rumah tambahan.
Rumah Joglo memang sudah tidak asing lagi di telinga. Selain itu Rumah Joglo juga banyak diadaptasi menjadi hunian-hunian klasik yang khas. Jika Anda sedang mencari hunian klasik dan tradisional di Kota Yogyakarta di bawah Rp700 juta, cek pilihannya disini!
2. Rumah Adat Limasan
Rumah adat Limasan yaitu rumah tradisional yang banyak dibangun oleh masyarakat Yogyakarta. Limasan berasal dari kata “limolasan” yang berarti lima belasan. Perhitungan sederhana dalam pembuatan rumah. Limasan adalah dengan ukuran molo 3 meter dan blandar 5 meter.
Molo yaitu kerangka rumah paling atas yang bentuknya memanjang horizontal di ujung atap. Molo sendiri dianggap keramat oleh masyarakat dan sebelum molo dipasang, orang nggak boleh melangkahinya. Ruangan dalam rumah Limasan terbagi tiga yaitu ruang depan, ruang
tengah dan ruang belakang.
Ruang belakang dibagi menjadi sentong kiwo, sentong tengah, dan sentong tengen. Penambahan kamar biasanya, ditempatkan di sebelah sentong kiwo atau sentong tengen.
Molo yaitu kerangka rumah paling atas yang bentuknya memanjang horizontal di ujung atap. Molo sendiri dianggap keramat oleh masyarakat dan sebelum molo dipasang, orang nggak boleh melangkahinya. Ruangan dalam rumah Limasan terbagi tiga yaitu ruang depan, ruang
tengah dan ruang belakang.
Ruang belakang dibagi menjadi sentong kiwo, sentong tengah, dan sentong tengen. Penambahan kamar biasanya, ditempatkan di sebelah sentong kiwo atau sentong tengen.
3. Rumah Adat Kampung
Rumah adat kampung sendiri biasanya dibangun oleh masyarakat biasa. Rumah adat jenis ini dibuat dari soko atau tiang utama yang berjumlah 4, 6, atau 8 dan seterusnya. Atap rumah adat Kampung ini, terletak pada dua belah sisi atas rumah dengan satu bubungan atau wuwung.
4. Rumah Adat Yogyakarta Panggang Pe
Rumah adat Panggang-Pe adalah bentuk rumah yang paling sederhana dan merupakan bangunan paling dasar. Inilah bangunan pertama yang dipakai orang untuk berlindung.
Bangunan sederhana rumah adat Panggang-Pe terdiri dari empat atau enam tiang. Di sekelilingnya, ditegakkan dinding dari anyaman bambu atau papan dengan ruangan hanya satu. Jika ingin menambah ruangan maka bisa dibuat di sekitaran rumah.
Tonton video yang informatif berikut ini untuk mempelajari tips membangun rumah tumbuh yang bisa Anda ikuti dengan mudah!
Temukan lebih banyak pilihan rumah terlengkap di Daftar Properti dan Panduan Referensi seputar properti dari Rumah.com.
Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah
Tanya Rumah.com
Jelajahi Tanya Rumah.com, ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami
